Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

Bawah yang berarti dalam peningkatan procedural fluency dan adaptive reasoning Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya adalah peneliti ingin menganalisis kemampuan pemahaman konsep mtematika siswa berdasarkan gaya belajaranya dengan menggunakan model Knisley.

2.3 Kerangka Berpikir

Matematika memiliki peran dalam berbagai dimensi kehidupan sehingga menjadikan matematika sebagai mata pelajaran yang menduduki posisi sangat penting. Akan tetapi, siswa kesulitan dalam belajar matematika yang disebabkan oleh sifat obyek matematika yang abstrak dan membutuhkan pemahaman yang tepat untuk dapat memecahkan persoalan dengan baik dan benar. NCTM merumuskan bahwa siswa harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dialami sebelumnya. Untuk mewujudkannya dirumuskan lima tujuan umum pembelajaran matematika, yaitu 1 belajar untuk berkomunikasi mathematical communication, 2 belajar untuk bernalar mathematical reasoning, 3 belajar memecahkan masalah mathematical problem solving, 4 belajar untuk mengaitkan ide mathematical connection, dan 5 pembentukan sikap positif terhadap matematika. Semua itu disebut Mathematical Power daya matematis. Menyadari pentingnya suatu pemahaman konsep dasar dalam pembelajaran matematika, sudah sepantasnya kemampuan pemahaman konsep matematika dianalisis. Kemampuan pemahaman konsep matematika dapat dilakukan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan oleh guru sehingga menjadikan siswa menjadi termotivasi dalam belajar matematika dan selanjutnya mampu menyelesaikan masalah matematika. Oleh karena itu, diperlukan sistem pembelajaran yang menyenangkan agar siswa dapat antusias dalam pembelajaran di sekolah yaitu dengan Model Pembelajaran Matematika Knisley. Apabila kemampuan pemahaman konsep siswa dianalisis dengan lebih jauh, maka akan dapat dirasakan oleh guru sebagai pendidik tentang gaya belajar yang tepat untuk siswa ketika mengerjakan soal terkait pemahaman konsep matematis siswa sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk pembelajaran selanjutnya. Namun, kemampuan pemahaman konsep matematis tiap siswa pasti berbeda dikarenakan gaya belajar yang mereka terapkan juga berbeda satu dengan yang lain. Dengan ketidaksamaan tersebut, kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berdasarkan gaya belajarnya dapat dikatakan baik apabila nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa pada kelas kontrol. Kerangka berpikir dari penelitian ini dirangkum dalam bagan seperti berikut. Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pelaksanaan tes kemampuan pemahaman konsep matematika Pelaksanaan Model Pembelajaran Ekspositori Pelaksanaan Model Pembelajaran Matematika Knisley Pemahaman konsep matematika siswa kelas VII yang masih rendah Adanya perbedaan hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematika siswa Pelaksanaan tes penggolongan gaya belajar pada kelas eksperimen Visual Auditorial Kinestetik Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Berdasarkan Gaya Belajarnya Terdeskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Gaya Belajarnya Keterlaksanaan model pembelajaran matematika Knisley terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori

2.4 Hipotesis Penelitian