Menurut ayat di atas untuk mencapai derajat yang tinggi tidak cukup hanya dengan memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dan luas,
namun terdapat suatu persyaratan yang paling penting yaitu orang tersebut harus beriman. Jadi hasil dari proses belajar diharapkan terjadi
perubahan dalam diri seseorang yang meliputi tingkah laku, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan meningkatnya keimanan kepada Allah
SWT. Proses pembelajaran di kelas tujuannya diketahui dengan jelas
oleh guru dan murid. Berbagai usaha dikerahkan semaksimal mungkin agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai, dengan menggunakan
berbagai strategi, pendekatan, model, metode, dan penggunaan berbagai media.
Proses pembelajaran tesebut dapat dikatakan berhasil apabila siswa telah memahami dan menerapkan makna dari apa yang telah
dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari, dan bertambah tingkat keimanannya kepada Sang Pencipta, sebagai akibat dari pengetahuan
yang telah ia peroleh. Salah satu indikator hasil pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar siswa.
b. Teori-teori Belajar
Proses perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar yang terjadi pada diri individu merupakan proses internal psikologis yang
tidak diketahui secara nyata. Oleh karena itu, terjadinya proses belajar tersebut tidak dapat diketahui secara jelas, maka timbullah pendapat
dikalangan ahli psikologi, sehingga timbul bermacam-macam teori belajar, antara lain:
1 Teori Conditioning Pelopor teori conditioning ini adalah Palvov, seorang ahli
psikologi-refleksologi dari rusia. Menurut teori ini, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi akibat adanya syarat-syarat yang
kemudian menimbulkan reaksi atau respon. Hal yang paling penting
dalam teori ini adalah harus adanya latihan yang kontinu. Para penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia
juga tidak lain adalah conditioning, yakni hasil daripada latihan- latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap peransang-
peransang tertentu yang dialaminya dalam kehidupan.
48
2 Teori Operant Conditioning Pelopor teori ini adalah Skinner, seperti halnya Palvov Skinner
juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara peransang dan respons. Perbedaannya adalah Skinner membuat perincian yang
lebih jauh. Ia menyarankan suatu kelas lain dari prilaku, yang disebutnya prilaku-prilaku operant. Studi Skinner terpusat pada
hubungan antara prilaku dan konsekuensi-konsekuensinya.
49
Sebagai contoh, jika prilaku seseorang segera diikuti oleh kosekuensi-
konsekuensi berupa reinforcement yaitu suatu stimulus yang dapat memberikan penguatan yang menyenangkan misalnya hadiah atau
pujian, maka orang tersebut akan sering melakukan prilaku tersebut. 3 Teori connectionisme
Menurut teori ini belajar adalah penguatan hubungan stimulus dengan respons. Menurut Thorndike, belajar melalui proses sebagai
berikut: a Trial and error coba-coba dan gagal
Menurut teori ini setiap organisme jika dihadapkan pada situasi baru, maka ia akan melakukan tidakan mencoba-coba. Jika dalam
perbuatan mencoba-coba tersebut ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan tersebut akan
dipegangnya. Karena adanya latihan yang terus menerus maka waktu yang diperguanakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang sesuai tersebut semakin lama semakin efesien.
48
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, h. 91.
49
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga, 1989, h. 24.
b Law of Effect Segala perbuatan yang berakibat pada suatu keadaan yang
memuaskan atau menyenangkan akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
50
Hubungan stimulus respon bertambah kuat jika disertai dengan perasaan senang atau puas. Oleh karena
itu membangkitkan rasa senang dengan memuji atau membesarkan hati siswa bahkan dengan menggunakan media
pembelajaran yang membuat siswa senang akan lebih baik dalam pembelajaran.
c. Hasil Belajar