Psychological Well-being Pada Penyintas Bencana Alam Gunung

3. Psychological Well-being Pada Penyintas Bencana Alam Gunung

Sinabung Bencana yang terjadi dapat berdampak secara umum yaitu baik nature dan manmade meliputi kehilangan jiwa, luka-luka, kerusakan infrastruktur, kerusakan kehidupan dan hasil panen, gangguan produksi, gangguan kehidupan sehari-hari, kehilangan keluarga, gangguan dalam pelayanan umum, kerusakan infrastruktur secara nasional dan gangguan dalam sistem pemerintahan, penurunan ekonomi nasional, dampak sosiologis dan psikologis setelah bencana terjadi Carter, 1991. Bencana yang berdampak pada psikologis, yang meliputi shock, stress, cemas, takut, khawatir dan ganguan-ganguan yang berkaitan dengan gejala-gejala psikologis lainnya dapat terjadi pasca bencana Salzer Bickman. 2005. Penyintas merasakan dampak langsung terhadap bencana alam sangat membutuhkan bantuan khusunya pada penyintas yang tinggal di pengungsian. Bantuan yang diberikan orang lain kepada penyintas dapat meringankan beban mereka dan bantuan ini dapat berupa dukungan sosial. Social support adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan yang dirasakan atau bantuan yang diterima oleh seseorang dari orang lain atau kelompok Sarafino, 2006. Social support yang diterima dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana social support mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan stres. Stres yang tinggi dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang atau lama dapat memperburuk kondisi kesehatan dan menyebabkan penyakit. Tetapi social support yang diterima oleh individu yang sedang mengalami atau menghadapi stres akan Universitas Sumatera Utara membantu individu mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan kesehatannya Baron Byrne, 2000. Keenam penyintas dituntut untuk meningkatkan kemampuannya dalam realisasi diri pasca bencana alam. Keenam penyintas diharapkan mampu mengalami pertumbuhan dan memenuhi kebutuhannya sebagai tanda bahwa mereka mampu merealisasikan dirinya setelah dampak bencana yang dialami serta kehidupannya selama tinggal di pengungsian. Realisasi diri adalah kemampuan individu untuk tetap bertumbuh dengan mampu mengatasi tantangan hidupnya dan memenuhi kebutuhannya. Kemampuan merealisasikan diri sangat penting dalam menentukan psychological well-being pada keenam penyintas pasca bencana alam Ryff Singer, 2008. Psychological well-being adalah perasaan yang mengarahkan seseorang dalam bertindak dan mengembangkan potensi dirinya Walterman, 1984 dalam Ryff, 1989. Psychological well-being melibatkan persepsi seseorang terhadap setiap tantangan dalam hidupnya Ryff, 1989. Psychological well-being berfokus pada perkembangan manusia dan kemampuan eksistensi seseorang dalam menghadapi tantangan hidupnya Keyes, Ryff, Shmotkin, 2002. Setiap tantangan pasca bencana alam yang berdampak dalam kehidupan akan mempengaruhi psychological well-being pada keenam penyintas. Tantangan akan diinterpretasikan dengan cara yang berbeda pada setiap individu. Penilaian tersebut turut berperan dalam menentukan apakah seseorang kehilangan atau memperoleh psychological well-being Ryff Singer, 1996. Selain dukungan sosial yang diperoleh dan yang dibutuhkan, status sosial ekonomi seperti tempat Universitas Sumatera Utara tinggal dan finansial seseorang juga berpengaruh kepada psychological well- being.

1. Penerimaan Diri

Setelah bencana alam yang terjadi menimbulkan kisah traumatis akibat dampak dalam kehidupan, keenam partisipan dapat menerima keadaannya. Ryff dan Keyes 1995 mengungkapkan bahwa seseorang yang menerima dirinya akan bersikap positif terhadap dirinya, mengetahui dan menerima seluruh aspek dalam dirinya baik aspek positif maupun negatif, dan menanggapi masa lalu secara positif. Partisipan pertama Ibu P.A merasa mulai senang dengan keadaan yang sekarang, dan sudah menerima keadaan dengan pikiran yang terbuka untuk menata kehidupan yang lebih baik. Ibu P.A membandingkan dirinya dengan orang lain yang kurang mampu daripada dirinya sehingga hal ini yang membuat ia dapat mensyukuri setiap rencana Tuhan YME karena masih diberikan nafas kehidupan untuk tetap bertahan menjalani tantangan hidup pasca bencana alam yang telah terjadi. Selain itu, Ibu P.A juga merasakan pasca-bencana alam yang terjadi membuat dirinya semakin kuat untuk menghadapi setiap tantangan hidup yang ia alami saat ini. Hal ini karena ia merasa bahwa Tuhan memberikan kekuatan agar dapat menghadapi setiap cobaan hidup. Pada partisipan kedua Ibu P.B, mampu mengenali diri sendiri apa adanya. Perubahan yang terjadi dalam hidupnya berdampak pada setiap aspek kehidupannya. Ibu P.B menyadari akan kekurangan dan kelebihan yang ia miliki, kekurangan yang dimilikinya yaitu semakin malas dan sudah patah semangat. Hal Universitas Sumatera Utara ini karena Ibu P.B sudah merasa tidak punya pengharapan terhadap lahan pertanian yang tidak dapat ditanami tumbuhan dengan subur. Lalu, ia juga merasa bahwa sudah tidak tersedianya simpanan uang untuk membiayai anaknya untuk sekolah. Di sini lain, Ibu P.B menyadari pasca bencana alam ia berupaya untuk tetap bersemangat dengan bekerja kembali dengan membuka usaha di warung dengan menjual jajanan untuk anak-anak. Ibu P.B juga menyadari akan kelebihan yang ia miliki adalah ia tidak pernah sakit lagi pasca bencana yang terjadi. Pada partisipan ketiga Ibu P.C merasakan dampak khususnya dampak secara ekonomi. Hal ini karena saat terjadinya erupsi Gunung Sinabung berdampak pada seluruh tanaman yang ada di lahan pertanian Ibu P.C, sekitar 2 ton jeruk gagal untuk di panen karena terlalu banyak yang terkena abu vulkanik. Saat pertama sekali mengetahui kejadian tersebut, ia merasa sudah putus asa dengan kehidupannya, ia merasa sudah tidak ada harapan,dan merasa khawatir tidak dapat makan namun, setelah satu tahun kejadian erupsi