40
d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut”.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini berdasarkan business judgement rule pertimbangan bisnis para anggota direksi tidak dapat ditantang atau diganggu gugat
atau ditolak, baik oleh pengadilan maupun pemegang saham. Para anggota direksi tidak dapat dibebani tanggung jawab atas akibat-akibat yang timbul karena telah
diambilnya suatu pertimbangan bisnis oleh anggota direksi yang bersangkutan sekalipun pertimbangan itu keliru, kecuali dalam hal-hal tertentu. Business judgement
rule pokoknya mengasumsikan bahwa dalam membuat suatu keputusan bisnis, direksi dari suatu perusahaan bertindak atas dasar informasi yang dimilikinya, dengan
itikad baik dan dengan keyakinan bahwa tindakan yang di ambil adalah semata-mata untuk kepentingan perusahaan. Doktrin ini prinsipnya mencegah campur tangan
judisial terhadap tindakan direksi yang didasari itikad baik dan kehati-hatian dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang sah menurut hukum.
31
2. Tugas Dan Tanggung Jawab Organ – Organ PT
Dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah di tegaskan dalam Undang-Undang tersebut bahwa organ-organ PT yakni terdiri
dari RUPS Rapat Umum Pemegang Saham, Komisaris dan Direksi sebagaimana di jelaskan dalam pasal 1 ayat 2 UUPT , yang mana organ-organ PT ini memiliki tugas
31
Sutan Remy Sjahdeni dalam Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas UU No 40 tahun 2007, Jakarta, Citra Aditya, September, 2007, hal 119
Universitas Sumatera Utara
41
dan kewenangan masing – masing , terutama tugas dan kewenangan Direksi secara penuh untuk menjalankan perseroan.
Perseroan sebagai sebuah persekutuan asosiasi modal yang oleh undang – undang diberi status badan hukum. Maka tidak salah jika dikatakan bahwa
sesungguhnya perseroan adalah : 1.
Badan hukum, yaitu subyek hukum mandiri; dan 2.
Sekaligus wadah perwujudan kerjasama para pemegang saham Yang dimaksud dengan persekutuan modal adalah bahwa modal dasar
Perseroan terbagi dalam sejumlah saham yang pada dasarnya dapat dipindah tangankan transferable shares sehubungan dengan itu
perlu ditegaskan bahwa sekalipun semua saham dimiliki oleh 1 satu orang, konsep persekutuan modal tetap
valid karena perseroan tidak menjadi bubar melainkan tetap berlangsung sebagai subyek hukum, kebenaran ini dipertegas oleh ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7 ayat 7 UUPT yang mengatur bahwa 100 saham persero BUMN berbentuk Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh
negara dan Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan
penyelesaian. Yang memperkenalkan teori organ untuk pertama sekali adalah Otto friedrich
Von Gierke 1841-1921 dengan pernyataannya yang menyatakan bahwa badan hukum adalah suatu organizm yaitu suatu “Lebenseinheit”. Seperti halnya manusia
yang bertindak memakai organ-organnya tangan, mulut ,otak dan sebagainya Perseroan Terbatas juga demikian halnya ketika mengambil bagian dalam lalu lintas
Universitas Sumatera Utara
42
hukum selaku subyek hukum mandiri, Dalam pengertian Perseroan organ dimaksud adalah :
a. Rapat Umum Pemegang Saham
b. Direksi, dan
c. Dewan Komisaris.
32
a. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS adalah organ Perseroan Terbatas yang memiliki kewenangan ekslusif
yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. Kewenangan RUPS,
bentuk dan luasannya, ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perseroan.
Dalam bentuk kongkritnya RUPS merupakan sebuah forum, dimana para pemegang saham memiliki kewenangan untuk memperoleh keterangan-keterangan
mengenai Perseroan, baik dari Direksi maupun Dewan Komisaris. Keterangan- keterangan itu merupakan landasan bagi RUPS untuk menentukan kebijakan dan
langkah strategis Perseroan dalam mengambil keputusan sebagai sebuah badan hukum. Dalam forum RUPS, mekanisme penyampaian keterangan dan keputusan itu
disusun secara teratur dan sistematis sesuai agendanya. Dalam forum RUPS, para peserta tidak dapat memberikan keterangan dan keputusan diluar agenda rapat kecuali
RUPS itu dihadiri oleh semua pemegang saham dan mereka menyetujui penambahan agenda rapat itu dengan suara bulat.
