93
e. Aanwijzing dilakukan secara terbuka dan setiap peserta diberikan hak yang sama untuk mengajukan pertanyaan – pertanyaan
f. Hak untuk melakukan sanggahan diberikan secara sama dan sanggahan ditanggapi secara terbuka. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dapat
dikenakan sanksi apabila terbukti salah atau lalai dalam proses terkait yang disanggah ketentuan 16.8.
77
Demikian juga disisi lain telah disiapkan mekanisme pengawasan internal dengan dibentuknya Satuan Pengawasan Internal SPI dan Komite audit, Bahkan
dibagian Hukum dan Manajemen Resiko juga diefektifkan untuk selalu memberikan masukan kepada Direksi terutama ketika harus melalui legalisasi terlebih dahulu
sebelum Penetapan dan Pelaksanaan Kontrak sebagaimana diatur dengan Instruksi Kerja yang berjudul Legalisasi Surat Perjanjian.
6. Instrument Penjabaran Prinsip Kehati-hatian di PT. Perkebunan Nusantara III Persero
Dalam rangka mewujudkan penjabaran prinsip kehati-hatian di lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III Persero maka instrument yang digunakan diantaranya
adalah dengan mengeluarkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan usaha perwujudan
prinsip kehati-hatian,
Membentuk Struktur
keorganisasian yang
sistematis mampu mengimplementasikan prinsip kehati-hatian demikian juga dengan adanya beberapa bagian yang merupakan pengawasan terhadap seluruh proses
77
Marisi Butar-butar, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkungan BUMN Perkebunan,
Medan, Media Mandiri, 2012, hal 103
Universitas Sumatera Utara
94
kegiatan usaha Persero sehingga dapat tetap berjalan sesuai dengan Perundang- undangan, peraturan yang berlaku, bahkan juga dengan berpedoman pada buku
panduan Code Of Conduct yang merupakan panduan standar perilaku, Code Of Corporate Governance sebagai basis penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan
yang baik, Piagam Internal Audit, dan Piagam Komite Audit yang pada prinsipnya keseluruhan instrument tersebut merupakan bagian dari penjabaran prinsip kehati-
hatian yang dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusanatara III persero. Adapun instrument penjabaran prinsip kehati-hatian di PT. Perkebunan
Nusantara III Persero dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Anggaran Dasar Anggaran dasar merupakan salah satu instrument penting dalam penerapan
prinsip kehati-hatian, karena anggaran dasar berisikan tata kelola perusahaan BUMNsecara umum yang pembuatannya mengacu pada UU nomor 19 tahun
2003 tentang BUMN dan UU no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Secara umum dapat dinyatakan bahwa anggaran dasar PTPN III mencerminkan
secara utuh prinsip-prinsip GCG karena pembuatannya yang berpedoman pada UU no 40 tahun 2007, UU no 19 tahun 2003 dan peraturan terkait lainnya
78
. GCG
merupakan sistem
pengelolaan perusahaan
yang sehat,
yang mencerminkan hubungan yang sinergi antara manajemen dan pemegang saham,
78
Ibid hal 87
Universitas Sumatera Utara
95
kreditor, pemerintah, supplier, dan stakeholder lainnya.
79
Dalam konteks pengelolaan perusahaan, GCG diasosiasikan dengan kewajiban direksi kepada
perusahaan untuk menjamin bahwa dirinya akan memenuhi semua kewajibannya sesuai dengan kewajiban yang dibebankan kepadanya dan juga menjamin bahwa
kegiatan bisnis perusahaan tersebut akan dilaksanakan hanya demi kepentingan perusahaan semata.
80
Undang-undang BUMN telah mengadopsi beberapa prinsip good corporate governance hal ini dinyatakan jelas pada pasal 36 ayat 1 undang – undang
BUMN yang menyatakan bahwa perum dalam menyelenggarakan usahanya harus berdasarkan pada prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.