sinabung, ia sudah merasa sedikit-sedikit dapat menerima kenyataan yang terjadi dalam kehidupannya. Perasaan yang dirasakan adalah ia tidak merasa sendiri untuk menghadapi tantangan yang bencana alam, ia merasa masih banyak orang yang merasakan apa yang ia rasakan bahkan orang lain lebih banyak merasakan kerugian akibat erupsi Gunung Sinabung. Setelah Ibu P.C menyadari dan menerima setiap tantangan yang terjadi di dalam hidupnya, ia merasa bahwa kesehatan lah yang paling utama, ia harus menjaga kesehatan dirinya sendiri untuk dapat melakukan tujuan hidupnya yaitu bekerja untuk mencari penghasilan sehari-hari demi memenuhi kebutuhan Universitas Sumatera Utara pendidikan anak yang sedang menuntut ilmu. Kesadaran terhadap kesehatan ini karena selama di pengungsian, ia sering jatuh sakit. Hal ini karena terlalu banyak memikirkan kerugian yang dialami serta kekhawatirannya terhadap masa depan anaknya. Ibu P.C menyadari kelemahan dan kelebihan yang ia miliki setelah dampak bencana alam, ia menyadari bahwa ia mempunyai kelemahaan yaitu sudah merasa putus asa dan tidak ingin kembali bekerja namun, satu hal yang dapat menjadi suatu dorongan untuk dirinya agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan yang ia rasakan, yaitu mengingat masa depan anak. Ibu. P.C berupaya selalu menjadikan anak-anak sebagai dorongan agar ia kembali bangkit dan mulai bekerja kembali untuk berjuang memenuhi pendidikan yang tinggi agar anaknya berhasil nantinya. Ibu P.C menyadari bahwa ia memiliki kelebihan yaitu kuat dalam menghadapi setiap tantangan yang ia hadapi. Pada partisipan keempat Ibu P.D, merasa bahwa ia memiliki kelemahan yaitu merasa sudah lemah. Hal ini karena akibat bencana yang terjadi mata pencarian Ibu P.D sudah berkurang, ia tidak memiliki modal lagi untuk menanam kembali. Meskipun lemah secara perekonomian, hal ini tidak membuat Ibu P.D lupa untuk mengingat apapun peristiwa hidup yang dialaminya, khususnya bencana alam yang berdampak pada kehidupannya bahwa semuanya adalah rencana yang terbaik diberikan oleh Tuhan. Setelah Ibu P.D menyadari akan kekurangan yang ia miliki sebagai seorang yang sudah lemah namun, hal itu tidak membuatnya berhenti untuk berupaya, ia mampu untuk menerima masa lalu secara positif setelah kejadian Universitas Sumatera Utara erupsi Gunung Sinabung. Ibu P.D berupaya untuk meminjam modal kepada saudaranya yang lain untuk dapat menanam kembali. Pada partisipan kelima Ibu P.E, memahami keadaan bahwa ia harus bangkit dari keadaan yang terpuruk. Ibu P.E seorang yang mampu menilai dirinya baik secara negatif maupun positif. Ibu P.E memiliki kelemahan yaitu kurang dapat bersyukur dan kurang mampu untuk menerima keadaan pasca bencana alam yang berdampak pada kehidupannya sehari-hari terlebih karena hilangnya pekerjaan suami Ibu P.E yang dahulunya bekerja sebagai pemborong namun sekarang hanya menjadi tukang kuli bangunan. Selain kelemahan, Ibu P.E juga memiliki kelebihan yang ada pada dirinya yaitu ia memiliki kelebihan untuk melayani masyarakat melalui pekerjaannya sebagai bidan. Ibu P.E seorang bidan PTT di tempatkan di desa simacem. Saat bencana alam terjadi, Ibu P.E juga ikut untuk mengungsi karena ia merupakan penduduk desa simacem meskipun harta benda yang ia miliki tidak terlalu banyak, ia tetap merasakan dampak akibat bencana alam yang terjadi di desa tempat ia tinggal dan bekerja. Ibu P.E merasa senang dengan pekerjaan yang berprofesi sebagai bidan karena melalui pekerjaannya ia dapat mengobati orang yang sedang sakit. Ibu P.E merasa puas dan bangga pada diri sendiri karena dapat melihat orang yang diobati sembuh dengan obat yang ia berikan. Pada partisipan keenam Ibu P.F, merasa bahwa bantuan yang diberikan secara langsung bantuan ini dapat mempengaruhi dirinya. Ibu P.F merasa dengan bantuan yang diperolehnya dapat memberikan semangat hidup yang baru. Apalagi dalam bentuk dukungan emotional seperti pemberian semangat. Ibu P.F dapat Universitas Sumatera Utara menerima masa lalu dengan positif karena selama ia tinggal di posko pengungsian UKA, ia sudah menganggap seperti kampung sendiri yaitu desa simacem. Meskipun Ibu P.F sudah menerima keadaan, namun terkadang ia masih merasa sedikit iri apabila melihat panenan dari hasil ladang orang lain tempat ia bekerja, ia merasa kecil hati karena hasil tenaga sendiri namun, yang merasakan hasil panen adalah orang lain. Sewaktu tinggal di desa simacem, Ibu P.F dapat menanam diladang miliknya sendiri, meskipun harus mengutang pupuk saat di desa simacem, ia tetap bisa menanam. Lalu, ia merasa saat panen tiba, ia dapat pergi bersama keluarga ke pekan-pekan untuk menikmati hasil penen namun, sekarang tidak dirasakan olehnya lagi. Hal ini karena tidak adanya hasil panen yang dinikmati lagi, hanya upahan yang diperolehnya setiap hari. Akan tetapi, dibalik semua yang terjadi didalam kehidupannya, Ibu P.F masih bisa menerima dengan lapang dada, ia dapat beryukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa ia masih dapat menikmati rezeki setiap hari dan sampai pada saat ini ia masih dapat bertahan hidup pasca bencana yang dialaminya. Secara keseluruhan, terlihat bahwa keenam partisipan merasa senang, masih dapat bersyukur kepada Tuhan YME yang masih memberikan kekuatan serta kesehatan, dan dapat menilai diri baik secara positif maupun negatif pasca bencana alam. 2. Hubungan Positif dengan Orang lain Setelah bencana alam terjadi, keenam partisipan merasakan bahwa mereka menjalin hubungan yang positif dengan orang lain. Dimensi hubungan positif dengan orang lain menjelaskan mengenai kemampuan untuk membangun Universitas Sumatera Utara hubungan yang menyenangkan, dekat, intim, dan penuh kasih sayang dengan orang lain Ryff 1989 Sebaliknya, Individu yang memiliki skor rendah dalam dimensi hubungan positif dengan orang lain merupakan sosok yang kurang akrab, cenderung tidak memiliki