32
Agus Budiarto, Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas Seri Hukum Perusahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta, Agustus 2009, hal 57
Universitas Sumatera Utara
43
Sebagai sebuah forum, pada Pasal 76 UUPT dan Pasal 77 UUPT, pada prinsipnya RUPS harus diselenggarakan di Indonesia, Penyelenggaraan itu dilakukan
ditempat kedudukan Perseroan atau ditempat Perseroan melakukan kegiatan utamanya. Selain di tempat Perseroan, RUPS juga dapat diselenggarakan melalui
media elektronik, misalnya media telekonferensi atau video konferensi. Semua peserta RUPS yang diselenggarakan dengan media elektronik harus bisa saling
melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi di dalam rapat. Meskipun sifatnya telekonferensi, RUPS itu juga harus dibuatkan risalah rapatnya dan
ditandatangani oleh semua peserta rapat.
Jenis RUPS dapat terdiri dari RUPS Tahunan dan RUPS Lainnya. Pada
Pasal 78 UUPT menegaskan RUPS Tahunan wajib diselenggarakan Direksi minimal 6 bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir. Dalam RUPS Tahunan, Direksi
mengajukan semua dokumen dari laporan tahunan Perseroan. RUPS Lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perseroan.
Pada Pasal 79 UUPT menjelaskan, sebelum diselenggarakannya RUPS,
terlebih dahulu dilakukan Pemanggilan RUPS, dan sebelum Pemanggilan RUPS para pemegang saham yang memiliki hak suara mengajukan Permintaan RUPS.
Permintaan diadakannya RUPS dilakukan dengan surat tercatat beserta alasannya
kepada Direksi-dan tembusannya disampaikan kepada Dewan Komisaris. Setelah Direksi menerima surat tercatat, selanjutnya Direksi wajib melakukan Pemanggilan
RUPS. Pemanggilan itu dilakukan dalam jangka waktu 15 hari sejak tanggal permintaan dengan surat tercatat itu diterima oleh Direksi.
Universitas Sumatera Utara
44
Ada kalanya Direksi tidak melakukan Pemanggilan RUPS dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Jika Direksi tidak juga melakukan Pemanggilan RUPS
dalam batas waktu itu, maka permintaan diadakannya RUPS diajukan kembali dengan surat tercatat oleh pemegang saham, namun kali ini bukan kepada Direksi
melainkan kepada Dewan Komisaris. Selanjutnya, Dewan Komisaris yang melakukan Pemanggilan RUPS .
Ada kemungkinan juga baik Direksi maupun Dewan Komisaris, setelah diajukannya Permintaan RUPS oleh pemegang saham, tidak melakukan Pemanggilan
RUPS. Jika hal ini yang terjadi maka pemegang saham dapat mengajukan permohonan itu sekali lagi melalui pengadilan. Kepada ketua pengadilan negeri yang
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
Perseroan, pemegang saham
mengajukan permohonan untuk dibuat penetapan pengadilan agar memberikan izin kepada pemohon pemegang saham untuk melakukan sendiri Pemanggilan
RUPS. Pengadilan setelah mempelajari keterangan dan bukti dari pemegang saham,
Direksi dan
Dewan Komisaris,
selanjutnya menetapkan
pemberian izin
penyelenggaraan RUPS. Permohonan dapat ditolak jika pemegang saham tidak dapat membuktikan alasannya-persyaratan dan kepentingannya.
33
Pemanggilan RUPS dilakukan oleh Direksi kepada para pemegang saham- atau oleh Dewan Komisaris dan pemegang saham sendiri dalam hal Direksi tidak
melaksanakan pemanggilan. Pemanggilan RUPS dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 hari sebelum RUPS diselenggrakan. Selain dengan surat tercatat,
Universitas Sumatera Utara
45
pemanggilan RUPS dapat juga dilakukan melalui surat kabar. Dalam pemanggilan itu
harus dicantumkan “tanggal”, “waktu”, “tempat”, dan “agenda” rapat. Selain
deskripsi rapat, dalam pemanggilan juga wajib disertakan pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS telah tersedia di kantor Perseroan sejak
tanggal pemanggilan sampai dengan RUPS diadakan. Perseroan wajib memberikan salinan bahan tersebut kepada pemegang saham secara cuma-cuma jika diminta.
