27 Implementasi kurikulum di sekolah bagi tunagrahita kategori ringan
memerlukan tahapan yang tepat agar penerapan tersebut berhasil dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik siswa.
Implementasi kurikulum bagi tunagrahita kategori ringan nampak dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru, maka pemahaman dan kompetensi
guru memiliki peran penting. Dalam mengembangkan indikator pencapaian kompetensi sesuai kekhususan siswa dilakukan secara berkelompok oleh guru-
guru. Namun, dalam pelaksanaannya indikator pencapaian kompetensi menyesuaikan dengan kondisi masing-masing siswa tunagrahita kategori
ringan. Bartleman et al. 2010:1 menyatakan desain pembelajaran untuk siswa tunagrahita memerlukan kualitas pengajaran yang berkaitan dengan hasil
assessmen, tujuan IEP Individualized Education Program atau PPI Program Pembelajaran Individual, dan perencanaan pendidikan yang diberikan pada
penyandang tunagrahita. Menurut pendapat Kunandar 2007: 235 implementasi kurikulum
mencakup tiga kegiatan pokok, yakni perencanaanpengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Senada dengan
pendapat Oemar Hamalik 2009: 249 menyebutkan tahapan implementasi kurikulum meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka, impelementasi kurikulum bagi anak tunagrahita meliputi: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
program pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran.
28
3. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan merencanakan semua komponen pembelajaran, terutama dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, terarah, dan jelas Martiyono: tanpa tahun, 23. Perencanaan pembelajaran dalam kurikulum
KTSP adalah langkah-langkah yang disusun untuk memudahkan guru dalam menerapkan pembelajaran bagi siswa, sesuai dengan SKKD yang ditetapkan.
Dalam Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan
Tunalaras disebutkan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Perencanaan pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Kunandar menambahkan 2007: 243 guru diharapkan mampu memberikan stimulus atau
ransangan dalam pengalaman belajar yang bermakna untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal sehingga pengembangan silabus dan rencana
pembelajaran yang diberikan tepat sesuai karakteristik siswa. Oleh karena itu, materi pengembangan silabus dan RPP penting dikuasai oleh guru.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai KD Permendiknas
Nomor 1 Tahun 2008. Menurut Kunandar 2007: 262 lingkup RPP mencakup satu KD yang terdiri dari satu atau lebih indikator pencapaian untuk satu kali
pertemuan atau lebih. RPP yang disusun oleh guru juga memerhatikan beberapa prinsip agar mampu tepat bagi potensi yang dimiliki siswa dan
29 ketentuan dari sisi kurikulum. Berikut adalah prinsip penyusunan RPP dalam
Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008, meliputi: identitas mata pelajarantema pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian
kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, serta sumber
belajar. Kunandar 2007: 263 berpendapat RPP hendaknya bersifat luwes fleksibel dan dapat memberikan kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikan
dengan pembelajaran yang sesungguhnya. Perencanaan pembelajaran bagi siswa tunagrahita mengutamakan pada
program yang bersifat individual. Program Pembelajaran individual PPI adalah program atau rencana yang disusun untuk individu siswa berkelainan
tertentu Mumpuniarti, 2007: 77. PPI kependekan dari program pendidikan yang diindividualkan. Makna diindividualkan berarti rencana yang dibuat
secara khusus harus memenuhi kebutuhan khusus anak. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu pada aspek tujuan, modifikasi, akomodasi,
personil, penempatan anak kebutuhan khusus Terri Mauro tanpa tahun dalam http:specialchildren.about.com. diunduh tanggal 3 januari 2015.
Welton Mallan 1981: 371 individualized instruction is disarmingly simple; the intent is to provide instruction that is keyed to the student’s needs,
interests, and abilities and permits the student to maximize his or her potential. Dalam pendapat ini dinyatakan bahwa pembelajaran individual
merupakan sesuatu yang sederhana, dengan merumuskan tujuan untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, minat, dan
30 kemampuannya serta dapat memungkinkan siswa untuk memaksimalkan
potensinya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa PPI adalah program yang dirancang oleh guru sesuai dengan kebutuhan belajar siswa
sehingga program yang diberikan secara tepat dan mampu mengoptimalkan potensi anak.
PPI adalah program yang dirancang menyesuaikan dengan hasil asesmen. PPI lebih tepat digunakan pada anak tunagrahita kategori ringan
karena kebutuhan belajarnya bisa terpenuhi. Menurut Endang R. Zaenal A., 2005: 35 masalah dan hambatan belajar tunagrahita yang kompleks
membawa konsekuensi kepada kompetensi guru di dalam menyusun rencana pembelajaran yang mampu mengakomodasi kebutuhan anak tunagrahita.
Apabila dalam mengakomodasi kebutuhan tunagrahita mengalami kegagalan dapat dipastikan pada tahap selanjutnya akan menemui masalah.
Program pembelajaran bagi anak tunagrahita dikembangkan dari dua sisi, yaitu: dari sisi kurikulum dan kebutuhan anak. Rancangan PPI dapat
disusun dengan dua cara, yaitu: 1 Penyusunan PPI berdasarkan analisis kurikulum dengan hasil asesmen.
2 Penyusunan PPI berdasarkan hasil asesmen, analisis kurikulum hanya sebagai rujukan formal Endang R. Zaenal A., 2005: 145.
Guru dapat memilih salah satu cara tersebut untuk menyusun PPI sesuai dengan kemampuan dan kompetensi masing-masing. Namun, dalam
pelaksanaannya PPI harus memenuhi rambu-rambu dalam perancangan program. Menurut Mumpuniarti 2007:77 PPI meliputi: deskripsi