kepercayaan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, sulit untuk bersikap hangat, terbuka, dan peduli terhadap orang lain. Individu merasa terisolasi dan frustasi Selain itu, individu juga cenderung tidak memiliki keinginan untuk membuat suatu komitmen dalam menjalin hubungan dengan orang lain Ryff dan Keyes, 1995. Keenam partisipan mempunyai perbedaan dalam menjalin hubungan yang positif dengan orang lain. Partisipan pertama Ibu P.A, merasa bahwa ia kurang memiliki hubungan yang baik dengan sesama dan ia merasa bahwa hubungan baik tidak terlalu penting lagi. Ibu P.A merasa bahwa hal yang paling penting adalah mengurus diri sendiri serta keluarga. Ibu P.A sudah merasakan bahwa tidak adanya sistem kebersamaan, keluarga dan adat istiadat pasca bencana alam yang terjadi karerna ia merasakan begitu banyak masalah kecil yang menjadi masalah besar yang dapat memicu pertengkaran antara pengungsi misalnya, salah paham dalam mengutarakan pendapat yang membuat orang lain sakit hati oleh karena itu, Ibu P.A merasa lebih baik mementingkan diri sendiri dan tidak terlalu berhubungan dengan orang lain agar menghindari pertengkaran. Pada partisipan kedua Ibu P.B, merasa bahwa hubungan dengan sesama pengungsian terjalin dengan baik. Ibu P.B seorang yang memahami dan memelihara setiap berhubungan dengan sesama temannya. Selama ia tinggal di pengungsian, Ibu P.B tidak pernah bertengkar dengan temannya. Hal ini karena ia Universitas Sumatera Utara sudah mengenal karakter teman selama di pengungsian. Ibu P.B termasuk penyintas yang sudah dapat pulang kembali ke kampung halamannya dikarenakan status Gunung Sinabung sudah menurun artinya siaga. Setelah ia pulang ke kampung halaman, hubungan dengan orang lain juga terjalin dengan baik namun, ia sudah tidak menginginkan tinggal di situasi yang penuh dengan keramaian seperti saat tinggal di pengungsian dahulu. Ia lebih memilih untuk tinggal di rumah, bekerja di warungnya, dan hanya memiliki beberapa teman saja untuk diajak bercerita. Ibu P.B juga sudah malas pergi ke pesta. Hal ini karena ia sudah tidak mempunyai semangat lagi untuk menjalin hubungan dengan orang lain, ia memilih untuk memikirkan kehidupannya agar lebih baik lagi. Pada partisipan ketiga Ibu P.C, membina hubungan dengan cara mengetahui dan memahami karakter teman menjadi suatu hal yang penting agar hubungan yang terjalin dapat lebih baik. Ibu P.C merasa banyak permasalahan yang dihadapi dalam berhubungan dengan sesama penyintas di pengungsian namun, ia tidak mengambil hal itu menjadi suatu masalah dan menjadi pikiran. Ibu P.C memilih untuk menerima temannya dengan apa adanya agar hubungan terjalin dengan harmonis. Rasa iri hati sering menjadi permasalahan saat berhubungan dengan sesama penyintas. Rasa ini timbul karena adanya bantuan yang datang kepada Ibu P.C, ia mendapatkan banyak bantuan secara material berupa uang karena ia mempunyai anak yang sedang menjalani pendidikan dari jenjang SD sampai Kuliah. Sehingga apapun bantuan yang diberikan setiap jenjang pendidikan, ia pasti mendapatkannya akan tetapi, ada saja orang yang berkata-kata kasar terhadapnya, merasa bahwa bantuan yang diberikan tidak adil Universitas Sumatera Utara karena hanya Ibu P.C saja yang mendapatkan uang tersebut. Ibu P.C sudah mengerti dengan sifat iri yang dimiliki temannya sehingga ia tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Selain itu, salah paham yang terjadi saat berhubungan dengan sesama juga terjadi saat berhubungan dengan sesama. Ibu P.C sebisa mungkin untuk mencari setiap solusi dari permasalahan antar sesama pengungsi namun, yang ia dapat hanya perkataan kasar saja. Ia juga tidak mengambil permasalahan dengan orang lain menjadi suatu pikiran atau perasaan yang tidak enak di dalam hati. Ibu P.C tetap akan berusaha untuk memberikan perhatian pada temannya agar tetap terjalin hubungan yang baik. Hal ini karena ia merasa bahwa mereka yang ada di pengungsian khususnya desa kebayaken dianggapnya sudah seperti saudara sendiri. Pada partisipan keempat Ibu P.D, merasa bahwa hubungan positif dengan sesama pengungsi kurang terjalin dengan baik. Hal ini karena setiap orang yang berada di pengungsian merasa sudah stress sehingga hal kecil dapat menjadi pertengkaran. Pertengkaran terjadi pada sesama pengungsi karena adanya perbedaan persepsi dalam menanggapi suatu hal, misalnya mengenai memasak dapat menjadi pertengkaran karena perbedaan cara memasak bumbu masakan kemudian pertengkarang juga terjadi karena terlalu lama memasak. Melihat permasalahan tersebut, Ibu P.D sudah merasa terbiasa, ia menganggap masalah dalam hubungan dengan orang lain dijadikan suatu hal yang biasa karena dapat diselesaikan. Ibu P.D seorang yang tidak ingin adanya pertengkaran, ia memilih untuk menghidar dengan cara tidak menanggapi orang tersebut. Universitas Sumatera Utara Pada partisipan kelima Ibu P.E, merasa tidak menjalin hubungan positif dengan orang lain. Hal ini karena tidak adanya rasa saling memahami dan mengerti antar sesama penyintas yang tinggal di pengungsian. Ibu P.E merasakan hubungan yang kurang baik pada sesama penyintas. Selama di pengungsian orang lebih mementingkan dirinya sendiri, melihat adanya perbedaan pada agama yang dianut, dan tidak adanya rasa kekeluargaaan yang terjalin seperti waktu dahulu tinggal di kampung simacem. Ibu P.E merasa apabila ia mencoba menjalin hubungan dengan orang lain namun, kenyataanya hubungan tersebut kurang terjalin dengan baik maka ia tidak terlalu memperdulikan masalah seperti itu. Hubungan yang tidak baik dengan orang lain bukan menjadi masalah baginya. Ibu P.E lebih baik menghindar dari masalah tersebut agar tidak terjadi pertengkaran. Pada partisipan keenam Ibu P.F, mempunyai hubungan positif dengan orang lain. Biasanya, saat istirahat makan siang ibu-ibu yang bersuku karo melakukan kebiasaan makan sirih, saat berkumpul dengan