12
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitan tentang upaya meningkatkan keterampilan berbicara khususnya bercerita telah dilakukan oleh peneliti bahasa. Oleh sebab itu penelitian ini akan
memerlukan penelitian-penelitian sebelumnya untuk melengkapi dan menyempurnakan penelitian tentang bercerita. Beberapa penelitian yang
menyangkut permasalahan tentang keterampilan bercerita antara lain dilakukan oleh Sri Mulyantini 2002, Astuti 2005, Musa’adatul 2007, dan Christiana
2008. Mulyantini 2002 melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi
yang berjudul Peningkatan Keterampilan Bercerita dengan Menggunakan Media Kerangka Karangan pada Siswa Kelas VII-A SLTP N 21 Semarang. Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa khususnya keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SLTP N 21 Semarang mengalami
peningkatan setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan media kerangka karangan. Peningkatan tersebut diketahui setelah membandingkan hasil
tes dan nontes yang meliputi pengamatan, observasi, wawancara, dan jurnal. Setelah dilakukan tindakan dengan media kerangka karangan pada siklus I, aspek
kebahasaan dan nonkebahasaan dalam bercerita siswa mencapai 64,63 berkategori cukup dan siklus II 81,05 berkategori baik. Keterampilan bercerita
pada siklus II ada peningkatan dengan perubahan perilaku seperti antusias, tidak
12
13 malu, lancar bercerita, tidak takut, konsentrasi pada pelajaran, dan penampilan
yang menyakinkan. Dari penelitian ini diperoleh dua hal penting, yaitu terjadinya peningkatan bercerita siswa dengan menggunakan media kerangka karangan dan
terjadi perubahan perilaku siswa. Penelitian yang dilakukan Mulyantini memiliki persamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Persamaannya terletak pada tujuan yang akan dicapai, yaitu siswa mampu bercerita dengan tata cara yang baik,
sedangkan perbedaannya terletak pada cara yang digunakan dalam meningkatkan keterampilan bercerita. Mulyantini menggunakan media kerangka karangan,
sedangkan peneliti menggunakan pemodelan dalam video compact disc VCD. Astuti 2005 melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi yang
berjudul Peningkatan Kemampuan Mendongeng Siswa Kelas VII SMP Negeri Simagaluh dengan Pendekatan Kontekstual Elemen Pemodelan. Menyimpulkan
bahwa teknik pemodelan dalam pembelajaran materi mendongeng dapat meningkatkan kemampuan mendongeng siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya peningkatan pada setiap aspek penilaian kemampuan mendongeng, yaitu pada siklus I nilai aspek tekanan adalah 3,14 dan pada siklus II menjadi 4,06 atau
meningkat 0,92. Nilai aspek kosa kata pada siklus I adalah 3,14 dan pada siklus II 4,02 meningkat 0,89. Nilai aspek kelancaran pada siklus I adalah 3,09 dan
pada siklus II 4,06 atau meningkat 0,98, sedangkan nilai aspek pemahaman pada siklus I adalah 3,25 dan pada siklus II 4,03 atau meningkat 0,78.
