Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.

59 atau sejumlah tertentu dari saham Perseroan dank arena itu, dia mempunyai kewajiban untuk membayar atau melakukan penyetoran kepada Perseroan. c. Modal yang Disetor Paid Up Capital adalah saham yang telah dibayar penuh kepada Perseroan yang menjadi pernyataan atau penyetoran saham riil yang telah dilakukan, baik oleh pendiri maupun para pemegang saham Perseroan. 45

4. Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.

Sebagai sebuah badan hukum, Perseroan Terbatas PT tak dapat dilihat dan diraba secara fisik kecuali asset – asetnya kantor gedung dan para karyawannya. Sekilas badan hukum PT nampak imajiner, namun dalam bentuk realnya badan hukum PT dapat diterawang lewat Anggaran Dasarnya. Anggaran Dasar PT mencantumkan tugas dan tanggung jawab serta hak dan kewajiban seluruh Organ PT, sehingga Anggaran Dasar PT dapat dikatakan merupakan bentuk konkret dari sebuah badan hukum PT. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Suatu Anggaran Dasar PT harus memuat sekurang-kurangnya: 1. Nama dan tempat kedudukan PT. 2. Maksud dan tujuan pendirian PT. 3. Kegiatan usaha PT. 4. Jangka waktu berdirinya PT. 5. Modal PT. Universitas Sumatera Utara 60 6. Jumlah, nilai, dan klasifikasi saham serta hak-hak yang melekat pada setiap saham. 7. Anggota Direksi dan Dewan Komisaris PT. 8. Tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS. 9. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris. 10. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen 46 . Keterangan diatas merupakan keterangan minimal yang wajib dicantumkan dalam Anggaran Dasar PT. Selain keterangan minimal itu, Anggaran Dasar juga dapat memuat ketentuan-ketentuan lain mengenai PT selama ketentuan itu tidak bertentangan dengan undang-undang. Pencantuman nama PT dalam Anggaran Dasar wajib didahului dengan frase “Perseroan Terbatas” atau disingkat “PT”. Untuk PT “terbuka”, selain menggunakan istilah “PT” juga pada bagian akhir nama PT ditambah kata singkatan “Tbk” ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pemakian nama perseroan diatur dalam Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 2011 tentang tata cara pengajuan dan pemakaian nama Perseroan Terbatas . a. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Dalam menjalankan kegiatan usahanya, PT dapat melakukan perubahan Anggaran Dasar sesuai kebutuhan PT tersebut. Perubahan Anggaran Dasar itu harus 45 Ibid, hal 55 46 UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 15 ayat 1 Universitas Sumatera Utara 61 dilakukan berdasarkan ketetapan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Dalam panggilan RUPS kepada para pemegang saham, acara mengenai perubahan Anggaran Dasar tersebut wajib dicantumkan dengan jelas. Dalam hal PT yang bersangkutan dinyatakan pailit, perubahan Anggaran Dasar baru dapat dilaksanakan dengan persetujuan kurator. Pada dasarnya perubahan Anggaran Dasar merupakan perubahan bentuk badan hukum PT, sehingga seperti juga dalam pendirian PT, Pasal 21 UUPT menyatakan perubahan Anggaran Dasar PT harus mendapat persetujuan dari Menteri- Menteri Hukum dan HAM. Perubahan Anggaran Dasar yang wajib mendapat persetujuan Menteri antara lain perubahan Anggaran Dasar yang meliputi: 1. Perubahan mengenai nama PT danatau tempat kedudukan PT 2. Perubahan mengenai Maksud, tujuan serta kegiatan usaha PT 3. Perubahan mengeni Jangka waktu berdirinya PT 4. Perubahan mengenai besarnya modal dasar PT 5. Perubahan mengenai pengurangan modal ditempatkan dan disetor 6. Perubahan status PT tertutup menjadi PT terbuka atau sebaliknya Perubahan Anggaran Dasar tersebut mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengeni perubahan Anggaran Dasar. Perubahan Anggaran Dasar selain mengenai hal-hal tersebut diatas juga dimungkinkan, namun tidak wajib mendapat persetujuan Menteri tetapi cukup diberitahukan saja kepada Menteri. Perubahan Anggaran Dasar yang tidak memerlukan persetujuan Menteri itu Universitas Sumatera Utara 62 mulai berlaku sejak dikeluarkannya surat penerimaan mengeni pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar tersebut oleh Menteri, Seluruh perubahan Anggaran Dasar wajib dinyatakan dalam akta notaris. 47

