Perencanaan Pembelajaran Implementasi KTSP bagi Anak Tunagrahita Kategori Ringan 1. Implementasi Kurikulum
30 kemampuannya serta dapat memungkinkan siswa untuk memaksimalkan
potensinya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa PPI adalah program yang dirancang oleh guru sesuai dengan kebutuhan belajar siswa
sehingga program yang diberikan secara tepat dan mampu mengoptimalkan potensi anak.
PPI adalah program yang dirancang menyesuaikan dengan hasil asesmen. PPI lebih tepat digunakan pada anak tunagrahita kategori ringan
karena kebutuhan belajarnya bisa terpenuhi. Menurut Endang R. Zaenal A., 2005: 35 masalah dan hambatan belajar tunagrahita yang kompleks
membawa konsekuensi kepada kompetensi guru di dalam menyusun rencana pembelajaran yang mampu mengakomodasi kebutuhan anak tunagrahita.
Apabila dalam mengakomodasi kebutuhan tunagrahita mengalami kegagalan dapat dipastikan pada tahap selanjutnya akan menemui masalah.
Program pembelajaran bagi anak tunagrahita dikembangkan dari dua sisi, yaitu: dari sisi kurikulum dan kebutuhan anak. Rancangan PPI dapat
disusun dengan dua cara, yaitu: 1 Penyusunan PPI berdasarkan analisis kurikulum dengan hasil asesmen.
2 Penyusunan PPI berdasarkan hasil asesmen, analisis kurikulum hanya sebagai rujukan formal Endang R. Zaenal A., 2005: 145.
Guru dapat memilih salah satu cara tersebut untuk menyusun PPI sesuai dengan kemampuan dan kompetensi masing-masing. Namun, dalam
pelaksanaannya PPI harus memenuhi rambu-rambu dalam perancangan program. Menurut Mumpuniarti 2007:77 PPI meliputi: deskripsi
31 kemampuan yang dimiliki anak; tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek; rincian layanan yang memuat pendidikan khusus dan layanan yang terkait dengan kebutuhan anak; keterangan waktu dimulainya program, waktu
selesai, serta evaluasi; setiap tujuan terdapat kriteria ketercapaian. Menurut Kitano dan Kirby dalam Endang R. Zaenal A., 2005: 48
prosedur ideal untuk menentukan program pembelajaran individual yaitu : 1 Pembentukan tim PPI
2 Menilai kebutuhan khusus anak 3 Merancang metode dan prosedur pembelajaran
4 Menentukan evaluasi kemajuan anak
PPI merupakan bentuk perencanaan pembelajaran oleh guru yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar lebih terarah.
Selain itu, bagi siswa tunagrahita kategori ringan diberikan pembelajaran yang menekankan pada tema-tema tertentu sehingga kegiatan belajar menjadi
bermakna dan utuh. Perencanaan pembelajaran individual bagi anak tunagrahita kategori
ringan meliputi: asesmen, merumuskan tujuan pembelajaran, penentuan tema, menentukan materi pembelajaran, menentukan metode, media, dan prosedur,
serta menentukan evaluasi pembelajaran. a Asesmen
Program pembelajaran anak tunagrahita kategori ringan berorientasi pada kebutuhan setiap individu. Anak tunagrahita kategori ringan
memiliki karakteristik yang berbeda meskipun anak tunagrahita memiliki MA Mental Age atau usia mental yang sama Endang R. Zaenal A.,
2005: 35. Oleh karena itu, anak tunagrahita membutuhkan program
32 pembelajaran yang dirancang secara individual. Untuk dapat merancang
PPI, guru dituntut memiliki kompetensi mampu mengidentifikasi kemampuan dan kebutuhan belajar siswa. Menurut Rochyadi 2005: 61
untuk memperoleh data dan informasi tentang kebutuhan dari masalah yang dihadapi anak, guru dapat melakukannya melalui kegiatan yang
disebut asesmen. Asesmen adalah upaya yang sistematis untuk mengetahui
kemampuan, kesulitan dan kebutuhannya pada bidang tertentu, setelah itu data hasil asesmen dapat dijadikan sebagai bahan dalam penyusunan PPI
yang sesuai bagi anak Endang R. Zaenal A., 2005: 61. Standards for Special Education 2003: 3 mendefinisikan asesmen merupakan proses
berkelanjutan dengan
mengumpulkan informasi
tentang siswa
menggunakan sejumlah metode formal dan informal dari berbagai kawasanarea yang dapat diamati dan ditunjukkan seperti perilaku,
komunikasi, intelektual, karakteristik belajar dan fisik, untuk mengembangkan dan melaksanakan program yang tepat sehingga
mendukung pembelajaran siswa. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan asesmen bagi anak tunagrahita adalah serangkaian proses
yang dilakukan berkelanjutan untuk mendapatkan informasidata anak mengenai kebutuhan belajar, kelemahan, dan kemampuan yang dimiliki
secara tepat, agar program yang dirancang dapat mengoptimalkan potensinya. Dalam asesmen bagi anak tunagrahita kategori ringan
setidaknya ada empat bidang yaitu; bidang akademik, bidang sensorimotor,
33 bidang menolong diri, dan bidang perilaku Endang R. Zaenal A., 2005:
68. Untuk menggali informasidata mengenai empat bidang tersebut
dilakukan dengan cara observasi, wawancara, tes. Menurut Mary A. Falvey dalam Endang R. Zainal A., 2005: 65 metode pengumpulan
informasidata siswa harus mempertimbangkan tiga hal penting berikut ini. 1 Kapan asesmen dilakukan?