Penelitian yang dilakukan Astuti memberikan masukan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Karena terdapat persamaan dan perbedaan yang
14 dilakukan Astuti dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Persamaannya
terletak pada tujuan yang akan dicapai, yaitu siswa mampu bercerita dengan tata cara yang baik di depan kelas dan menggunakan pemodelan untuk meningkatkan
kemampuan bercerita pada siswa, sedangkan perbedaannya terletak pada cara yang digunakan dalam meningkatkan keterampilan bercerita. Astuti menggunakan
pendekatan kontektual elemen pemodelan, sedangkan peneliti menggunakan pemodelan dalam video compact disc yang berupa tayangan atau rekaman orang
bercerita. Musa’adatul 2007 melakukan penelitian dalam rangka penyusunan
skripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan Mendongeng Melalui Pengenalan Karakter Tokoh dalam VCD Dongeng Siswa Kelas VII B SMP 1
Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Subjek penelitian ini adalah kemampuan mendongeng. Hasil penelitian ini adalah terdapatnya peningkatan kemampuan
siswa. Nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan tindakan sebesar 68,17 kemudian pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 2,88 menjadi 71,05. Selanjutnya terjadi
peningkatan lagi sebesar 4,08 menjadi 75,85 pada siklus I sebanyak 17 siswa atau 41,46 dan pada siklus II menjadi 33 siswa atau 80,49 siswa. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa sebesar 39,03. Penelitian yang dilakukan Musa’adatul memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Persamaannya terletak pada tujuan yang akan dicapai, yaitu siswa mampu bercerita atau mendongeng dengan
tata cara yang baik dan menggunakan VCD untuk mencapai tujuannya, sedangkan perbedaannya terletak pada cara yang digunakan dalam meningkatkan
15 keterampilan bercerita. Musa’adatul menggunakan pengenalan karakter tokoh
dalam VCD, sedangkan peneliti menggunakan pemodelan dalam video compact disc yang berupa tayangan atau rekaman orang bercerita.
Christiana 2008 melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul Peningkatan Kemampuan Mendongeng dengan Menggunakan
Media Wayang pada Siswa Kelas VIIC SMP Negeri 18 Semarang. Menyimpulkan bahwa media wayang dapat meningkatkan kemampuan mendongeng pada siswa
kelas VIIC SMP Negeri 18 Semarang. Pada pratindakan, nilai rata-rata klasikal yang dicapai siswa sebesar 50,50. Hasil penelitian pada siklus I mencapai 66,50
atau mengalami peningkatan sebesar 24,06 dari hasil pratindakan. Pada siklus II, mengalami peningkatan sebesar 17,69 dari siklus I atau mencapai nilai 80,80.
selain itu perubahan sikap siswa dalam penelitian ini adalah siswa tampak senang, memiliki semangat untuk tampil, dan mengikuti pembelajaran dengan baik dalam
pembelajaran mendongeng. Penelitian yang dilakukan Christiana memiliki persamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Persamaannya terletak pada tujuan yang akan dicapai, yaitu siswa mampu mendongeng atau bercerita, sedangkan
perbedaannya terletak pada cara yang digunakan dalam meningkatkan keterampilan bercerita. Christiana menggunakan media wayang, sedangkan
peneliti menggunakan pemodelan dalam video compact disc VCD. Berdasarkan kajian pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian
tindakan kelas aspek bercerita sangatlah menarik dan banyak dilakukan peneliti bidang pendidikan bahasa, walaupun macam-macamnya berbeda-beda. Namun
16 demikian, masing-masing penelitian itu mempunyai kebaharuan-kebaharuan
sendiri, termasuk juga penelitian ini. Oleh karena itu, yang menjadi pembeda, yaitu penelitian ini mengakaji tentang peningkatan kemampuan bercerita melalui
pemodelan dalam video compact disc. Dalam penelitian ini siswa melihat rekaman pencerita yang diputar melalui televisi kemudian siswa diminta untuk
mengidentifikasi bercerita dengan tata cara yang baik, seperti olah vokal, olah gerak, mimik muka, dan pengusaan panggung. Selanjutnya, siswa diminta untuk
memadukan teks cerita dengan penceritaan yang dilakukan model dalam tayangan tersebut. Hal itu dilakukan dengan tujuan siswa dapat meniru gaya bercerita yang
dilakukan pencerita dalam video compact disc. Kemudian siswa latihan bercerita dikelompok kecil dengan arahan dari guru. Dengan demikian, diharapkan
kemampuan bercerita siswa kelas VII-B MTs Misbahul Falah Pati mengalami peningkatan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi perintis untuk
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah selama ini, khususnya masalah rendahnya keterampilan bercerita.
2.2 Landasan Teoretis