135 kategori baik sebanyak 19 siswa atau sebesar 67,86, siswa yang memperoleh
skor dengan kategori cukup sebanyak 2 siswa atau sebesar 7,14, dan siswa yang memperoleh skor dengan kategori kurang tidak ada atau sebesar 0.
Kemampuan menceritakan kembali teks cerita merupakan modal awal pencerita dalam berceritamendongeng. Hal-hal yang perlu diperhatikan pencerita
untuk menceritakan kembali teks cerita, yaitu membuat ringkasan cerita dan merubah teks cerita tulis menjadi teks cerita yang siap dibaca. Pada tabel di atas
menunjukkan bahwa sebanyak 25 siswa sudah mampu bercerita tidak membuka teks cerita, 67,86 siswa sudah mampu bercerita walaupun mereka masih
membuka teks cerita kurang dari empat kali. Siswa yang tidak mampu bercerita atau membaca teks cerita tidak ada atau sebesar 0. Hal ini disebabkan siswa
sudah membuat ringkasan cerita yang siap dibacakan dan membacanya berulang- ulang sehingga penceritaannya menyakinkan audiens.
4.1.3.1.2 Aspek Bercerita dengan Urut
Penilaian pada aspek bercerita dengan urut dalam pembelajaran bercerita ini difokuskan pada kemampuan siswa dalam bercerita dengan alur yang runtut.
Hasil perolehan nilai pada aspek bercerita dengan urut dapat dilihat dari tabel 29 berikut ini.
Tabel 29. Perolehan Nilai Aspek Bercerita dengan Urut Siklus II
No. Kategori
Skor Frekuensi
Bobot Skor
Persen Keterangan
1. Sangat Baik 4
8 32
28,57 Nilai rata-rata = 91 : 28 = 3,25
Kategori baik 2. Baik
3 19
57 67,86
3. Cukup 2
1 2
3,57 4. Kurang
1 -
- -
Jumlah 28
91 100
136 Data pada tabel 29 menunjukkan bahwa 28 siswa yang diteliti, kompetensi
bercerita pada aspek bercerita dengan urut mencapai total nilai 91 dengan rata-rata 3,25 dalam kategori baik artinya kemampuan siswa dalam bercerita dengan alur
cerita yang runtutjelas. Berdasarkan tabel 29 siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik ada 8 siswa atau sebesar 28,57, siswa yang
memperoleh skor dengan kategori baik sebanyak 19 siswa atau sebesar 67,86, siswa yang memperoleh skor dengan kategori cukup sebanyak 1 siswa atau
sebesar 3,57, dan siswa yang memperoleh skor dengan kategori kurang tidak ada atau sebesar 0.
Bercerita dengan urut adalah bercerita sesuai dengan alur cerita yang akan diceritakan. Pada aspek ini, tidak ada siswa yang dikatakan bercerita dengan
melompat-lompat dan terputus-putus 3-4 kali atau lebih atau dikatakan tidak mampu bercerita karena sebesar 28,57 siswa mampu bercerita dengan alur yang
jelas dan logis dan 67,86 siswa mampu bercerita dengan alur yang jelas, dan 3,57 siswa mampu bercerita dengan alur cerita masih melompat-lompat 1-2
kali. Hal ini menunjukkan siswa sudah mampu mengatasi grogi dan malu pada saat bercerita di depan kelas dan siswa membaca berulang-ulang ringkasan teks
cerita yang siap dibacakan sehingga ceritanya menyakinkan teman-temannya.
4.1.3.1.3 Aspek Kenyaringan Suara
Penilaian pada aspek kenyaringan suara dalam pembelajaran bercerita ini difokuskan pada kemampuan siswa dalam bercerita dengan suara terdengar
nyaring sampai bagian belakang kelas. Hasil perolehan nilai pada aspek kenyaringan suara dapat dilihat dari tabel 30 berikut ini.
137 Tabel 30. Perolehan Nilai Aspek Kenyaringan Suara Siklus II
No. Kategori
Skor Frekuensi
Bobot Skor
Persen Keterangan
1. Sangat Baik 4
18 72
64,28 Nilai rata-rata = 102 : 28 = 3,64
Kategori sangat baik
2. Baik 3
10 30
35,72 3. Cukup
2 -
- -
4. Kurang 1
- -
- Jumlah
28 102
100 Data pada tabel 30 menunjukkan bahwa 28 siswa yang diteliti, kompetensi
bercerita pada aspek kenyaringan suara mencapai total nilai 102 dengan rata-rata 3,64 dalam kategori sangat baik, yaitu siswa sudah mampu bercerita dengan suara
terdengar nyaring sampai bagian belakang kelas. Hal ini disebabkan oleh suasana kelas yang kondusif, siswa tidak malu-malu dalam bercerita, siswa tidak grogi
maju di depan kelas, dan seluruh siswa bercerita dengan suara yang keras. Berdasarkan tabel 30 siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik
ada 18 siswa atau sebesar 64,28, siswa yang memperoleh skor dengan kategori baik sebanyak 10 siswa atau sebesar 35,72, dan siswa yang memperoleh skor
dengan kategori cukup dan kategori kurang tidak ada atau sebesar 0. Kenyaringan suara adalah melafalkan bunyi bahasa sacara jelas dan keras
sehingga suara tersebut terdengar oleh audiens. Pada tabel di atas, dijelaskan bahwa tidak ada siswa yang mendapat kategori kurang dan cukup karena siswa
yang maju di depan kelas memiliki keberanian bercerita, yaitu melafalkan bunyi bahasa dengan suara yang keras. Pada saat salah satu temannya mempraktikkan
bercerita, siswa yang lain memperhatikan dengan seksama cerita yang dibawakan oleh temannya disebabkan penceritaanya menarik dan menyakinkan teman-
temannya.
138
4.1.3.1.4 Aspek Ketepatan Pelafalan