81
2. Code Of Conduct
Code of conduct PT. Perkebunan Nusantara III Persero yang dikeluarkan pada tanggal 30 Desember 2005 merupakan salah satu pedoman internal
perusahaan yang wajib disempurnakan mengingat dinamika dan perkembangan menuntut
agar seluruh
individu yang
menyangkut perusahaan
dapat melaksanakan aktivitas dengan tetap berpedoman kepada prinsip GCG. Code of
conduct PTPN III pada dasarnya berisi tentang pola perilaku etis yang harus ditaati dan dikembangkan oleh seluruh pihak perusahaan PTPN III. Pola perilaku
etis yang diatur meliputi pola perilaku etis terhadap Rapat Umum Pemegang
79
Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis actual, Bandung, Citra Aditya bakti, 2006, Hal 87
80
Kala Anandarajah, The New Corporate Governance Code in Singapure, Journal of International Financial Markets, Volume 3 6, 2001, hal. 262
Universitas Sumatera Utara
96
Saham RUPS, karyawan, pelanggan, pemasokrekanan, investor, krediturbank, pemerintah, pesaing, auditor, masyarakata sekitar dan mitra binaan PTPN III,
media masa, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, serikat pekerja, legislative, mitra usaha strategis, perguruan tinggi, anak
perusahaan dan petani plasma. Relevan code of conduct PTPN III dengan upaya pengimplemntasian prinsip – prinsip GCG dalam proses pengadaan barang dan
jasa PTPN III, bagian B angka 2 tentang komitmen perusahaan terhadap stakeholder, sub bagian d tentang pemasok, yang dengan tegas memerintahkan
perlakuan etis.
82
3. Buku Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa
PTPN III menggunakan PER Men No PER-05MBU2008 tentang pedoman umum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa BUMN adalah didasarkan kepada
pengertian bahwa untuk BUMN yang pendanaannyadiluar APBN memerlukan pedoman pengaturan tersendiri, selain itu BUMN sebagai badan usaha perlu
melakukan pengadaan barang dan jasa secara cepat, fleksibel, efisien, dan efetif agar tidak kehilangan momentum bisnis yang dapat menimbulkan kerugian.
Bahwa selain dana langsung dari APBNAPBD memerlukan tata cara tersendiri yang diatur tersendiri oleh direksi berdasarkan pedoman umum yang ditetapkan
oleh Menteri yang mewakili pemerintah sebagai pemegang sahampemilik modal Negara pada BUMN sebagaimana diatur dalam Pasal 99 PP No 45 Tahun 2005
81
Bismar Nasution, Mengukur Kinerja Direktur BUMN, Makalah, hal 1
82
Ibid hal 89
Universitas Sumatera Utara
97
tentang pendirian, pengurusan, pengawasan, dan pembubaran BUMN. Direksi PTPN III, sesuai dengan perintah Pasal 99 No 45 Tahun 2005 jo.Pemeneg
BUMN RI No PER-05M-MBU2008, kemudian mengeluarkan pedoman pengadaan
barang dan
jasa PTPN
III dengan
SKPTS Direksi
No 3.11SKPTS032011. SKPTS ini mengatur secara komprehensif tata cara
pengadaan barang dan jasa PTPN III sebagai penjabaran dari Pemeneg BUMN RI No PER-05M-MBU2008.
83
4. Instruksi Kerja
Instruksi kerja adalah dokumen internal PTPN III yang pada dasarnya berisikan tentang rincian-rincian instruksi dalam suatu melakukan suatu
pekerjaan tertentu di lingkungan PTPN III, sehingga terwujud kepastian dan ketertiban serta profesionalisme dalam melakukan pekerjaan dilingkungan PTPN
III, instruksi kerja dibuat untuk seluruh unit kerja dilingkungan PTPN III mulai dari kantor direksi sampai dengan unit-unit terkecil di kebun-kebun. Dengan
adanya instruksi kerja, setiap personil PTPN III dapat mengikuti standar pekerjaan yang akan dilakukannya sehingga pekerjaan-pekerjaan tersebut
dilakukan secara tertib dan terpola serta terukur.
84
83
Ibid hal 95
84
Ibid hal 92
Universitas Sumatera Utara
98
BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PROSES
PENGADAAN BARANG DAN JASA AGAR DIREKSI MEMENUHI PRINSIP KEHATI-HATIAN
A. Pihak-Pihak Dalam Proses Pengadaan Barang Dan Jasa di PT. Perkebunan Nusantara III Persero
1. Direksi