40
Terhadap Pemahaman Kons ep Teorema Pythagoras Siswa VIII SMP”.
Berdasarkan hasil analisis data N-gain pemahaman konsep teorema Pythagoras diperoleh bahwa rata-rata skor N-gain siswa kelas eksperimen 0,762 lebih tinggi
daripada rata-rata skor N-gain kelas kontrol 0,614. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis teori belajar Dienes lebih efektif
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari pemahaman konsep teorema Pythagoras.
Keempat penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu dalam penelitian sama-sama menerapkan model
pembelajaran berbasis Teori Belajar Dienes di sekolah dasar. Sedangkan satu penelitian diterapkan pada siswa SMP. Namun hasil penelitian diantara kedua
subyek penelitian tidak jauh berbeda dan menunjukkan persamaan hasil yaitu bahwa pembelajaran berbasis teori belajar Dienes lebih efektif dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional. Penelitian-penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu pada materi yang
akan diajarkan dalam penelitian berbeda, yakni penelitian kali ini mengangkat materi pecahan senilai pada mata pelajaran matematika di sekolah dasar.
2.3 Kerangka Berpikir
Mengajarkan matematika di sekolah dasar memang tidak mudah. Guru diharapkan mampu mengemas pembelajaran yang bersifat abstrak tersebut agar
bisa dipahami dengan mudah oleh siswa. Siswa usia sekolah dasar termasuk dalam tahap berpikir operasional konkret di mana anak mengalami kesulitan
dalam memahami konsep matematika yang bersifat abstrak. Salah satu cara agar
41
konsep matematika mudah dipahami oleh siswa adalah guru dalam menanamkan konsep matematika menggunakan media bahan manipulatif yang bersifat
konkret. Diantara sekian banyak materi matematika, salah satu materi yang bersifat
abstrak ialah pecahan senilai. Pada umumnya materi tersebut diajarkan dengan model konvensional ceramah tanpa dibantu dengan penggunaan alat peraga.
Pembelajaran matematika yang seperti itulah yang membuat siswa sulit memahami konsep pecahan senilai. Sebagai dampaknya ialah hasil belajar dan
aktivitas siswa menjadi rendah. Kondisi tersebut dialami oleh siswa kelas IV di SDN Pesurungan Lor 1 Kota Tegal. Melihat permasalahan tersebut, perancangan
sekaligus pelaksanaan proses pembelajaran matematika harus dilakukan secara matang sehingga tujuan dapat tercapai, salah satunya adalah dengan menerapkan
pembelajaran matematika berbasis teori belajar Dienes. Teori Belajar Dienes menitikberatkan pembelajaran matematika pada
permainan. Pembelajaran yang dikemas dengan menarik dan menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Dalam
membelajarkan materi pecahan senilai siswa dihadapkan pada situasi permainan dimana siswa secara aktif berinteraksi dengan bahan manipulatif supaya siswa
dapat lebih mudah dalam memahami konsep pecahan senilai. Jika pembelajaran tersebut dirancang dan dilaksanakan dengan baik akan membawa dampak pada
meningkatnya hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Aktivitas
42
merupakan suatu proses yang terpadu antara aspek fisiologis, intelektual, sosial, emosional, dan moral yang saling berpengaruh.
Dalam penelitian ini peneliti hendak mengujicobakan pembelajaran berbasis teori belajar Dienes pada kelas eksperimen dan model pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol. Peneliti hendak membandingkan aktivitas dan hasil belajar antara kelas yang diberi perlakuan dan yang tidak. Adanya perbedaan
aktivitas dan hasil belajar diantara dua kelas tersebut, diharapkan dapat memberi masukan bagi guru sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi masalah dalam
pembelajaran matematika khususnya materi pecahan senilai, sehingga tujuan pembelajaran matematika kedepannya dapat tercapai secara optimal. Dari uraian
tersebut, dapat digambarkan alur pemikirannya yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Kelompok eksperimen