Pada prinsipnya setiap saham yang dikeluarkan oleh Perseroan memiliki setidaknya satu hak suara. Namun, Perseroan juga dapat menentukan hak suara itu
lebih besar atau lebih kecil, selama hal itu ditentukan dalam Anggaran Dasarnya. Meskipun setiap saham memiliki setidaknya satu hak suara, namun hak suara itu
tidak berlaku bagi saham-saham berikut: a. Saham yang dikuasai sendiri oleh Perseroan.
b. Saham induk Perseroan yang dikuasai oleh anak Perseroannya baik langsung maupun tidak langsung.
c. Saham Perseroan yang dikuasai oleh Perseroan lain yang sahamnya langsung atau tidak langsung telah dimiliki Perseroan.
34
Hak suara para pemegang saham dapat digunakan untuk mengambil keputusan dalam RUPS. Dalam pemungutan suara untuk mengambil keputusan, suara
yang dikeluarkan oleh pemegang saham berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya. Pemegang saham tidak boleh memberikan kuasa kepada lebih dari
33
Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta, Djambatan, 2009, hal 27
34
UU No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 84 ayat 2
Universitas Sumatera Utara
46
seorang kuasa untuk sebagian dari saham yang dimilikinya dengan suara yang berbeda. Dalam pemungutan suara, anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta
karyawan Perseroan, dilarang bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham. Dalam hal pemegang saham hadir sendiri dalam RUPS, surat kuasa yang telah diberikan
untuk mewakili kehadirannya menjadi tidak berlaku untuk rapat tersebut. RUPS baru dapat diselenggarakan jika 12 lebih dari seluruh saham dengan
hak suara menghadirinya kecuali Anggaran Dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar. Jika kuorum tersebut tidak tercapai, Direksi dapat melakukan
Pemanggilan RUPS Kedua. Pemanggilan RUPS Kedua harus menyebutkan bahwa RUPS Pertama telah dilaksanakan dan tidak mencapai kuorum. RUPS Kedua sah dan
berhak mengambil keputusan jika RUPS itu dihadiri oleh minimal 13 dari jumlah seluruh saham dengan hak suara.
Jika kuorum RUPS Kedua juga tidak tercapai, Perseroan dapat memohon kepada ketua pengadilan negeri agar ditetapkan kuorum untuk RUPS Ketiga.
Selanjutnya, RUPS Ketiga itu dilangsungkan dengan dasar kuorum yang ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri. Pemanggilan RUPS Ketiga harus menyebutkan bahwa
RUPS Kedua telah dilaksanakan dan tidak mencapai kuorum. Pemanggilan RUPS Kedua dan RUPS Ketiga masing – masing dilakukan dalam jangka waktu paling
lambat 7 hari sebelum RUPS Kedua atau RUPS Ketiga itu dilaksanakan. RUPS
Universitas Sumatera Utara
47
Kedua dan RUPS Ketiga diselenggarakan dalam jangka waktu paling cepat 10 hari dan paling lambat 21 hari setelah RUPS yang mendahuluinya dilangsungkan.
35
Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal upaya musyawarah untuk mufakat itu tidak tercapai, keputusan adalah sah jika
disetujui oleh lebih dari 12 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan. RUPS untuk mengubah Anggaran Dasar dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 23
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, dan keputusannya sah jika disetujui paling sedikit 23 bagian dari jumlah suara yang
dikeluarkan-kecuali Anggaran Dasar menentukan kuorum kehadiran yang lebih besar. Dalam hal kuorum kehadiran tidak tercapai, dapat diselenggarakan RUPS Kedua.
RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam rapat paling sedikit 35 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, dan
keputusannya sah jika disetujui paling sedikit 23 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.
Dalam setiap penyelenggaraan RUPS, ketua rapat wajib membuat dan menandatangani risalah RUPS. Selain ketua rapat, minimal 1 orang pemegang saham
yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS juga menandatangani risalah tersebut. Tanda tangan itu tidak disyaratkan apabila risalah RUPS dibuat dengan akta notaris.
Selain dalam rapat, pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS dengan syarat semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui
secara tertulis dengan menandatangani usulan yang bersangkutan.
35
Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas, Jakarta, Citra Aditya, 2004 hal 131.
Universitas Sumatera Utara
48
a. Direksi
Pengurus Perseroan Terbatas selanjutnya disingkat PT dalam Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas selanjutnya disingkat
UUPT berdasarkan pasal 1 ayat 5 UUPT, Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
Anggaran Dasar.
