20
diluar pengadilan. Dari ketentuan tersebut, dapat diketahui bahwa tugas dan kewajiban Direksi adalah mengurus perseroan dan berwenang mewakili perseroan.
Dalam undang-undang tersebut juga diketahui bahwa Direksi dalam menjalankan jabatannya harus berorientasi kepada kepentingan dan tujuan perseroan,
artinya kegiatan yang dilakukan dan keputusan yang diambil harus dilakukan demi kepentingan dan tujuan perseroan. Dengan landasan peraturan Perundang –
Undangan tersebut telah memberikan pagar bagi tugas yang harus dilaksanakan oleh direksi yang menjadi tanggungjawabnya. Pagar tersebut adalah “kepentingan
perseroan” dan “tujuan perseroan” dengan kata lain, Direksi tidak dibenarkan untuk melakukan hal-hal dengan mengatas namakan perseroan atau menggunakan
perseroan yang bertujuan bukan untuk kepentingan perseroan atau bertentangan dengan tujuan perseroan. Direksi tidak boleh mengedepankan kepentingan pribadi
atau pihak lain. Organ lain yang tidak kalah pentingnya dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas adalah Komisaris. Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan kepada direksi dalam menjalankan perseroan.
Dalam pasal 1 butir 6 UUPT disebutkan : “Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melaksanakan
pengawasan secara umum danatau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat kepada direksi.”
Dalam undang-Undang Perseroan Terbatas terdapat 2 dua unsur pokok yang harus diperhatikan oleh direksi yaitu adalah :
1. Kepentingan dan tujuanusaha perseroan.
Universitas Sumatera Utara
21
2. Itikad baik dan penuh tanggung jawab.
17
Dalam teori tentang perseroan terbatas yang mutakhir mengenal kewajiban pengurusan perseroan dianut pendapat bahwa pengurus perseroan memiliki 2 dua
macam kewajiban, yaitu kewajiban yang secara tegas ditentukan oleh undang-undang Statutory duties dan fiduciary duties.
Menurut UUPT tersebut ditegaskan bahwa setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam
menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang. Kalimat “Itikad baik dan penuh tanggung jawab” di dalam UUPT tidak
memiliki jabaran lebih jauh mengenai maksud atau kandungannya oleh karena itu maka perlu dilakukan kajian mengenai konsep tersebut, kajiannya dapat dilakukan
dengan menggali pustaka hukum dan putusan-putusan pengadilan mengenai prinsip yang serupa yang dianut negara - negara lain.
Karena itu yurisprudensi Indonesia belum menampilkan doktrin mengenai apa yang dimaksudkan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab yang dimaksud
dalam UUPT tersebut. Dinegara – negara yang menganut common low system acuan yang dipakai adalah “standard of care” atau “standart kehati-hatian”. Apabila direksi
telah bersikap dan bertindak melanggar standard of care maka direksi tersebut dianggap telah melanggar duty of carenya.
Hukum perseroan Amerika menganut pula azas duty of care pelanggaran terhadap duty of care sering disebut sebagai negligence dan berdasarkan itu diamerika
17
Ibid, hal 425
Universitas Sumatera Utara
22
juga dianut doktrin lain yang disebut business judgement rule dimana keduanya bekerja sama-sama sekalipun memang dirasakan sering berbenturan satu sama lain.
Menurut business judgement rule pertimbangan bisnis business judgement dari para anggota direksi tidak akan ditantang diganggu gugat atau ditolak oleh
pengadilan atau oleh para pemegang saham, dan anggota direksi tersebut tidak dapat dibebani tanggung jawab atas akibat-akibat yang timbul karena diambilnya suatu
pertimbangan bisnis Business judgement rule oleh anggota direksi
yang bersangkutan, sekalipun apabila pertimbangan itu
keliru, kecuali dalam hal-hal tertentu. Seperti kecurangan Fraud, menimbulkan benturan kepentingan conlict of
interest, Melanggar hukum Illegality, kelalaian berat gros negligence dari anggota direksi yang bersangkutan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara, Pasal 99 ayat
1, 2 dan 3 juga menegaskan bahwa : 1. Pengadaan barang dan jasa oleh BUMN yang menggunakan dana langsung
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
2. Direksi BUMN menetapkan tata cara pengadaan barang dan jasa bagi BUMN yang bersangkutan, selain pengadaan barang dan jasa sebagai mana dimaksud
pada ayat 1 berdasarkan pedoman umum yang di tetapkan oleh menteri. 3. Pedoman umum dan tata cara sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2
ditetapkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip efisiensi dan transparan.
