Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan Bangsa dan Negara dimasa depan, sehingga kualitas pendidikan dapat menentukan kualitas suatu Bangsa dan Negara. Tugas dunia pendidikan, terutama pendidikan sains adalah melahirkan Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas dan responsif terhadap berbagai kemajuan. Begitu juga halnya dengan tugas guru selain membantu siswa memahami konsep-konsep materi pelajaran yang diberikan dan mengaplikasikan konsep- konsep tersebut, tetapi juga harus mampu menumbuhkan minat siswa terutama terhadap pelajaran yang diberikan dan mengajak siswa melihat keterkaitan bidang yang dipelajari dengan kehidupan nyata sehari-hari. Guru harus menggunakan berbagai pendekatan, model, metode, dan media pembelajaran supaya tugas di atas dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Efektif berarti dapat mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan efisien berarti hemat waktu, biaya, bahan dan energi dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, sehingga diperoleh hasil belajar yang sesuai dengan harapan. Salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang masuk dalam kurikulum pendidikan menengah di Indonesia adalah ilmu kimia. Ilmu kimia disebut juga “Central Science” karena peranannya yang sangat penting dalam ilmu sains lainnya. Tidak ada ilmu pengetahuan alam atau yang biasa kita kenal dengan istilah ilmu sains yang tidak bergantung pada ilmu kimia. Pengembangan dalam ilmu kedokteran, farmasi, geologi, pertanian, dan sebagainya dapat berjalan seiring dengan kemajuan yang dicapai dalam ilmu kimia. 1 Sehingga ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan 1 Pustekkom, Karakteristik Ilmu Kimia Sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan Alam, dalam http:118.98.163.244materiadaptipkimia1_PENGENALAN20ILMU20KIMIAkbl_4.ht m diakses 16 Januari 2009. yang penting untuk dipelajari dan dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran di sekolah. Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh seluruh siswa SMA di Indonesia, khususnya siswa kelas X, sedangkan siswa kelas XI dan XII hanya yang memilih jurusan IPA saja yang mendapatkan mata pelajaran kimia. Sedangkan Konsep tentang Reaksi redoks merupakan salah satu konsep dalam mata pelajaran kimia SMA di Indonesia. Menurut kurikulum dan silabus mata pelajaran kimia KTSP 2006, konsep reaksi redoks dicantumkan dalam mata pelajaran kimia SMA kelas X semester 2, 2 kemudian pembahasan reaksi redoks dengan penyetaraan reasi secara mendalam dilanjutkan di kelas XII. Meskipun ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat penting, tapi mata pelajaran kimia masih dianggap oleh sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang sulit dan bahkan dianggap sebagai beban, bukan sebagai kebutuhan. Kesulitan siswa dalam mempelajari dan memahami ilmu kimia dapat bersumber pada beberapa hal berikut: 1. Kesulitan dalam memahami istilah Kesulitan ini timbul karena kebanyakan siswa hanya hafal akan istilah, tetapi tidak memahami dengan benar maksud dari istilah tersebut. 2. Kesulitan dalam memahami konsep kimia Kebanyakan konsep-konsep dalam ilmu kimia merupakan konsep atau materi yang bersifat abstrak dan belum dirasakan maknanya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Kesulitan dalam menghitung angka Dalam pembelajaran kimia siswa dituntut untuk terampil dalam operasi rumus matematis. Namun sering ditemukan siswa yang kurang memahami rumusan matematis tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa kurang menguasai dasar-dasar matematika dengan baik, sehingga siswa kurang 2 Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri-5 Kota Tangerang, 2006, h. 5. terampil mengaplikasikan operasi-operasi dasar matematika dalam ilmu kimia. 3 Jika siswa sudah menganggap mata pelajaran kimia sulit dan sebagai beban sehingga minat mereka untuk mempelajari kimia menjadi kurang, maka hasil belajar kimia mereka juga kurang optimal. Kesulitan siswa dalam mempelajari kimia dan kurang optimalnya hasil belajar kimia siswa merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh guru, kimia adalah mata pelajaran menakutkan dan membosankan, itulah keluhan yang sering terdengar dari para siswa. Hal tersebut disebabkan karena konsep kimia dipenuhi oleh rumus-rumus yang harus dihafal dan difahami serta teori-teori yang bersifat abstrak. Hasil survei di Philifina menunjukkan bahwa setiap minggu anak- anak berusia lebih dari 14 tahun sekitar 16 membaca komik, usia 17-19 tahun sekitar 29,9, usia 20-29 tahun sekitar 24,9, usia 30-44 tahun sekitar 24,6, dan diatas 45 tahun sekitar 4,6. Jika ditinjau dari tingkat pendidikan, maka pembaca komik tersebut yang berpendidikan tingkat sekolah dasar sekitar 19,1, sekolah lanjutan sekitar 43,7, dan tinggat perguruan tinggi sekitar 37,2. 4 Berdasarkan hasil survei di atas, maka perlu dicari alternatif strategi pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran kimia, sehingga mereka senang mempelajari kimia dan selalu diingat dalam memori jangka panjang mereka. Salah satu strateginya adalah dengan menggunakan media komik, sebab pada umumnya jika seorang siswa disuruh membaca sebuah komik, maka siswa tersebut mudah untuk memahami isi bacaannya. Berbeda halnya jika disuruh membaca buku pelajaran, siswa tersebut mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan tersebut, terlebih lagi jika yang dibaca adalah buku pelajaran kimia. 3 Sri Retno, dkk, “Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif tai Team Assisted Individualization dilengkapi Modul dan Penilaian Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Penentuan dH Reaksi Siswa SMA Kelas XI Semester I”, Jurnal Varia Pendidikan, Vol 20, No. 1, Juni 2008, h. 60. 4 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002, h. 55 -56. Diharapkan melalui media komik tersebut siswa dapat termotivasi untuk belajar, mencari, dan mengembangkan pemahamannya sendiri, sehingga apa yang dibaca dan dipelajarinya tidak mudah dilupakan seperti halnya membaca komik pada umumnya, dan pada akhirnya akan memberikan hasil belajar yang optimal. Konsep reaksi redoks dipilih karena reaksi redoks merupakan suatu konsep dasar dan penting dalam ilmu kimia. Konsep reaksi redoks juga sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada perkaratan logam, pemutih pakaian, penyentruman akumulator, ekstraksi logam, dan daur ulang perak. 5 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah judul skripsi, yaitu: “Pengaruh Media Komik Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks”.

B. Identifikasi Masalah