36
Hakekat dari sebuah perwakilan adalah bahwa seseorang melakukan sesuatu perbuatan untuk kepentingan orang lain atas tanggung jawab dari
orang yang mewakilkan itu. Kewenangan untuk mewakili yang berdasarkan pengangkatan itu menjadi
hapus atau tidak ada ketika kewenangan mewakili itu ditarik kembali atau orang yang mewakili meninggal dunia. Oleh sebab itu, UUPT mengatur di dalam Pasal 94 ayat
3, yang mengatakan bahwa anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. Keputusan RUPS untuk mengangkat anggota Direksi itu
biasanya disertai dengan penetapan gaji, honorarium dan fasilitas lainnya. Direksi sebagai organ Perseroan yang mengurus Perseroan sehari-hari dapat
mencapai prestasi terbesar untuk kepentingan Perseroan, maka ia harus diberi kewenangan-kewenangan tertentu untuk mencapai hasil yang optimal dalam
mengurus Perseroan. Dari kewenangan yang diberikan, ia perlu diberi tanggung jawab untuk mengurus Perseroan. Hal ini berarti dalam membicarakan kewenangan
Universitas Sumatera Utara
49
Direksi, diperlukan pemahaman tentang tanggung jawabnya. Tanggung jawab direksi perseroan erat kaitannya dengan sifat kolegailitas direksi perseroan, Undang-Undang
Perseroan Terbatas mengatur bahwa direksi mewakili perseroan baik dalam maupun diluar pengadilan.
37
Tanggung jawab pengurus perseroan yang diwakilkan oleh Direktsi
38
,Dalam Perseroan, tanggung jawab Direksi timbul, apabila Direksi yang memiliki wewenang
atau Direksi yang menerima kewajiban untuk melaksanakan pengurusan Perseroan, mulai menggunakan wewenangnya tersebut. Agar wewenang atau kewajiban Direksi
tersebut dilaksanakan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, maka idealnya wewenang itu dapat dilaksanakan sesuai dengan tanggung
jawabnya dan sebaliknya tanggung jawab harus diberikan sesuai dengan wewenang yang ada.
Tanggung jawab Direksi Perseroan erat kaitannya dengan sifat kolegialitas Direksi Perseroan. Menurut Pasal 98 ayat 1 UUPT, Direksi mewakili PT baik di
dalam maupun di luar Pengadilan. Ayat 2 mengatakan bahwa dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari satu orang, yang berwenang mewakili PT adalah setiap
anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Ayat 3 mengatakan bahwa kewenangan Direksi mewakili PT adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat,
kecuali ditentukan lain dalam UU, AD atau Keputusan RUPS. Ketentuan Pasal 98
36
UU no 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 ayat 5
37
Freddy Harris Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta, Ghalia Indonesia, Maret, 2010, hal 46
38
Winardi, Asas – Asas Manajemen, Bandung, Alumni, 1983, hal 144
Universitas Sumatera Utara
50
ayat 2 tersebut di atas memberikan petunjuk kepada kita bahwa lembaga Direksi PT dalam sistemnya bersifat kolegial. Artinya, Direksi PT itu seharusnya terdiri dari
lebih satu orang atau berbentuk Dewan. Sekalipun di dalam struktur organisasi diatur adanya Direktur Utama, Direktur Personalia, Direktur Kepatuhan, Direktur Produksi
dan lain sebagainya. Pada pasal 98 ayat 2 tersebut ditentukan yang berwenang mewakili PT adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam Anggaran
Dasar. Bahkan dari sudut pandang doktrin, kedudukan masing – masing organ PT RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi pada asasnya satu sama lain mempunyai
kedudukan yang sama atau sejajar, yang satu tidak berada di bawah yang lain, masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri yang diberikan oleh UU danatau
Anggaran Dasar. Konsekwensi selanjutnya, kiblat atau fokus Direksi danatau Dewan Komisaris dalam mengurus Perseroan tidak semata-mata hanya tertuju kepada
Pemegang Saham, tetapi lebih kepada kepentingan PT yang cakupannya lebih luas dari pada kepentingan Pemegang Saham. Jika di muka dikatakan bahwa wewenang
Direksi itu erat kaitannya dengan kewajiban Direksi, maka di dalam UUPT kewajiban Direksi itu.
Untuk memastikan seorang Direksi dapat menjalankan tugasnya secara independen, Direksi harus memenuhi kriteria formal sebagai berikut :
1. Mampu melakukan perbuatan hukum 2. Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Dewan
komisaris yang bersalah menyebabkan perusahaan dinyatakan pailit 3. Tidak pernah dipidana karena merugikan keuangan negara
Universitas Sumatera Utara
51
4. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali
perusahaan yang bersangkutan 5.
Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Direktur dan atau Komisaris lainnya pada perusahaan yang bersangkutan
6. Tidak bekerja rangkap sebagai Direktur di perusahaan lainnya yang terafiliasi
dengan perusahaan yang bersangkutan 7.
Tidak menduduki jabatan eksekutif atau mempunyai hubungan bisnis dengan perusahaan yang bersangkutan dan perusahaan-perusahaan lainnya yang
terafiliasi dalam jangka waktu 3 tahun terakhir 8.
Tidak menjadi partner atau principal di perusahaan konsultan yang memberikan jasa pelayanan professional pada perusahaan dan perusahaan-
perusahaan lainnya yang terafiliasi 9.
Tidak menjadi pemasok dan pelanggan signifikan atau menduduki jabatan eksekutif dan Dewan Komisaris perusahaan pemasok dan pelanggan
signifikan dari perusahaan yang bersangkutan atau perusahaan-perusahaan lainnya yang terafiliasi
10. Bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisni atau hubungan yang lain yang dapat diinterpretasikan akan menghalangi.
39
Pasal 100 ayat 1 yang menyatakan bahwa kewajiban Direksi itu ialah :
39
Bismar Nasution dan Zulkarnain Sitompul, Hukum Perusahaan, Bandung, Books Terrace Library, 2005
Universitas Sumatera Utara
52
a. membuat daftar Pemegang Saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah rapat Direksi
b. membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud Pasal 66 dan dokumen perusahaan
c. memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan dan dokumen lainnya.
Kemudian di ayat 2 nya ditentukan bahwa seluruh daftar, risalah, dokumen keuangan Perseroan dan dokumen Perseroan lainnya disimpan ditempat kedudukan
PT dan atas permohonan tertulis dari Pemegang Saham, Direksi memberi izin kepada Pemegang Saham untuk memeriksa daftar Pemegang Saham, daftar khusus, risalah
RUPS dan laporan tahunan, serta Pemegang Saham boleh mendapat salinannya. Demikian ditentukan di dalam Pasal 100 ayat 3 UUPT. Yang menarik untuk dibahas
lebih lanjut adalah kewajiban Direksi untuk membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud Pasal 66 UUPT tersebut diatas.
Pasal 66 ayat 1 UUPT mengatakan bahwa Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu
paling lambat 6 enam bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir. Menurut Pasal 67 ayat 1 UUPT bahwa laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
ayat 1 ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan semua anggota Dewan Komisaris yang menjabat pada tahun buku yang bersangkutan dan disediakan di
Universitas Sumatera Utara
53
kantor Perseroan sejak tanggal panggilan RUPS untuk dapat diperiksa oleh pemegang saham.
40
b. Dewan Komisaris
Tugas Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi. Tugas pengawasan dan nasihat itu dilaksanakan oleh Dewan
Komisaris berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan. Pengawasan oleh Dewan Komisaris meliputi baik pengawasan atas kebijakan Direksi dalam melakukan
pengurusan Perseroan Terbatas, serta jalannya pengurusan tersebut secara umum baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan. Pengawasan dan nasihat yang
dilakukan Dewan Komisaris harus bertujuan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
Jumlah anggota Dewan Komisaris seperti juga Direksi, bisa terdiri dari satu orang anggota atau bisa juga lebih. Dewan Komisaris yang terdiri lebih dari satu
orang anggota bersifat “majelis”, dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris.
