Pelaksanaan Pembelajaran Implementasi KTSP bagi Anak Tunagrahita Kategori Ringan 1. Implementasi Kurikulum

41 a. Kegiatan Pendahuluan Pembukaan Pembukaan adalah kegiatan awal pembelajaran. Dalam kegiatan ini guru menciptakan suasana pembelajaran agar siswa siap secara mental dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kesiapan siswa menentukan kegiatan selanjutnya dalam proses pembelajaran. Apabila siswa belum siap menerima materi yang akan disampaikan guru, siswa akan kesulitan menerima materi belajar. Menurut Hosnan 2014: 142 kegiatan pendahuluan memiliki tujuan untuk menciptakan suasana awal belajar yang efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Dalam kegiatan awal guru melakukan apersepsi yaitu dengan mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipahami sebelumnya serta memberikan komentar pada jawaban siswa Kunandar, 2007: 345. Dalam Permendiknas Nomor 1 tahun 2008, kegiatan pendahuluan bagi siswa tunagrahita kategori ringan adalah sebagai berikut. 1. Guru mengawali kegiatan belajar mengajar dengan menyapa dan memberi salam kemudian berdoa bersama. 2. Menyiapkan kondisi siswa secara psikis dan fisik, seperti kegiatan memeriksa ketersediaan alat belajar, sikap tubuh, dan menuntun gerak prompting sesuai derajat kelainan. 42 3. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. 4. Guru mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang siswa miliki. 5. Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi siswa. 6. Menyampaikan cakupan materi dan kegiatan berdasarkan layanan individual yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Kegiatan pendahuluan merupakan hal yang penting sebagai langkah awal agar aktivitas pembelajaran inti berlangsung efektif. Guru juga dapat mengetahui tahapan kemampuan pengetahuan siswa sehingga dapat memulai pembelajaran sesuai kemampuan awal. b. Menyampaikan MateriKegiatan Inti Kegiatan inti merupakan kegiatan untuk pembentukan kompetensi siswa Mulyasa, 2011: 256. Pembelajaran yang menyenangkan dan menarik akan membantu dalam proses pembentukan kompetensi. Pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila siswa terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosial 2013: 183. Kunandar 2007: 345 menyebutkan kegiatan yang dapat dilakukan adalah membahas tema yang akan disajikan beserta materibahan pembelajaran yang akan dipelajari dan alternatif kegiatan yang akan dilakukan siswa. Pembelajaran dalam KTSP bagi kelas awal 43 menggunakan pendekatan tematik. Dengan pembelajaran tematik, siswa dapat belajar secara keseluruhan holistik. Oleh karena itu, guru memegang peranan penting dalam menentukan metode dan strategi yang tepat dan bervariasi dalam penyampaian materi. Dalam Permendiknas Nomor 1 tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Khusus bahwa kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Proses kegiatan inti menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran, meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfimasi. Adapun penjelasan kegiatannya adalah sebagai berikut. 1 Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a Memberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung yang bersifat multi sensorik. b Menggunakan pendekatan yang mengutamakan pendekatan bermain sambil belajar atau lainnya secara bervariasi dan menyenangkan dengan menggunakan media yang menarik. c Memfasilitasi interaksi antar siswa dengan siswa, guru, lingkungan, atau sumber lain. d Melibatkan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran agar berpartisipasi secara aktif. e Memfasilitasi siswa melakukan eksplorasi di berbagai tempat 44 dan dalam setiap kegiatan. 2 Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: a Menyusun analisis tugas sesuai dengan kondisi dan potensi siswa baik akademik maupun non akademik. b Membiasakan siswa dalam kegiatan yang fungsional seperti membaca, menulis, dan menghitung sederhana sebagai kebiasaan hidup sehari-hari. c Memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. d Memfasilitasi siswa untuk mengikuti pameran, lomba, pagelaran, dan festival untuk menunjukkan produk yang dihasilkan. e Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri siswa. 3 Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam terhadap keberhasilan siswa. b Memberikan pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar dengan narasumber dan fasilitator. Pelaksanaan pembelajaran bagi tunagrahita kategori ringan disesuaikan dengan perkembangan anak, tidak dapat dipaksakan sesuai dengan target yang akan dicapai guru Munawir Yusuf, 2005: 98. Oleh 45 karena itu, pelaksanaan PPI bersifat fleksibel. Ini berarti, ketika pelaksanaan PPI saat pembelajaran tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka guru harus segera mengadakan penyesuaian sehingga PPI benar- benar sesuai penerapannya bagi tunagrahita Munawir Yusuf, 2005: 100. c. Penutup Penutup merupakan kegiatan akhir proses pembelajaran. Dalam kegiatan ini guru melakukan beberapa hal yaitu: membuat rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut Abd. Kadir Hanun Asrohah, 2014: 160. Permendiknas Nomor 1 tahun 2008 terdapat kegiatan penutup, guru: 1 Melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran individual. 2 Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 3 Merencanakan kegiatan tindak lanjut, meliputi: pengulangan pembelajaran, pencatatan dan penilaian anekdot serta layanan individual lainnya sesuai hasil belajar siswa. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran sebagai pelaksanaan dari rencanaa pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Melalui pelaksanaan proses pembelajaran dapat diketahui kegiatan yang telah direncanakan dalam PPI.

5. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan penilaian dan pengukuran terhadap suatu proses pembelajaran. Kegiatan evaluasi dapat menjadi tolak ukur keberhasilan siswa selama pembelajaran. Suharsimi Arikunto 2012: 3 menyatakan bahwa 46 mengadakan evaluasi meliputi dua cara, yaitu mengukur dan menilai. Dalam pendapatnya tersebut, makna mengukur dan menilai berbeda. Mengukur berarti membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dan sifatnya kuantitatif, sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk dan sifatnya kualitatif Suharsimi Arikunto, 2012: 3. Pendapat ini didukung oleh Anas Sudijono 2008: 8 menyatakan evaluasi adalah kegiatan atau proses mengukur kemudian menilai, sampai tahap mana tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Proses evaluasi bagi anak tunagrahita ringan dengan menggunakan pembelajaran yang bersifat individual ditentukan oleh guru dengan menerapkan standar untuk setiap siswa sesuai dengan kompetensi yang dimiliki anak sesuai hasil asesmen Munawir Yusuf, 2005: 299. Dalam hal ini guru memantau kemajuan atau kemunduran belajar siswa. Dengan mengetahui hal itu, guru dapat mengetahui kesesuaian strategi, pendekatan, atau media yang digunakan dengan hasil evaluasi terhadap siswa. Teknik penilaian dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 sebagai berikut: 1. Penilaian hasil belajar menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan individual atau kelompok, dan bentuk lain sesuai potensi dan perkembangan siswa. 2. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. 3. Teknik observasi atau pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. 4. Teknik penugasan bertentuk tugas rumah atau proyek secara individual atau kelompok. Proses evaluasi tidak hanya pada hasil saja, tetapi juga saat aspek lain dari diri siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Moh. Soleh Hamid 2011: 221 menjelaskan penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk 47 mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi juga mencakup seluruh aspek kepribadian, seperti perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial. Evaluasi hasil pembelajaran tidak hanya mengukur tingkat kemampuan kognitif, terutama bagi anak tunagrahita kategori ringan yang memiliki keterbatasan dalam berpikir. Munawir Yusuf 2005: 100 menyebutkan ada dua jenis evaluasi ditinjau dari pelaksanaan PPI, yaitu: a. Evaluasi Hasil Evaluasi hasil merupakan evaluasi yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran. b. Evaluasi proses Evaluasi proses dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam evaluasi ini menekankan pada pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakana, serta minat, sikap dan cara belajar siswa Eko Putro W., 2010: 15 Menurut Hosnan 2014: 416 penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian autentik authentic assesment yang menilai kesiapan siswa, proses dan hasil belajar secara utuh. Menurut Pokey Siders dalam Santrock, 2010: 657 penilaian autentik adalah mengevalusi pengetahuan atau kemampuan siswa dalam konteks yang mendekati kehidupan nyata. Evaluasi proses dan hasil harus ditindaklanjuti, apabila berhasil dengan

Dokumen yang terkait

Pelayanan Berkebutuhan Khusus Pada Sekolah Luar Biasa Perguruan Al-Azhar Medan

10 166 41

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA RINGAN DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA.

0 5 29

MODEL PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Peneltian Tindakan Kelas di Sekolah Luar Biasa (SLB) C Sukapura Bandung).

1 8 128

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN UANG PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBELANJA DI KANTIN PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNAS BHAKTI PLERET BANTUL.

0 0 267

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCOCOK TANAM SAWI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI PENGGUNAAN MODUL DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 SLEMAN.

0 4 249

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAGI SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS III DI SEKOLAH DASAR INKLUSI BANGUNREJO II YOGYAKARTA.

0 0 203

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KRIYA KAYU PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS SLEMAN.

7 37 134

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBILANG BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN MELALUI METODE PERMAINAN SNOWBALL THROWING DI KELAS I SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 SLEMAN.

0 3 350

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)/ MAGANG III SEKOLAH LUAR BIASA RELA BHAKTI 1 GAMPING.

0 0 4

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBILANG MELALUI MEDIA GRAFIS PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS II SDLB DI SLB C YAYASAN PENDIDIK ASUHAN ANAK LUAR BIASA (YPAALB) PRAMBANAN KLATEN.

0 2 216