teman-temannya, Ibu P.F saling berbagi cerita dan pengalaman dalam hal pekerjaan. mereka mengeluhkan keadaan mereka yang saat ini hanya sebagai pekerja di ladang orang, Ibu P.F merasa tidak dapat maju apabila hanya bekerja di ladang orang saja. Bertukar pikiran dapat dilakukan namun, tidak untuk memberikan saran ataupun semangat kepada teman sesama penyintas yang tinggal di pengungsian. Hal ini karena melihat keadaan sesama pengungsi merasakan dampak yang sama akibat bencana alam. Ibu P.F tidak memberi penguatan kepada sesama pengungsi Universitas Sumatera Utara karena ia juga merasakan hal yang sama begitu pula sebaliknya, temannya sesama tidak memberikan penguatan kepada Ibu P.F. Selama satu setengah tahun tinggal di pengungsian, hubungan sesama yang dirasakan oleh Ibu P.F semakin kurang baik, pebedaan pemahaman menjadi suatu masalah yang memicu retaknya hubungan dengan orang lain. Hal ini karena mengikuti perkembangan di kota yang lebih mementingkan diri sendiri dari pada orang lain. Ibu P.F merasa tidak terlalu mementingkan hubungan terjalin positif dengan orang lain namun, ia lebih mementingkan agar ia mendapat pekerjaan sebagai upahan di lahan pertanian orang lain. Ibu P.F merasa tidak ada rasa kekeluargaan yang terjalin selama tinggal di pengungsian. Hal ini karena Ibu P.F lebih mementingkan untuk mencari kerja supaya mendapakan modal untuk hidup ke kampung yang baru yaitu siosar. Ibu P.F merasa bahwa rasa kekeluargaan sudah jarang kecuali saat ia mengikuti acara pesta, ia dapat bercerita bersama keluarga, namun itu pun dia ikuti hanya setegah hari saja, setengah hari lagi ia pakai untuk mengejar upahan. Ibu P.F merasa hubungan positif tidak terlalu terjalin dengan baik karena ia sudah sibuk untuk mencapai target upahan ke ladang orang. Ibu P.F merasa ada perbedaan saat berada di kampung halaman tempat ia tinggal dengan hidup di kota. Saat hidup di kampung, masih terjalin adat istiadat namun setelah ia bekerja dan tinggal di pengungsian, ia merasa sudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru, yang lebih mementingkan diri sendiri dari pada orang lain. Secara keseluruhan, terlihat bahwa keenam partisipan kurang menjalin hubungan yang Universitas Sumatera Utara positif dengan orang lain. Keenam partisipan merasa lebih baik menghindar dari orang lain agar tidak terjadi permasalahan dengan orang lain.

3. Otonomi

Setelah bencana alam, telihat perbedaan pada keenam partisipan dalam berotonomi. Ryff dan Keyes 1995 mengungkapkan bahwa otonomi ialah suatu kemampuan untuk menentukan arah hidupnya sendiri, bersikap mandiri, mampu menolak tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara tertentu, mengelola setiap perilakunya, dan mengevaluasi dirinya berdasarkan standar personal. Pada partisipan pertama Ibu P.A, merasa apabila bantuan yang dibutuhkan dapat disalurkan langsung maka ia akan mampu bekerja sendiri untuk mendapatkan penghasilan agar tidak bergantung pada orang lain lagi. Ibu P.A merasa mampu menentukan arah hidupnya sendiri meskipun tidak adanya bantuan yang diberikan orang lain kepadanya. Ia akan bekerja sebagai petani walaupun hanya bekerja setengah hari. Hal ini karena ia ingin memenuhi kebutuhan sehari- hari untuk makan. Ibu P.A kemungkinan meyakini bahwa kehidupan pasca bencana akan lebih baik karena ia merasa harus dapat mandiri meskipun tidak mendapatkan bantuan lagi dari pemerintah ataupun pihak lainnya. Tantangan yang dialaminya saat ini mengharuskan Ibu P.A untuk tetap berjuang dalam hidupnya, ketika ia tidak memperoleh bantuan dari orang lain, Ia mampu untuk berupaya sendiri dengan bekerja di ladang orang kembali dan memenuhi kebutuhan hidup bersama keluarganya. Universitas Sumatera Utara Pada partisipan kedua Ibu P.B, yakin dengan kehidupannya dapat lebih baik lagi pasca bencana alam yang terjadi Hal ini karena ia yakin bahwa ada hikmah pada setiap kejadian yang sudah terjadi dalam hidupnya. Saat ini Ibu P.B hanya bergantung kepada Tuhan YME yang sudah merencanakan yang terbaik untuk kehidupannya. Pada partisipan ketiga Ibu P.C, upaya yang dilakukan Ibu P.C adalah menanam jeruk, menanam kentang, cabai dan kol meskipun ia melihat harga pasaran untuk tanaman tersebut menurun ia tetap berupaya untuk menanamnya. Ibu P.C juga yakin dengan upaya menanam dapat menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan biaya pendidikan anaknya. Pada partisipan keempat Ibu P.D. merasa bahwa pasca bencana alam mengakibatkan dampak terhadap lahan pertanian milikinya menjadi rusak, berbagai bantuan yang diharapkan tidak kunjung datang sehingga melihat keaadaan tersebut Ibu P.D tetap akan berupaya sendiri untuk menanam di lahan pertaniannya meskipun bantuan yang dibutuhkan tidak diberikan kepadanya. Ibu P.D akan berupaya sendiri tanpa mengharapkan bantuan dari pemerintah. Sebelum ia dipulangkan ke kampung halaman, ia mencoba untuk menanam sendiri dengan berupaya meminta pinjaman modal pupuk dari saudara yang tinggal di Kecamatan Naman. Ibu P.D meminta pinjaman pupuk sebanyak 200 kg. Pada partisipan kelima Ibu P.E, mampu menentukan arah hidupnya sendiri meskipun tidak ada bantuan yang diperolehnya lagi. Ibu P.E merasa dapat menjalani kehidupan sendiri tanpa pertolongan orang lain, ia dapat menjalani hidup dengan mengharapkan pada gaji yang diterima setiap bulan sekali serta ia Universitas Sumatera Utara hanya mengharapkan gaji dari suami meskipun suami Ibu P.E hanya seorang tukang bangunan, ia tetap merasa beryukur. Hal ini karena setiap harinya ia mendapatkan rezeki yang tidak pernah henti-hentinya diberikan oleh Tuhan YME. Pada partisipan keenam Ibu P.F, dukungan yang diberikan kepada Ibu P.F membuat dirinya mampu untuk menentukan arah hidupnya sendiri, ia mampu berlapang dada atas kejadian yang dialami, mampu mengelolah setiap prilaku secara sadar dengan membuat aktivitas dalam kehidupan dengan bekerja dan mengurus keluarga. Ibu P.F menyakini bahwa ia dapat menjalani kehidupan yang lebih baik pasca bencana alam yang berdampak terhadap kehidupannya. Ibu P.F merasa tidak dapat merencanakan sesuatu untuk kehidupannya setelah di relokasi nantinya. Hal ini karena ia merasa sudah tidak dapat berpikir dan tidak dapat bertukar pikiran juga dengan keluarga lainnya dikarenakan keluarga Ibu P.F juga merasakan hal yang sama, sama-sama merasakan penderitaan. Secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa keenam partisipan dapat terlihat dimensi otonomi yang menekankan pada kemampuan individu untuk menentukan diri sendiri, mandiri, serta melakukan evaluasi atas dirinya berdasarkan standar pribadinya Ryff, 1989. 