Penelitian yang Relevan KAJIAN TEORI
50 siswa. Kurikulum ini sesuai diterapkan di SLB karena dikembangkan berdasarkan
pada kebutuhan belajar siswa berkebutuhan khusus. Perbedaan individu pada siswa berkebutuhan khusus menuntut adanya penyesuaian pembelajaran bagi
masing-masing siswa. Tunagrahita adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang memiliki
keterbatasan intelektual menyebabkan ketidakmampuan berpikir abstrak sehingga mengalami kesulitan dalam bidang akademik maupun non akademik. Meskipun
memiliki keterbatasan intelektual, anak tunagrahita dapat diberikan pembelajaran yang sederhana, spesifik, melalui pendekatan tematik. Pembelajaran bagi
tunagrahita kategori ringan diberikan secara menyeluruh melalui pendekatan tematik sehingga kegiatan belajar menjadi bermakna.
Pembelajaran bagi anak tunagrahita kategori ringan dirancang dengan menyesuaikan kemampuan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, guru harus
memiliki kompetensi untuk merencanakan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan awal siswa melalui kegiatan asesmen. Asesmen dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi siswa secara terperinci mengenai kelebihan dan kelemahan anak dalam belajar. Apabila guru mengetahui kelemahan dan
kelebihan kemampuan belajar siswa, maka guru dapat merancang pembelajaran sesuai dengan potensi anak.
Implementasi KTSP bagi anak berkebutuhan khusus terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Adapun di kelas II
SDLBC SLB Rela Bhakti I Gamping penerapan KTSP belum optimal. Perencanaan pembelajaran sudah berjalan baik, pelaksanaan pembelajaran belum
51 optimal pada penerapan pembelajaran tematik, dan evaluasi hasil belajar belum
efektif sehingga secara tidak langsung layanan pendidikan bagi anak tunagrahita mengalami hambatan.
Dengan demikian, implementasi KTSP dapat mengakomodasi pembelajaran tunagrahita. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan dalam penerapan KTSP
agar anak tunagrahita mendapakan pengalaman belajar melalui pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan anak tunagrahita.