Asesmen dilakukan secara terus-menerus untuk menentukan program pembelajaran yang sesuai dan fungsional bagi anak. dengan demikian,
asesmen dapat memfasilitasi anak dalam belajar dan keterampilan sehingga hasilnya bersifat fungsional.
2 Dimana asesmen dilakukan? Asesmen hendaknya dilakukan dalam situasi yang alamiah, seperti;
di rumah, di dalam kelas, di halaman sekolah, di dalam atau di luar kantin, di asrama, dsb. Hal ini dapat melihat perilaku anak secara
alami. 3 Bagaimana asesmen dilakukan?
Metode dan teknik menjadi pertimbangan saat melakukan asesmen. Beberapa teknik dapat digunakan dalam melakukan asesmen,
diantaranya: observasi, wawancara, dan tes. Berbagai metode digunakan secara kombinasi dan tidak terpisah-pisah. Metode
pengumpulan data dilakukan secara mendalam sehingga informasi mengenai kemampuan, masalah, dan kebutuhan anak. Observasi
34 dengan setting lingkungan yang alamiah membantu guru untuk
melihat keterampilan dan kemampuan anak karena perilaku muncul tanpa ada manipulasi dari guru. Wawancara dapat dilakukan guru
kepada orang yang paling dekat dengan anak yaitu orang tuawali siswa. Sedangkan dokumentasi dapat data riwayat kesehatan, dsb.
Datainformasi mengenai siswa hendaknya didapatkan secara akurat agar potensi yang akan dikembangkan, sesuai kebutuhan belajar anak.
Dengan demikian asesmen diperlukan untuk menentukan pembelajaran yang tepat bagi anak tunagrahita kategori ringan. Hasil asesmen dapat
menjadi acuan bagi guru untuk menentukan kebutuhan belajar siswa. bTujuan
Dalam PPI dikenal dengan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang merupakan tujuan yang akan dilaksanakan
dalam waktu yang relatif lama dapat selama satu semester atau satu tahun. Sedangkan tujuan jangka pendek merupakan tujuan yang akan
dilaksanakan dalam waktu relatif singkat. Dalam merumuskan tujuan jangka pendek guru juga menggunakan pernyataan-pernyataan yang jelas
mengenai perilaku untuk mengukur derajat keberhasilan pembelajaran Endang R Zaenal A., 2005: 54-55. Dalam merumuskan tujuan hal-hal
yang harus diperhatikan adalah: 1 Tujuan
dirumuskan berdasarkan
kemampuan siswa
untuk mencapainya.
35 2 Memprioritaskan untuk dapat mencapai kemampuan yang praktis dan
fungsional. 3 Tujuan yang dirumuskan sesuai dengan usia kronologis siswa.
4 Tujuan dirumuskan dengan menggunakan kata-kata operasional. 5 Komponen ABCD Audience, Behavior, Condition, dan Degree
menjadi pedoman dalam merumuskan tujuan. Mumpuniarti, 2007: 75.
c Menentukan Tema Pembelajaran Tema merupakan konsep yang menjadi pengikat untuk menyatukan
bahasan dalam materi belajar dari beberapa mata pelajaran Deni, 2014: 101. Pendapat ini didukung oleh Trianto 2013: 154 yang menyatakan
bahwa tema merupakan alat untuk pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran yang saling terkait sehingga dalam pembelajaran
yang dilaksanakan
mengandung materi-materi
yang bermakna.