4. Penguasaan Lingkungan Ryff dan Keyes 1995 menyebutkan bahwa individu yang mampu menguasai lingkungan menunjukkan bahwa individu memiliki keyakinan untuk menguasai dan mampu mengelola lingkungannya, memanfaatkan kesempatan dengan efektif, dan mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan nilai dan kebutuhannya. Universitas Sumatera Utara Setiap kali partisipan pertama Ibu P.A mengahadapi tantangan, cara untuk mengatasinya adalah menerima dengan cara menjalani setiap tantangan dalam kehidupannya tersebut, Ibu P.A yakin bahwa segala sesuatunya berasal dari Tuhan maka Tuhan juga lah yang akan memberikan jalan keluar untuk setiap tantangan yang sedang dihadapinya. Setiap tantangan yang ada di dalam hidupnya, ia yakin dan mempercayai bahwa masih ada Tuhan yang melindunginya untuk tetap kuat menghadapi setiap tantangan tersebut. Ketika dihadapkan pada permasalahan Ibu P.A juga akan berbagi cerita dengan orang lain sehingga ia mendapatkan jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya. Sementara itu, pada partisipan kedua Ibu P.B, pasca erupsi Gunung Sinabung yang berdampak pada lahan pertanian yang tidak terlihat tanaman tumbuh dengan subur. Ibu P.B menghadapi tantangan bahwa ia tidak dapat menanam kembali di lahan pertanian miliknya, dengan tantangan seperti ini ia mampu memilih dan menciptakan pekerjaan yang lain untuk mendapatkan penghasilan dengan cara bekerja di ladang orang lain ngaron. Ia akan memilih untuk bekerja di ladang orang lain apabila lahan pertanian miliknya belum dapat tumbuh dengan subur. Tantangan yang dihadapi Ibu P.B saat ini adalah tidak dapat menanam kembali di lahan pertanian miliknya. Hal ini berdampak pada kesehatannya secara psikologis yaitu stress, cara Ibu P.B menghadapi tantangan tersebut agar tetap membuat dirinya sehat secara psikologis dengan cara mengingat anak yang masih sekolah karena dengan hal ini ia akan kembali bersemangat. Universitas Sumatera Utara Sementara itu, terlihat pada partisipan ketiga Ibu P.C. Setelah ia diperbolehkan pulang ke kampung halaman kembali ia harus menghadapi tantangan bahwa lahan pertaniannya ditutupi dengan abu vulkanik karena erupsi kembali terjadi. Melihat keadaan tersebut, Ibu P.C merasa lelah setiap kali harus menghadapi tantangan bahwa tanaman yang sudah ditanam, tidak dapat tumbuh dengan subur karena dampak abu vulkanik, namun dibalik pengalamannya selama menghadapi tantangan tersebut, ia mengatasinya dengan cara menanam jauh dari rumahnya, tepatnya dekat dengan hutan. Hal ini dilakukan Ibu P.C agar ia menanam dan mempunyai penghasilan. Selain mengatasi masalah dengan menanam di tempat yang jauh dari gunung, Ibu P.C juga mempunyai cara untuk mengelolah tanaman agar berhasil dipanen yaitu dengan cara tidak menanam tanaman terlalu banyak. Ia menganggap apa yang dikerjakan sedikit-sedikit, namun lama kelamaan akan menjadi bukit, pasti berhasil nantinya. Apabila erupsi kembali terjadi, maka tindakan yang dilakukan Ibu P.C adalah mengikis tanah agar dapat ditumbuhi oleh tanaman yang baru untuk bercocok tanam kembali, meskipun abu vulkanik yang menutupi lahannya begitu tebal, ia akan tetap berupaya mengikisnya. Ibu P.C tidak hanya mengikis tanah di daerah lahan pertaniannya saja, ia juga akan mengikis abu yang menutupi halaman rumahnya. Selain itu terlihat pada partisipan keempat Ibu P.D, sebelum ia diresmikan kembali ke kampung halaman, ia sudah terlebih dahulu pulang ke kampung untuk menanam kentang dan membersihkan kopi meskipun harus mengeluarkan biaya Universitas Sumatera Utara yang tidak sedikit namun ia tetap berupaya untuk bekerja meskipun jarak yang cukup jauh harus ditempuh dari pengungsian menuju ke desa sukanalu. Sedangkan pada partisipan kelima Ibu P.E, terlihat bahwa apabila Ibu P.E dihadapkan dengan masalah yang terjadi dalam kehidupannya maka ia akan mampu untuk memilih dan menciptakan lingkungan yang lebih baik lagi. Ketika Ibu P.E dihadapkan dalam permasalahan menjalin hubungan dengan anggota keluarga saat tinggal di ruangan pengungsian namun hubungan itu tidak terjalin dengan positif maka hal yang akan Ibu P.E lakukan adalah Ibu P.E akan mencari cara untuk pindah ke ruangan yang jauh dari orang-orang atau keramaian sehingga ia tidak menjalin komunikasi lagi dengan orang tersebut dan mencari tempat yang nyaman menjadi pilihan untuk tempat tinggalnya bersama dengan anak dan suami. Ibu P.E merasa cara yang dilakukan untuk memilih lingkungan tempat yang lebih aman ini agar terhindar dari permasalahan antar sesama penyintas yang berada di pengungsian. Sama halnya dengan partisipan keenam Ibu P.F, saat tinggal di pengunsian Ibu P.F tinggal di ruangan yang ramai yang membuat Ibu P.F merasa tidak nyaman dan merasa sudah jenuh. Hal ini karena terlalu banyak percakapan yang tidak sesuai dengan hati sehingga dapat membuat stress dan kebisingan. Melihat keadaan yang seperti itu, Ibu P.F menciptakan lingkungan yang baru dengan berpindah tempat tinggal ke satu ruangan kecil namun lebih nyaman untuk ditempatin bersama keluarga. Ibu P.F merasa dengan lingkungan baru ini ia dapat membangun keluarga yang harmonis, antar keluarga dapat rukun kembali, dan anak-anak dapat