B. Prinsip Kehati-hatian Dalam Pengurusan Perseroan Terbatas 1.

Pengertian Prinsip Kehati-Hatian Dalam setiap kegiatan perseroan maka kewenangan penuh menjalankan perseroan berada ditangan Direksi, artinya segala bentuk urusan-urusan perusahaan untuk mencapai tujuan perseroan sepenuhnya dilakukan oleh direksi. Maka oleh sebab itu direksi yang di angkat melalui Rapat Umum Pemegang Saham harus memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar demi tercapainya tujuan dan maksud perseroan sebagaimana di uraikan dalam Anggaran Dasar perseroan. Sebagaimana di jelaskan pada bab sebelumnya sangat erat dengan prinsip kehati-hatian. Oleh karena prinsip kehati-hatian ini merupakan prinsip utama dalam mengelola perseroan. Undang-Undang memang tidak mengatur prinsip kehati-hatian itu, tetapi pada sebagian produk peraturan yang berkaitan dengan perbankan, terdapat kata-kata yang intinya harus berpedoman kepada prinsip kehati-hatian demikian juga dalam UUPT pasal 1 ayat 2 ; pasal 1 ayat 4; pasal 2, pasal 79 ayat 1, pasal 82; dan pasal 85 ayat 1 tidak menyatakan secara tegas mengenai prinsip kehati-hatian walau prinsip ini sesungguhnya sangat erat hubungannya dengan doktrin Fiduciary Duty, tetapi bukan berarti UUPT tidak menganut prinsip kehati-hatian ini karena 47 Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 26 ayat 3, 4, 5, 6, 7, dan ayat8 Universitas Sumatera Utara 63 merupakan prinsip universal dalam berbagai tindakan apapun. Jadi dengan mengadopsi prinsip fiduaciary duty disebut atau tidak maka pada hakikatnya prinsip kehati-hatian ini tetap menjadi landasan dalam UUPT. Fiduciary duty yang di dalamnya terdapat duty of care and skill memiliki standard of care, yaitu : a. I’tikad baik good of faith b. Loyalitas yang tinggi hight degree of loyality c. Kejujuran d. Peduli e. Kemampuankecakapan skill f. Peduli terhadap pelaksanaan hukum care of low enforcement Direksi kedudukannya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya harus bertolak dari landasan bahwa tugas dan kedudukan yang diperoleh direksi berdasarkan 2 dua prinsip dasar yaitu kepercayaan yang diberikan perseroan kepadanya fiduciary duty dan prinsip yang merujuk pada kemampuan serta kehati- hatian dalam bertindak duty of skill and care. 48 Prinsip Tranparasi selanjutnya disebut “keterbukaan” penting untuk mencegah penipuan fraud atau KKN. Sangat baik untuk dipahami ungkapan yang pernah diungkapkan Barry A.K.Rider : “sun light is the best disinfectant and electric 48 Chatamarrasjid Ais, menyingkap Tabir Perseroan Piercing The Corporate Veil Kapita Selekta Hukum Perusahaan Indonesia,Bandung, Citra Aditya Bakti, 2000, Hal 71 Universitas Sumatera Utara 64 light the policeman”. Dengan perkataan lain, Rider menyatakan bahwa “more disclosure will inevitably discourage wrong doing and abouse”. 49 Direksi mendapatkan informasi yang lengkap dari bagian-bagian yang telah ditentukan oleh direksi untuk pemenuhan prinsip kehati-hatian dalam proses pengadaan barang dan jasa, bagian-bagian tersebut yaitu : 1. Bagian pelelangan yang berperan sebagai tim analisa dalam pengadaan barang dan jasa 2. Bagian hukum yang berperan sebagai tim analisa dan evaluasi proses pengadaan barang dan jasa 3. Bagian SPI yang berperan sebagai timpengawasan proses pengadaan barang dan jasa 50 Semua tindakan diatas merupakan tindakan yang dilakukan tanpa mengurangi prinsip kehati-hatian oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa di dalam UUPT tetap terdapat prinsip kehati-hatian. 51 Prinsip fiduciary duty dianut oleh undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, yaitu pada Pasal 97 ayat 2 yang menegaskan bahwa pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab. Secara transparan Pasal 97 ayat 2 UUPT ini menekankan pada arti itikad baik, dan sepanjang anggota direksi melakukan 49 Bismar Naution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pasca Sarjana, Jakarta, 2001 50 Wawancara dengan bapak Christian Orchad Tharanon,SH,MKn Staf Urusan Kepatuhan Bagian Hukum dan Manajemen Risiko PTPN III, Kantor Direksi Medan, tanggal 13 April 2012 Universitas Sumatera Utara 65 pengelolaan perseroan dengan itikad baik, dan dalam batas koridor serta menurut ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka Direksi dilindungi oleh doktrin business judgment rule. Doktrin atau Prinsip fiduciary duty dapat dijumpai dalam undang – undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menurut Pasal 92 ayat 1 UUPT No 40 tahun 2007 , pengurus PT dipercayakan kepada Direksi, lebih jelasnya Pasal 97 ayat 1 UUPT Menyatakan, bahwa Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan untuk dan kepentingan dan tujuan perseroan. Sedangkan Pasal 97 ayat 2 UUPT menetapkan bahwa setiap anggota Direksi Wajib dengan itikad baikdan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Pelanggaran terhadap hal ini dapat menyebabkan Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugas tersebut. 52 Itikad baik dalam hal ini memiliki makna secara objektif yang berarti bahwa prestasi yang dilakukan direksi dan cara direksi melaksanakan tugas dan kewenangannya mengurus perseroan harus senantiasa mengindahkan norma- norma hukum, kepatutan dan kesusilaan. Dengan demikian itikad baik pada direksi mengandung sautu kewajiban bagi direksi untuk senantiasa mengutamakan kepentingan perseroan semata – mata, serta tidak memanfaatkan kedudukannya yang 51 Ibid, hal 56 52 Bismar Nasution, Kejahatan Korporasi dan Pertanggungg Jawabannya, Makalah disampaikan dalam ceramah di jajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara, bertempat di Tanjung Morawa, Medan pada tanggal 27 April 2006, hal 17 Universitas Sumatera Utara 66 strategis untuk memperoleh manfaat, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dari perseroan secara tidak adil, serta menghindari benturan kepentingan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perseroan. 53

2. Fiduciary Duty Direksi Dalam Tugas Pengurusan Perseroan Terbatas

Dokumen yang terkait

Proses Pengadaan Barang/Jasa pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

23 207 54

Penerapan Prinsip-Pprinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa Di Lingkungan Bumn Perkebunan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

2 74 145

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 4 94

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 3 9

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 17

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 22

BAB II PRINSIP KEHATI – HATIAN DALAM PERATURAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) A. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum 1. Kedudukan PT Sebagai Badan Hukum Mandiri - Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direk

0 0 66

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direksi Dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang Dan Jasa (Studi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan)

0 1 31

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direksi Dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang Dan Jasa (Studi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan)

0 0 16