a Pengangkatan dan Pemberhentian Dewan Komisaris Syarat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah cakap melakukan perbuatan
hukum, Selain syarat umum tersebut secara khusus calon anggota Dewan Komisaris tidak dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris apabila dalam waktu 5 tahun
sebelum pengangkatannya pernah dinyatakan pailit, atau menjadi anggota Direksi
40
Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas pasal 66 ayat 1 dan pasal 67 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
54
atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan Pailit, atau dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan keuangan negara atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Pengangkatan anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS. Untuk
pertama kalinya pada saat pendirian Perseroan, pengangkatan anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian Perseroan. Anggota Dewan
Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan setelahnya dapat diangkat kembali. Anggaran Dasar Perseroan dapat mengatur tentang tata cara pengangkatan,
penggantian, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris serta dapat juga mengatur tentang
pencalonannya. Dalam
hal terjadi
pengangkatan, penggantian,
dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris, Direksi wajib memberitahukan perubahan
tersebut kepada Menteri Hukum dan HAM agar dicatat dalam Daftar Perseroan. Pemberitahuan itu dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung
sejak tanggal keputusan RUPS. Jika pemberitahuan tersebut tidak dilakukan, Menteri dapat menolak setiap pemberitahuan tentang perubahan susunan Dewan Komisaris
selanjutnya yang disampaikan kepada Menteri oleh Direksi. Ketentuan mengenai besarnya gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris
ditetapkan oleh RUPS. Ketentuan mengenai pemberhentian anggota Dewan Komisaris mengikuti tata
cara yang berlaku bagi pemberhentian anggota Direksi. Pemberhentian anggota Dewan Komisaris dapat dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS
dengan menyebutkan alasannya. Keputusan pemberhentian itu diambil setelah
Universitas Sumatera Utara
55
anggota Dewan Komisaris diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. Pemberian kesempatan untuk membela diri itu tidak diperlukan dalam hal anggota
Dewan Komisaris yang akan diberhentikan tidak keberatan atas pemberhentian tersebut.
b Tugas dan Tanggung Jawab Dewan komisaris Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan dan pemberian nasihat
kepada Direksi. Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan akibat dari kesalahan dan kelalaiannya dalam
menjalankan tugas. Jika Dewan Komisaris terdiri dari dua orang anggota atau lebih, tanggung jawab itu berlaku secara tanggung renteng diantara anggota Dewan
Komisaris. Anggota Dewan Komisaris dapat menghindari tanggung jawab tersebut apabila dapat membuktikan bahwa ia telah melakukan pengawasan dengan itikad
baik dan hati-hati, tidak mempunyai kepentingan pribadi atas pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian, dan telah memberikan nasihat untuk mencegah
kerugian. Pemegang saham dapat menggugat ke pengadilan terhadap anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya itu menimbulkan kerugian
Perseroan.
41
Dalam hal terjadinya kepailitan akibat kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan Direksi, dan kekayaan Perseroan tidak
cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab
Universitas Sumatera Utara
56
dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi Perseroan. Tanggung jawab tersebut berlaku juga bagi orang yang dalam 5 tahun sebelum putusan pailit
diucapkan menjabat sebagai Dewan Komisaris. Selain tugas-tugas umum, Dewan Komisaris juga memiliki kewajiban untuk
membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya. Selain itu Dewan Komisaris juga berkewajiban untuk melaporkan kepada Perseroan mengenai
kepemilikan sahamnya atau keluarganya pada Perseroan tersebut dan Perseroan lain. Dewan Komisaris juga berkewajiban untuk memberikan laporan tentang tugas
pengawasan yang telah dilakukannya selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.
c Perbuatan Hukum Tertentu Dewan Komisaris Dewan Komisaris dapat memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi
dalam melakukan perbuatan hukum tertentu diluar tugas pengawasan dan pemberian nasihat. Wewenang tersebut ditetapkan di dalam Anggaran Dasar Perseroan termasuk
syarat-syaratnya. Tanpa persetujuan atau bantuan Dewan Komisaris berdasarkan syarat-syarat dalam Anggaran Dasar, perbuatan hukum Direksi tetap mengikat
Perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik. Diluar tugas pengawasan dan pemberian nasihat, Dewan Komisaris juga dapat
melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam “keadaan tertentu”. Tindakan tersebut dilakukan hanya untuk “jangka waktu tertentu”. Tindakan Dewan Komisaris
dalam keadaan dan jangka waktu tertentu itu berlaku terhadap semua ketentuan
41
UU No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 114 ayat 5
Universitas Sumatera Utara
57
mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap Perseroan dan pihak ketiga.
Fred BG Tumbuan dalam “Tanggung Jawab” Direksi dan Komisaris serta kedudukan RUPS Perseroan Terbatas menurut undang-undang bahwa : “Kewenangan
pengurusan tersebut dipercayakan oleh undang-undang kepada Direksi untuk kepentingan perseroan sebagai badan hukum yang mempunyai eksistensi sendiri
selaku subjek hukum mandiri Persona Standi in judicio. Dalam menjalankan fungsinya tersebut Direksi perseroan terikat pada kepentingan perseroan sebagai
badan hukum”.
42
3. Modal Dan Kekayaan Perseroan Terbatas