disiplin Universitas Sumatera Utara di rumah. Lingkungan yang baru dapat membuka pemikiran yang terbuka untuk mencapai target yang sudah direncanakan. Ibu P.F juga dapat melihat anak-anak bermain di dalam ruangan dan ia juga dapat menanam bunga. Cara ini ia lakukan untuk memberikan kesegaran dalam pikirannya agar tetap bersemangat menjalani kehidupan sehari-hari seperti menyiram bunga, masak dan melakukan kegiatan lainnya.Ibu P.F merasa tinggal di tempat yang baru sudah seperti rumah tangga yang utuh, sudah kembali seperit dahulu waktu tinggal di kampung halaman. Secara keseluruhan, terlihat bahwa keenam partisipan memiliki skor tinggi pada dimensi penguasaan lingkungan dengan menunjukkan bahwa individu memiliki keyakinan untuk menguasai dan mampu mengelola lingkungannya, menggunakan kesempatan dengan efektif, dan mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan nilai dan kebutuhan dirinya Ryff dan Keyes, 1995.

5. Tujuan Hidup

Setelah bencana alam yang berdampak pada kehidupan keenam partisipan tidak membuat putusnya harapan untuk keberlangsungan hidup yang akan mereka jalani. Ryff dan Keyes 1995 mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki tujuan hidup adalah mereka yang memiliki tujuan hidup yang jelas, kehidupan yang lebih terarah, dan memiliki target yang hendak dicapai dalam kehidupannya. Salah satu tujuan hidup partisipan pertama Ibu P.A adalah bekerja di ladang kembali agar mempunyai pendapatan dari hasil bercocok tanam. Adanya penghasilan Ibu P.A digunakan untuk membiayai pendidikan anak sekolah. Ibu P.A juga mempunyai rencana lain yaitu membuat usaha kelompok ternak, rencana ini diusulkan oleh pemerintah. Hal ini karena tidak tersedianya lahan pertanian di Universitas Sumatera Utara kampung yang baru yaitu siosar oleh sebab itu, ia diusulkan untuk mengikuti rencana tersebut. Setelah adanya bantuan dari pemerintah, berupa modal untuk membuat usaha kelompok ternak. Ibu P.A akan berusaha untuk bekerja dengan baik sesuai dengan cara berternak yang sudah diajarkan kepada Ibu P.A. Usaha ternak yang berhasil nantinya akan membantunya untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak dan memenuhi kebutuhan sehari-hari agar ia dan keluarga dapat hidup dengan sehat. Sementara pada partisipan kedua Ibu P.B, setelah bencana alam yang dialami oleh Ibu P.B membuat dirinya tetap berupaya untuk bekerja kembali. Ibu P.B juga menganggap bahwa kesehatan merupakan hal yang utama dan berharga untuk dijaga agar ia dapat bekerja kembali. Ia berencana akan bekerja sebagai petani untuk mendapatkan penghasilan yang akan dipergunakan membiayai kebutuhan keluarga serta pendidikan anaknya. Sama halnya dengan partisipan ketiga Ibu P.C, setelah bencana alam yang terjadi di kehidupannya, ia merasa semakin terdorong untuk tetap semangat dalam bekerja agar ia dapat memberikan pendidikan yang tinggi untuk anak-anaknya. Ibu P.C merasa bahwa ia bertanggung jawab untuk membiayai pendidikan anak sampai pada jenjang perkuliahan. Hal ini karena ia beranggapan bahwa anaknya harus mempunyai pendidikan yang tinggi. Selain itu, Ibu P.C juga mempunyai harapan supaya Gunung Sinabung tidak erupsi kembali sehingga ia dapat mencapai target yang sudah ia rencanakan dengan bekerja kembali dan memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Universitas Sumatera Utara Pada partisipan keempat Ibu P.D,akan berupaya membersihkan lahan pertanian agar ia dapat bercocok tanam kembali. Ibu P.D merencanakan setelah adanya bantuan maka ia kembali akan bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Ibu P.D akan menggunakan uang dari hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membeli minyak makan dan memenuhi kebutuhan untuk perlengkapan mandi seperti sabun. Selain itu, Ibu P.D juga mampu untuk membuka usaha sendiri dari modal yang diberikan oleh pemerintah senilai 3,8 juta. Setelah bantuan yang dibutuhkan sudah diperoleh Ibu P.D maka ia akan merasa senang. Hal ini karena sudah terbuka lowongan bagi orang lain untuk bekerja di lahan pertanian miliknya maupun lahan pertanian milik temannya. Setiap orang yang punya lahan pertanian dikampung biasanya akan saling membantu untuk membersihkan, merawat atau memanen. Lain halnya dengan partisipan kelima Ibu P.F, memiliki tujuan setelah adanya bantuan material berupa relokasi ke siosar, ia berencana untuk membangun kehidupan yang dimulai dari awal kembali. Ibu P.E merasa akan mempunyai pengharapan hidup yang baru apabila adanya bantuan relokasi yang diberikan kepadanya. Sedangkan pada partisipan keenam Ibu P.F, ia memiliki semangat yang tinggi untuk bekerja sebagai upahan di ladang orang lain, ia tidak memikirkan lagi seperti apa ladang yang ia kerjakan dan dimana tempat ia bekerja, jarak yang jauh akan tetap ditempuhnya untuk mendapatkan uang upahan. Hal ini karena Ibu P.F Universitas Sumatera Utara ingin fokus untuk mencapai target setiap hari harus mendapatkan uang untuk upahan, dengan hasil upahan ia dapat membiayai sekolah anaknya. Ibu P.F sudah terfokus untuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti biaya gas, listrik dan kebutuhan pokok lainnya. Hal ini karena ia tidak mempunyai uang simpanan lagi. Dahulu waktu pertama sekali mengungsi, Ibu P.F masih mempunyai modal dari peliharaannya yang sudah dijual namun, uang dari hasil jualan ternak sudah dipakai untuk biaya makan selama tinggal di posko pengungsian. Ibu P.F tidak menyadari bahwa ia tidak dapat kembali ke kampung halamannya sehingga uang tersebut tidak di simpan olehnya. Hal ini juga yang membuatnya terpacu untuk mencari modal kembali. Secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa keenam partisipan memiliki tujuan hidup untuk bekerja kembali agar mendapatkan penghasilan sehingga harapannya dengan penghasilan yang didapatkan, mereka dapat melangsungkan kehidupan sehari-hari serta membiayai pendidikan anak mereka.

