47 mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi juga mencakup seluruh
aspek kepribadian, seperti perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial.
Evaluasi hasil pembelajaran tidak hanya mengukur tingkat kemampuan kognitif, terutama bagi anak tunagrahita kategori ringan yang memiliki
keterbatasan dalam berpikir. Munawir Yusuf 2005: 100 menyebutkan ada
dua jenis evaluasi ditinjau dari pelaksanaan PPI, yaitu:
a. Evaluasi Hasil Evaluasi hasil merupakan evaluasi yang dilaksanakan setelah proses
pembelajaran. b. Evaluasi proses
Evaluasi proses dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam evaluasi ini menekankan pada pengelolaan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang
dilaksanakana, serta minat, sikap dan cara belajar siswa Eko Putro W., 2010: 15
Menurut Hosnan 2014:
416 penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian autentik authentic assesment yang
menilai kesiapan siswa, proses dan hasil belajar secara utuh. Menurut Pokey Siders dalam Santrock, 2010: 657 penilaian autentik adalah mengevalusi
pengetahuan atau kemampuan siswa dalam konteks yang mendekati kehidupan nyata. Evaluasi proses dan hasil harus ditindaklanjuti, apabila berhasil dengan
48 baik, maka PPI dapat diteruskan dan dimantapkan lagi Munawir Yusuf, 2005:
100. Apabila kurang berhasil perlu diadakan peninjauan kembali dan perubahan strategi pembelajaran.
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian berikut ini adalah hasil peneltian yang dinilai relevan dengan penelitian yang berkaitan dengan masalah Implementasi Kurikulum Tingkat
satuan Pendidikan
KTSP. Penelitian
Ardian Yunaryo
yang berjudul Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar
Masjid Syuhada’
Yogyakarta; 2012.
Penelitian ini
bertujuan untuk
mendeskripsikan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan oleh Guru SD Masjid Syuhada’ Yogyakarta, yang meliputi : 1 Perencanaan pembelajaran
berbasis KTSP, 2 Pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP, 3 Evaluasi pembelajaran oleh guru, 4 Hambatan yang dialami guru dalam pelaksanaan
implementasi KTSP, 5 Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan dalam implementasi KTSP. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian yaitu di SD Masjid Syuhada’ Yogyakarta. Subyek penelitiannya yaitu Kepala Sekolah dan Guru SD Masjid Syuhada’.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis data
kualitatif. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1Perencanaan pembelajaran belum berjalan dengan optimal ditinjau dari sisi penyusunan RPP
yang masih belum tepat, RPP kadang disusun secara akumulasi dalam beberapa pertemuan sekaligus bahkan setelah pelaksanaan pembelajarannya berlangsung.
49 2Pelaksanaan pembelajaran di SD Masjid Syuhada’ juga belum berjalan dengan
optimal ditinjau dari sisi jumlah siswa dalam 1 rombongan belajar yang melebihi standar maksimal, beban kerja guru yang terlalu banyak, dan sarana pendidikan
yang masih belum mencukupi. 3Evaluasi pembelajaran sudah berjalan optimal. Hal ini terlihat dari proses pelaksanaan evaluasi yang sudah benar-benar
diterapkan guru dengan baik dan juga pemberian nilai kepada siswa secara murni tanpa adanya penambahan. 4Hambatan dalam implementasi KTSP yaitu
banyaknya beban kerja guru, kondisi siswa yang berbeda-beda, keterbatasan waktu, serta kurangnya sarana dan prasarana. 5Upaya yang dilakukan adalah
merumuskan kembali pembagian tugas guru agar bisa merata sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah, selalu berkomunikasi kepada orang tua siswa,
meningkatkan kedisiplinan dan memanajemen waktu secara baik, mengajukan usulan kepada kepala sekolah dan yayasan untuk pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan. Melalui hasil penelitian tersebut hampir serupa dengan Implementasi KTSP
pada siswa tunagrahita kategori ringan kelas II di SLB Rela Bhakti I Gamping yang meliputi; perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta hambatan dan upaya
yang dilakukan oleh guru kelas II. Namun perbedaan penelitian ini adalah implementasi KTSP di Sekolah Luar Biasa pada siswa tunagrahita kategori ringan
dan penelitian ini juga belum banyak diteliti.
E. Kerangka Berpikir
KTSP merupakan kurikulum operasional yang dilaksanakan di tiap satuan pendidikan. Dalam penerapan KTSP disesuaikan dengan kondisi sekolah dan
50 siswa. Kurikulum ini sesuai diterapkan di SLB karena dikembangkan berdasarkan
pada kebutuhan belajar siswa berkebutuhan khusus. Perbedaan individu pada siswa berkebutuhan khusus menuntut adanya penyesuaian pembelajaran bagi
masing-masing siswa. Tunagrahita adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang memiliki
keterbatasan intelektual menyebabkan ketidakmampuan berpikir abstrak sehingga mengalami kesulitan dalam bidang akademik maupun non akademik. Meskipun
memiliki keterbatasan intelektual, anak tunagrahita dapat diberikan pembelajaran yang sederhana, spesifik, melalui pendekatan tematik. Pembelajaran bagi
tunagrahita kategori ringan diberikan secara menyeluruh melalui pendekatan tematik sehingga kegiatan belajar menjadi bermakna.
Pembelajaran bagi anak tunagrahita kategori ringan dirancang dengan menyesuaikan kemampuan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, guru harus
memiliki kompetensi untuk merencanakan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan awal siswa melalui kegiatan asesmen. Asesmen dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi siswa secara terperinci mengenai kelebihan dan kelemahan anak dalam belajar. Apabila guru mengetahui kelemahan dan
kelebihan kemampuan belajar siswa, maka guru dapat merancang pembelajaran sesuai dengan potensi anak.
Implementasi KTSP bagi anak berkebutuhan khusus terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Adapun di kelas II
SDLBC SLB Rela Bhakti I Gamping penerapan KTSP belum optimal. Perencanaan pembelajaran sudah berjalan baik, pelaksanaan pembelajaran belum