75
dilakukkannya secara jujur, beritikad baik dan tindakan tersebut tidak bertentangan dengan hukum dan anggaran dasar perseroan. Sungguh pun kemudian ternyata
tindakan tersebut keliru dan tidak menguntungkan atau bahkan merugikan perseroan, maka RUPS dan bahkan pengadilan pun tidak dapat melakukan second guess
terhadap keputusan bisnis direksi tersebut.
68
C. Prinsip Kehati-hatian Dalam Peraturan Pengadaan Barang Dan Jasa Di PT.Perkebunan Nusantara III Persero
1. Dasar Hukum Pengadaan Barang dan Jasa di PT. Perkebunan Nusantara
III Persero Pembahasan dasar hukum pengadaan barang dan jasa di lingkungan
PT.Perkebunan Nusantara III persero sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara BUMN Persero akan terkait langsung dengan analisis terhadap kedudukan Badan
Usaha Milik Negara BUMN itu sendiri dan status hukum sumber dana yang
dipergunakan Badan Usaha Milik Negara BUMN Persero untuk membiayai pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkannya. Oleh karena itu sebelum
menganalisis dasar hukum pengadaan barang dan jasa di lingkungan PTPN III maka sebelumnya perlu di analisa dasar hukum pengadaan barang dan jasa dilingkungan
Badan Usaha Milik Negara BUMN Persero. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 secara tegas menyebutkan bahwa
perseroan terbatas ada badan hukum. Status badan hukum tersebut diperoleh oleh perseroan terbatas bersamaan dengan tanggal diterbitkannya keputusan Menteri
68
Bismar Nasution, Pertanggungjawaban Direksi dalam Pengelolaan Perusahaan, makalh disampaikan pada Seminar Nasional Sehari Dalam Rangka Menciptakan Good Corporate Governance
Universitas Sumatera Utara
76
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia mengenai pengesahan badan hukum perseroan.
69
Dan selanjutnya maka tanggungjawab pemegang saham berubah menjadi tanggungjawab terbatas pada modal yang disetorkannya pada perseroan.
Perseroan terbatas sebagai badan hukum menduduki kedudukan penting bagi hukum, karena badan hukum adalah subjek hukum seperti halnya manusia yang
memiliki hak dan tanggungjawab sendiri terpisah dari para pendirinya. Robert W. Hamilton menyatakan “oleh karena badan hukum adalah subjek, maka ia merupakan
badan yang independen atau mandiri dari pendiri, anggota, atau penanam modal badan tersebut. badan ini dapat melakukan kegiatan bisnis atas nama dirinya sendiri.
Oleh karenanya bisnis yang dijalankan, kekayaan yang dikuasai, kontrak yang dibuat semua atas nama badan itu sendiri dan badan ini juga memiliki kewajiban-kewajiban
hukum, seperti membayar pajak dan menajukan izin kegiatan bisnis atas nama dirinya sendiri”.
70
Apabila sumber dana pengadaan barang dan jasa tersebut berasal dari APBN baik sebahagian atau seluruhnya, maka pengadaan barang dan jasa tersebut tunduk
pada Perpres no 54 Tahun 2010, namun apabila sumber biaya pengadaan barang jasa tersebut baik sebahagian atau seluruhnya bukan berasal dari APBN, maka pengadaan
barangjasa di Badan Usaha Milik Negara tidak termasuk dalam ruang lingkup keberlakuan Perpres tersebut. Oleh karenanya maka sangat penting untuk mengetahui
pada Sistem Pengelolaan dan Pembinaan BUMN Persero, diselenggarakan oleh Inti Sarana Informatika, Hotel Borobudur Yogjakarta, 8 Maret 2007, hal 4
69
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 7 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
77
sumber pembiayaan pengadaan barangjasa yang dilakukan Badan Usaha Milik Negara.
Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara yang menyebutkan tujuan pemisahan kekayaan Negara dari APBN untuk dijadikan
penyertaan modal Negara pada BUMN yang untuk selanjutnya pengelolaannya tidak tunduk lagi pada sistem APBN, karena kekayaan Negara yang dipisahkan pada
BUMN tersebut penguunaannya tidak lagi tunduk pada system APBN. Oleh karena dana BUMN persero yang digunakan untuk membiayai pengadaan barangjasa
BUMN bukanlah dana APBN, maka masalah pengaturan pengadaan barang dan jasa dilingkungan BUMN persero sepanjang tidak langsung menggunakan APBN,
adalah dalam lingkup pengaturan BUMN sebagai badan hukum. Dasar hukum pengadaan barang dan jasa BUMN tunduk pada ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian , Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN pasal 99, yang berbunyi sebagai berikut :
1. Pengadaan Barang dan jasa oleh BUMN yang menggunakan dana langsung dari APBN dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. 2. Direksi BUMN menetapkan tata cara pengadaan barang dan jasa bagi BUMN
yang bersangkutan, selain pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berdasarkan pedoman umum yang ditetapkan oleh Menteri
70
Robert W.Hamilton, The law of corporation,St. Paul Minesota : West Publishing Co, 1996 hal 1
Universitas Sumatera Utara
78
3. Pedoman umum dan tata cara sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan transparansi.
Berdasarkan PP No. 45 Tahun 2005 Pasal 99 tersebut Menteri BUMN kemudian mengeluarkan Surat Edaran SE Menteri BUMN No. S.298S. MBU2007
tanggal 25 Juni 2007 yang dikeluarkan oleh Kementerian BUMN yang ditujukan kepada seluruh jajaran Direksi, Komisaris dan Dewan Pengawas BUMN yang pada
dasarnya menyatakan bahwa tata cara pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN tidak tunduk pada ketentuan Keputusan Presiden Keppres No. 80 Tahun
2003 tentang Pengadaan Barang danatau Jasa BUMN. Selanjutnya ditindaklanjuti Menteri BUMN dengan mengeluarkan pedoman umum pada Pasal 99 ayat 2 PP No.
45 Tahun 2005 dengan Peraturan Menteri BUMN Nomor Per 05MBU2008 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa BUMN
71
. PT. Perkebunan Nusantara III Persero berpedoman pada Surat Keputusan Direksi Nomor 3.11SKPTS032011
tentang Pedoman Pengadaan Barang Dan Jasa PT. Perkebunan Nusantara III Persero Edisi V-2011.
2. Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa di PT. Perkebunan Nusantara