58 pada butir soalnya dengan angka yang lebih sedang jadi diasumsikan soal-soal
tersebut termasuk dalam kategori sedang. Analisis tingkat kesukaran soal secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 22.
3.5.1.4 Daya Pembeda
Sudjana 2015: 141 analisis daya pembeda soal adalah mengkaji butir- butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan
siswa yang tergolong mampu tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda
apabila tes tersebut diujikan kepada anak berprestasi tinggi hasilnya rendah, tetapi jika diberikan kepada anak yang lemah hasilnya tinggi. Atau bila diberikan
kepada kedua kategori siswa tersebut hasilnya sama saja. Arifin 2014: 273, perhitungan daya beda adalah pengukuran sejauh mana
suatu butir soal mampu membedakan siswa yang sudah menguasai kompetensi dengan siswa yang belumkurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria
tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara siswa yang menguasai kompetensi dengan
siswa yang kurang menguasai kompetensi. Rumus untuk menghitung daya beda yakni sebagai berikut:
Keterangan: D
P
= daya pembeda
W
l
= jumlah siswa yang gagal dari kelompok bawah
W
h
= jumlah siswa yang gagal dari kelompok atas
59 n
= 27 x jumlah siswa
Arifin, 2014: 273 Untuk menafsirkan hasilnya dapat dilihat melalui klasifikasi berikut:
D = 0,00 – 0,20 = jelek
D = 0,21 – 0,40 = cukup
D = 0,41 – 0,70 = berarti baik
D = 0,71 – 1,00 = baik sekali
D = negatif semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.
Arikunto 2015: 232. Berdasarkan penghitungan daya beda secara manual, dari 28 butir soal
diperoleh 2 soal kategori jelek, 12 soal kategori cukup, 11 soal kategori baik, dan 3 soal kategori sangat baik. Soal yang berkategori jelek terdapat pada soal nomor
17 dan 23; soal yang berkategori cukup terdapat pada soal nomor 2, 11, 15, 23,24, 25, 29, 30, 34, 35, 36, dan 39; soal yang berkategori baik terdapat pada soal
nomor 1, 5, 6, 8, 12, 14, 16, 22, 27, 28, dan 40; soal yang berkategori sangat baik terdapat pada soal nomor 3, 7, dan 32. Berikut merupakan data hasil penghitungan
daya beda soal secara manual yang disajikan pada tabel berikut: Tabel 3.4 Analisis Daya Beda Soal
No. Nomor Soal
Daya Beda Keterangan
1. 1
0,5 Baik
2. 2
0,25 Cukup
3. 3
0,75 Baik sekali
4. 5
0,5 Baik
5. 6
0,625 Baik
6. 7
0,75 Baik sekali
7. 8
0,625 Baik
60 No
Nomor Soal Daya Beda
Keterangan 8.
11 0,375
Cukup 9
12 0,5
Baik 10.
14 0,5
Baik 11.
15 0,25
Cukup 12.
16 0,5
Baik 13.
22 0,5
Baik 14.
23 0,25
Cukup 15.
24 0,25
Cukup 16.
25 0,25
Cukup 17.
26 0,125
Jelek 18.
27 0,5
Baik 19.
28 0,5
Baik 20.
29 0,375
Cukup 21.
30 0,375
Cukup 22.
32 1
Sangat baik 23.
33 0,125
Jelek 24.
34 0,375
Cukup 25.
35 0,375
Cukup 26.
36 0,375
Cukup 27.
39 0,375
Cukup 28.
40 0,5
Baik
Berdasarkan serangkaian pengujian pada hasil soal uji coba, diperoleh soal-soal yang memenuhi syarat valid, reliabel, tingkat kesukaran, dan daya beda.
Soal tersebut berjumlah 25 soal, namun soal yang digunakan dalam penelitian ini hanya berjumlah 20 soal yang terdiri atas soal nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 15, 16, 22,
24, 25, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 39, dan 40. Soal-soal tersebut dijadikan sebagai tes awal dan tes akhir, tes awal dilaksanakan sebelum pembelajaran matematika
materi Pecahan Senilai, sedangkan tes akhir dilakukan setelah materi pelajaran telah selesai disampaikan. Analisis daya beda secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 23.
3.5.2 Instrumen Kualitatif
Instrumen kualitatif dalam penelitian ini digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu instrumen kualitatif variabel terikat dan instrumen kualitatif variabel bebas.