19 melakukan persiapan yang matang untuk mengemas ulang bahan pengajarannya.
Hal ini penting untuk dilakukan supaya cerita yang disampaikan benar-benar sampai pada sasaran dan tujuan yang diharapkan.
2.2.1.2 Fungsi Cerita bagi Pendidikan Anak-anak
Dongeng atau cerita sebagai bagian dari sastra lisan mempunyai berbagai fungsi. Menurut Djanandjaya 2002:140-141 dongeng dibagi menjadi lima fungsi
antara lain: 1 sebagai sistem proyeksi keinginan tersembunyi dari seseorang atau sekelompok orang tertentu, 2 sebagai alat pengesahan pranata sosial dan
lembaga kebudayaan, 3 sebagai alat pendidik anak pedagogik karena ceritanya mengandung moral, filsafat, dan agama terdapat pada dongeng fable, 4 sebagai
pelipur lara, dan 5 sebagai kendali masyarakat sosial control terdapat dalam dongeng legenda.
Bimo 2009:2 cerita mempunyai beberapa fungsi penting di antaranya adalah 1 sebagai sarana kontak batin antara pendidik termasuk orang tuanya
dengan anak didik, 2 sebagai media untuk meyampaikan pesan-pesan moral atau nilai-nilai ajaran tertentu, 3 sebagai metode untuk memberikan bekal kepada
anak didik agar mampu melakukan proses identifikasi diri maupun identifikasi perbuatan akhlaq, 4 sebagai sarana pendidikan emosi perasaan anak didik,
5 sebagai sarana pendidikan fantasiimajinasikreativitas daya cipta anak didik, dan 6 sebagai sarana pendidikan bahasa anak didik, yaitu: sebagai sarana
pendidikan daya pikir anak didik, sebagai sarana untuk memperkaya pengalaman batin dan khasanah pengetahuan anak didik, sebagai salah satu metode untuk
20 memberikan terapi pada anak-anak yang mengalami masalah psikologis, dan
sebagai sarana hiburan dan pencegah kejenuhan. Melalui cerita-cerita yang baik, sesungguhnya anak-anak tidak hanya
memperoleh kesenangan atau hiburan saja, tetapi mendapatkan pendidikan yang jauh lebih luas. Bahkan tidak berlebihan bila dikatakan bahwa cerita ternyata
menyentuh berbagai aspek pembentukan kepribadian anak-anak. Berdasarkan pendapat dari Djanandjaya dan Bimo dapat disimpulkan
bahwa cerita berfungsi: 1 sebagai sistem proyeksi keinginan tersembunyi dari seseorang atau sekelompok orang tertentu, 2 sebagai alat pengesahan pranata
sosial dan lembaga kebudayaan, 3 sebagai pelipur lara, 4 sebagai kendali masyarakat sosial control, 5 sebagai sarana kontak batin antara pendidik
termasuk orang tuanya dengan anak didik, 6 sebagai media untuk meyampaikan pesan-pesan moral atau nilai-nilai ajaran tertentu, 7 sebagai
metode untuk memberikan bekal kepada anak didik agar mampu melakukan proses identifikasi diri maupun identifikasi perbuatan akhlaq, 8 sebagai sarana
pendidikan emosi perasaan anak didik, 9 sebagai sarana pendidikan fantasiimajinasikreativitas daya cipta anak didik, dan 10 sebagai sarana
pendidikan bahasa anak didik.
2.2.1.3 Jenis-jenis Cerita