Pembelajaran yang bermakna bagi siswa mampu memberikan pengalaman yang nyata bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Abd. Kadir dan Hanun Asrohah 2014: 67 tema diramu dari kompetensi dasar dan indikator dari beberapa mata pelajaran yang
dijabarkan dalam konsep, keterampilan, atau kemampuan yang ingin dikembangkan dan didasarkan atas situasi dan kondisi kelas, guru, sekolah,
dan lingkungan. Namun,
dalam penentuan
tema juga
mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan
36 pengetahuan awal Trianto, 2013: 154. Pendapat tersebut ditegaskan oleh
Deni Kurniawan 2014: 103 yang menyebutkan penentuan tema dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1 Merujuk pada kompetensi dasar KD kemudian tentukan tema 2 menentukan tema kemudian disesuaikan dengan kompetensi dasar KD
Tema menjadi hal yang penting dalam perencanaan pembelajaran bagi siswa tunagrahita dengan mempertimbangkan antara kompetensi
dasar dalam kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan belajar siswa. Dengan demikian, antara tujuan yang ingin dicapai dengan
kebutuhan belajar siswa dapat tercapai. Trianto 2013: 154 menambahkan materi yang tidak dapat dipadukan tidak perlu dipaksakan,
sehingga tidak menyusahkan guru dalam menyusun dan menerapkannya. dMengembangkan Materi Pembelajaran
Dalam Permendiknas Nomor 1 tahun 2008 menyebutkan bahwa materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir yang sesuai dengan rumusan indikator pencapaian. Menurut Endang R. Zaenal A. 2005: 148
mengembangkan materi pembelajaran yang dirancang dalam PPI disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak dan menganalisis
kurikulum. Pendapat ini didukung oleh Mumpuniarti 2007: 75 yang menyebutkan bahwa pokok-pokok materi yang diajarkan pada anak
dapat diambil dari silabus kurikulum sekolah yang telah ditetapkan. Mengembangkan materi pembelajaran dapat diambil dari analisis
kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan awal siswa. Materi
37 pembelajaran
yang disajikan
bersifat fungsional.
Dengan mengembangkan materi pembelajaran, maka guru dapat menentukan
metode dan media yang relevan. e Menentukan Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan menyampaikan materi kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran Abdul Majid,
2013: 193. Metode yang digunakan guru berpengaruh pada kelangsungan kegiatan belajar mengajar. Metode bagi anak tunagrahita
yang memiliki keterbatasan dalam bidang akademik maupun non akademik.
Siswa dengan keunikan khusus memerlukan rencana yang lebih terperinci, seperti analisis tugas dan rencana individu Jacobsen, Eggen,
Kauchack, 2009: 164. Metode pembelajaran bagi siswa hambatan mental lebih tepat menggunakan analisa tugas task analysis.
Analisis tugas merupakan proses memecah tugas pembelajaran yang kompleks menjadi bagian-bagian mendasar sehingga siswa dapat
menguasai tiap tahapan Arends, 2013. Analisis tugas adalah proses memecahkan keahlian yang rumit menjadi keahlian yang lebih sederhana
Jacobsen, Eggen, Kauchack, 2009: 58. Anak tunagrahita tidak dapat mempelajari sesuatu yang rumit, dengan melakukan proses analisis tugas
dalam pembelajaran dapat memecah tahapan yang kompleks menjadi tahapan yang sederhana. Tahapan yang belum dikuasai siswa akan
38 diketahui oleh guru dan dapat diupayakan dengan pengulangan dalam
pembelajaran hingga siswa dapat menyelesaikan tugasnya. f Penggunaan Media
Penggunaan dan pemilihan media juga memiliki peran penting dalam pembelajaran. Media merupakan alat yang digunakan sebagai
pengantar pesan-pesan pembelajaran dari guru kepada siswa Azhar Arsyad, 2011: 4. Media yang menarik mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginanan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsang kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa Hamalik dalam
Azhar Arshad, 2011: 15. gMenyusun Prosedurlangkah pembelajaran
Proses pembelajaran dimungkinkan dapat mengelompokkan anak berdasarkan karakteristik materi yang akan dibelajarkan secara kooperatif.
Meskipun dalam pelaksanaannya dapat dimungkinkan siswa yang heterogen, tetap dikelola secara individual. Dalam pembelajaran sangat
dimungkinkan strategi pembelajaran akan berubah sesuai dengan kondisi anak, sehingga kreativitas guru sangat penting Endang R. Zaenal
Alimin, 2005: 55. hMenentukan Evaluasi Kemajuan
Evaluasi kemajuan belajar hendaknya mengukur derajat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam evaluasi kemajuan
39 belajar dilaksanakan dari dua sisi yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung dan evaluasi hasil dilakukan setelah pemberian materi tuntas diselesaikan.