Universitas Sumatera Utara
23
Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan
kompetitif BUMN perlu menumbuhkan budaya profesionalisme melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik
good governance agar efisiensi dan produktivitasnya dapat lebih meningkat BUMN harus melakukan langkah-langkah restrukturisasi dan privatisasi untuk menciptakan
iklim usaha yang kondusif sehingga tercapai efisiensi dan pelayanan yang optimal, Sedangkan restrukturisasi perusahaan meliputi penataan kembali bentuk badan usaha,
kegiatan usaha, organisasi, manajemen, dan keuangan. Untuk pengaturan pedoman pengadaan barang dan jasa pada perusahaan
Badan Usaha Milik Negara telah diatur pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 45 tahun 2005 Tentang pendirian, pengurusan, pengawasan, dan
pembubaran BUMN pada pasal 99 dan secara khusus diatur dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-5MBU2008 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa ”pengadaan barangjasa adalah kegiatan pengadaan
barang dan jasa yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara yang pembiayaannya tidak menggunakan dana langsung dari APBNAPBD”. Dalam Pasal
2 juga disebutkan tentang prinsip-prinsip umum pengadaan barang dan jasa adalah efisien, efektif, kompetitif, transparan, adil dan wajar, serta akuntabel, dan juga
disamping peraturan tersebut juga ada diatur dalam Undang-Undang Badan usaha milik Negara nomor 19 tahun 2003 serta dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45
Universitas Sumatera Utara
24
tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.
Dengan terbitnya Undang-Undang BUMN Tahun 2003 diharapkan agar BUMN dapat dikelola secara profesional. Dalam pasal 1 butir 1 Undang-Undang
BUMN dijabarkan bahwa yang dimaksud dengan BUMN adalah : “Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang
dipisahkan”.
Secara normatif dapat disebutkan bahwa BUMN adalah suatu badan usaha oleh karenanya berbagai undang – undang atau peraturan yang terkait dengan badan
usaha akan berlaku juga untuk BUMN. Badan Usaha Milik Negara dalam menjalankan kegiatannya juga mengacu pada ketentuan intern yang ditetapkan ketika
BUMN didirikan yakni Anggaran Dasar yang pada umumnya menjelaskan tentang modal, pengelolaan dan penggunaan dana hubungan kerja antara pemerintah dan
pihak swasta dalam bentuk kerjasama proses pengadaan barang dan jasa selalu menggunakan dan atau membuat sutau perjanjian kerjasama, yang di dalamnya
tertuang hak dan kewajiban antara para pihak. Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara adalah salah satu perusahaan milik
Negara yang sumber keuangannya berasal dari keuangan Negara. Maka oleh sebab itu dalam sistem pengeloaan keuangannya harus dilakukan dengan sistem terbuka dan
dapat di pertanggungjawabkan secara hukum. Biasanya pemerintah dan atau Badan Usaha Milik Negara BUMN dalam melakukan perjanjian kerjasama tersebut
membuat berupa kontrak kerja sebagai mana diatur dalam KUHPerdata, khususnya
Universitas Sumatera Utara
25
ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1338 ayat KUHPerdata memberikan kebebasan kepada pihak untuk:
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian 2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
3. Dan menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya 4. Serta menentukan bentuknya perjanjian yaitu tertulis atau lisan.
18
Dalam sistem hukum kontrak dikenal 5 azas penting dalam melakukan kontrak yakni: azas kebebasan berkontrak, azas konsesulisme, azas pacta sunt
servanda, azas I’tikad baik, azas kepribadian, dan sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem terbuka open system.
2. Konsepsi