Kemampuan Pemahaman Konsep Pembahasan

konsep secara figuratif melalui konteks yang familiar berdasarkan istilah yang terkait dengan konsep yang telah diketahui siswa. Selanjutnya pada tahap kongkrit – aktif, siswa berperan lebih aktif daripada guru karena guru hanya memberikan tugas dan dorongan agar siswa melakukan eksplorasi, percobaan, mengukur, atau membandingkan sehingga dapat membedakan konsep baru dengan konsep-konsep yang telah diketahui sebelumnya. Kemudian pada tahap abstrak – reflektif, guru kembali aktif dalam bertindak sebagai narasumber dan siswa diberikan kesempatan untuk terus menggali lebih jauh konsep baru yang telah diperolehnya melalui pertanyaan maupun pendapat yang diajukan kepada guru. Tahap terakhir adalah abstrak – aktif dimana siswa terlibat lebih aktif dalam melakukan latihan mengguakan konsep baru yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dan mengembangkan strategi. Dengan saling bergantian keaktifan antara guru dan siswa saat proses pembelajaran maka siswa dituntut untuk terus memahami konsep yang telah diketahuinya dan menggali lebih dalam akan konsep baru yang ditemukannya. Sedangkan guru dituntut untuk aktif sebagai fasilitator dalam mengembangkan konsep lama maupun konsep baru yang diperoleh siswa.

4.2.2 Kemampuan Pemahaman Konsep

Penelitian secara kuantitatif pada peneltian ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi awal kedua kelas, yaitu kelas VII F sebagai kelas kontrol dan VII H sebagai kelas eksperimen. Selain berasal dari populasi yang berditribusi normal dan homogen, kedua kelas ini memiliki rata-rata kemampuan awal yang sama. Dengan menggunakan nilai matematika siswa pada Ulangan Tengah Semester Genap 20152016 sebagai data awal. Setelah melaksanakan penelitian dan menganalisis hasil penelitian berupa nilai tes kemampuan pemahaman konsep, diperoleh hasil yang menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga pada Bab 1. Pencapaian hasil belajar siswa pada aspek kemampuan pemahaman konsep dapat ditinjau dari ketuntasan klasikal dan perbedaan rata-rata antara kelas yang diuji. Berdasarkan standart ketuntasan belajar SMP N 37 Semarang, siswa dinyaatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai . Pada penelitian ini, kelas eksperimen memiliki 25 siswa yang telah mencapai ketuntasan secara individual dari total 32 siswa yang ada. Hal tersebut menunjukkan capaian persentase ketuntasan klasikal pada kelas eksperimen . Untuk mengetahui ketuntasan klasikal dari kelas eksperimen yang lebih spesifik dilakukan analisis data menggunakan uji proporsi uji z, yang diperoleh bahwa ℎ� �� = , � = , , yang berarti kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen mencapai ketuntasan klasikal 75. Dari hasil tes kemampuan pemahaman konsep diperoleh rata-rata nilai kelas yang diberi model pembelajaran matematika Knisley berbantuan LKS adalah 76,94 dengan nilai terendah yang diperoleh kelas tersebut adalah 20 sedangkan nilai tertingginya adalah 100. Begitu pula untuk nilai terendah yang diperoleh pada kelas kontrol adalah 20 dan nilai tertingginya adalah 100. Namun, walaupun nilai tertinggi dan terendahnya sama dengan kelas eksperimen rata-rata nilai kelas kontrol jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas eksperimen, yaitu 65,4. Atau dengan kata lain, bahwa rata-rata nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan uji kesamaan rata-rata data akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh ℎ� �� = , dan � = , . Karena − � = − , ℎ� �� = , � = , maka menunjukkan rata-rata data kelompok eksperimen lebih dari rata-rata data kelompok kontrol. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa, rata-rata data kelompok eksperimen dengan pembelajaran model Knisley berbantuan LKS lebih baik dibandingkan dengan rata- rata data kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional.

4.2.3 Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa pada Model Pembelajaran