6. Pertumbuhan Pribadi

Setelah bencana alam yang berdampak kepada kehidupan keenam partisipan maka pertumbuhan pribadi pada partisipan akan mengalami penurunan. Ryff dan Keyes 1995 menjelaskan bahwa individu yang mengalami pertumbuhan personal memiliki perasaan akan perkembangan yang berlanjut, melihat dirinya semakin bertumbuh, terbuka atas pengalaman baru, merealisasikan potensi diri, melihat perubahan yang positif dalam diri dan perilakunya sepanjang waktu, serta berubah dalam cara merefleksikan diri sehingga menjadi lebih mengenali dirinya dengan efektif. Universitas Sumatera Utara Pertumbuhan pribadi yang dialami oleh Ibu P.A yaitu ia ingin terbuka untuk pengalaman baru dengan mengikuti usulan dari pemerintah dalam membuat usaha ternak. Usaha ternak yang akan dibuat oleh Ibu P.A adalah ternak lele atau ternak bebek. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa Ibu P.A kembali lagi untuk bekerja menjadi petani. Ia masih ingin merealisasikan potensi dirinya sebagai petani karena profesi itulah yang ia jalani selama ini. Sedangkan pada partisipan kedua Ibu P.B, menyadari bahwa sekarang ia tidak mampu untuk mencari pekerjaan lain selain bertani. Selama ini, Ibu P.B hanya bekerja sebagai petani dan mempunyai usaha warung kecil-kecilan di rumahnya. Ia hanya mengharapkan pada kemampuannya untuk bertani saja. Ia tidak terbuka terhadap pengalaman yang baru. Hal ini karena ia merasa sudah tidak dapat berpikir dengan terbuka lagi. Lain halnya dengan partisipan ketiga Ibu P.C, pasca-bencana alam membuat perubahan dalam kehidupan yang dijalani Ibu P.C. Perubahan ini berdampak terhadap dirinya serta perubahan terhadap kondisi lahan pertanian tempat ia bekerja. Ibu P.C merupakan seorang yang dapat terbuka terhadap pengalaman yang baru dari orang lain yang sudah berhasil, ia seorang yang dapat mengikuti perkembangan agar dapat berhasil menjadi seorang pentani. Hal yang dilakukannya adalah memberi pupuk musa agar tanaman yang sudah ditanam olehnya dapat tumbuh subur meskipun abu vulkanik sewaktu-waktu datang kembali serta hujan yang menguyuri tanamanannya namun, apabila menggunakan pupuk tersebut tanah yang terkena abu vulkanik tidak mengeras. Universitas Sumatera Utara Sama halnya dengan partisipan keempat Ibu P.D, setelah bencana alam yang terjadi, Ibu P.D ingin membuat usaha selain bertani yaitu membuka usaha ternak. Pengalaman baru ini awalnya diusulkan oleh pemerintah untuk dapat direalisasikan oleh Ibu P.D agar ia dapat bekerja kembali dan mempunyai penghasilan dari usaha ternak tersebut. Hal ini karena melihat kondisi lahan pertanian tidak cukup subur untuk ditumbuhi oleh tanaman sehingga hasil yang dipanen tidak terlalu memuaskkan untuk di jual ke pasar. Setelah dipulangkan ke kampung halaman, ia sudah mulai melakukan pekerjaannya sebagai petani. meskipun ia sudah kembali bekerja, ia masih tetap berminat untuk membuat usaha ternak seperti yang diusulkan oleh pemerintah. Hal ini karena Ibu P.D merasa bahwa mengerjakan usaha ternak tidak terlalu susah untuk dirawat dan tidak harus dijaga setiap saat. Sedangkan pada partisipan kelima Ibu P.E, ia tidak berkeinginan untuk berkembang lagi karena ia sudah mempunyai pekerjaan sebagai bidan PTT di desa simacem. Ibu P.E digaji setiap bulan sehingga ia tidak terlalu terbuka dengan pengalaman baru. Ia hanya melayani orang yang sedang sakit dengan sebaik mungkin sehingga pelayanannya bermanfaat bagi orang lain Sama halnya yang dirasakan oleh partisipan kelima Ibu P.E, partisipan keenam Ibu P.F merasa bahwa ia tidak dapat berpikir maju untuk kedepan. Hal ini karena ia tidak mempunyai lahan pertanian lagi dan modal sendiri juga sudah tidak ada lagi. Sehingga ia hanya berupaya untuk mencapai target yaitu mendapatkan kerja sebagai pekerja di lahan pertanian orang untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Universitas Sumatera Utara Secara keseluruhan, terlihat perbedaan antara keenam partisipan yaitu Ibu P.A, Ibu R. C, dan Ibu P.D mengalami pertumbuhan pribadi sedangkan pada Ibu P.B, Ibu P.E, dan Ibu P.F tidak mengalami pertumbuhan pribadi. Hal ini karena mereka merasa terbatas dalam hal perekonomian untuk terbuka terhadap pengalaman baru. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.19. Gambaran Kemunculan Social Support dan Psychological Well- being Pada Partisipan No Bentuk Social Support Social Support yang diperoleh Kemunculan Pada Setiap Partisipan 1 Emotional or Esteem support Memperoleh semangat dan penguatan dari relawan 4 P Memperoleh perhatian dari relawan 2 P Memperoleh kasih sayang dan perhatian dari keluarga Ibu P.F yang berada di medan 1 P 2 Tangible or Instrumental Support Memperoleh dana dari pemerintah atau gereja yang digunakan untuk membiayai pendidikan anak sekolah seperti biaya buku dan uang sekolah 4 P Memperoleh barang dari relawan berupa permainan dan satu paket pakaian seragam sekolah anak 3 P Memperoleh bantuan pelayanan transportasi untuk anak berangkat dan pulang sekolah dikarenakan jarak yang jauh dari sekolah dengan tempat pengungsian 1 P Memperoleh bantuan pelayanan kesehatan dengan pengobatan gratis, dan obat gratis yang diperoleh dari dokter relawan serta pemerintah 2 P Memperoleh dana untuk menyewa rumah dan menyewa lahan pertanian dari pemerintah 2 P Memperoleh makanan selama tinggal di pengungsian 5 P Memperoleh bantuan makanan dari pemerintah setelah dipulangkan ke kampung 1 P Universitas Sumatera Utara halaman Memperoleh dari pemerintah berupa bantuan dana untuk modal kelangsungan hidup. 1 P Memperoleh bantuan modal untuk bertani berupa bibit jeruk setelah dipulangkan ke kampung halaman 1 P Memperoleh bantuan dari relawan yaitu barang berupa tas untuk mempersiapkan pakaian apabila gunung meletus kembali 1 P Memperoleh bantuan relokasi dari pemerintah 1 P 3 Informational Support Memperoleh arahan melalui pengajaran untuk anak dalam membantu tugas sekolah dari relawan pengajar 5 P Memperoleh fasilitas pengajar dan fasilitas untuk tempat belajar anak di posko pengungsian 2 P Memperoleh saran dan arahan dari pemerintah untuk mengetahui cara membuat usaha ternak, usaha kursi dan usaha kerupuk 1 P Memperoleh arahan dari relawan untuk mengetahui cara pembuatan kerajinan tangan 1 P Memperoleh bantuan informasi untuk mengetahui kondisi tanah pada lahan pertanian sehingga ia dapat mengupayakan dan mempersiapkan sendiri dengan kondisi tanah tersebut 1 P Memperoleh arahan serta petunjuk dengan melakukan simulasi tanggap darurat terhadap bencana alam Gunung Sinabung, yang 1 P Universitas Sumatera Utara diperoleh dari pusaka serta pihak lainnya. Memperoleh arahan serta bimbingan agar orang tua tetap kuat untuk menjalani kehidupan pasca bencana 2 P Memperoleh pengetahuan mengenai cara hidup sehat dengan mandi setiap kali selesai bermain, yang diperoleh dari mahasiswa 1 P Memperoleh saran serta arahan dari pemerintah untuk dapat hidup mandiri karena pemerintah sudah meresmikan bahwa tidak ada status orang yang mengungsi lagi. 1 P 4 Companionship Support Memperoleh dukungan melalui acara memasak bersama dengan relawan 2 P Memperoleh dukungan melalui acara kerohanian bersama dengan relawan di posko pengungsian 4 P Memperoleh penghiburan melalui kegiatan kerohanian yang dibuat oleh relawan 2 P Memperoleh acara gotong-royong bersama untuk membersihkan desa bersama relawan 2 P Untuk anak acara bermain bersama diperoleh dari relawan 1 P Memperoleh dukungan berupa acara kerohanian bersama seperti acara besar maulid yang diselenggarakan oleh relawan. 1 P Universitas Sumatera Utara No Bentuk Social Support Social Support yang dibutuhkan Kemunculan Pada Setiap Partisipan 1 Emotional or Esteem support Membutuhkan semangat serta penghiburan agar ia dapat semangat untuk kembali bekerja kembali 2 P 2 Tangible or Instrumental Support Membutuhkan bantuan makanan atau sembako 3 P Membutuhkan bantuan transportasi untuk anak sekolah. 1 P Membutuhkan bantuan modal lahan pertanian seperti pupuk, bibit dan alat-alat pertanian 4 P Membutuhkan dana yang akan dipergunakan untuk modal menyewa lahan pertanian serta membiayai pendidikan anak. 1 P Membutuhkan bantuan relokasi 3 P Membutuhkan pendidikan gratis untuk anak atau dana untuk pendidikan anak 3 P Membutuhkan jasa pelayanan untuk membersihkan lahan pertaniannya di kampung. 1 P Membutuhkan bantuan dari pemerintah untuk membangun gedung sekolah dan rumah sakit 1 P 3 Informational Support Membutuhkan informasi berupa arahan untuk mengetahui tanaman atau pupuk seperti apa yang sesuai pada kondisi tanah yang sudah terkena abu vulkanik 1 P 4 Companionship Support Universitas Sumatera Utara No Dimensi Gambaran Psychological Well-being Kemunculan Pada Setiap Partisipan

1 Penerimaan Diri

Menerima keadaan dengan terbuka untuk menata kehidupan. 1 P Merasa beryukur kepada Tuhan YME karena dapat bertahan hidup 3 P Menyadari sisi negatif pada dirinya yaitu kurang rasa beryukur atas kejadian yang menimpahnya 1 P Merasa semakin kuat menghadapi cobaan yang diberikan Tuhan 3 P Menyadari kekurangan semakin malas dan patah semangat pasca bencana alam 1 P Menyadari kekurangan yang ia miliki namun, ia tetap bersemangat dengan cara bekerja kembali 3 P Merasa dirinya sehat secara fisik 1 P Merasa mampu menerima keadaan pasca bencana alam 3 P Merasa tidak sendiri merasakan dampak bencana alam 1 P Menyadari kesehatan paling penting untuk dijaga 1 P Menyadari sisi positif pada dirinya yaitu mampu melayani masyarakat melalui pekerjaannya sebagai bidan di desa simacem. 1 P Merasa puas dan bangga pada dirinya sendiri karena dapat menyembuhkan orang yang sakit 1 P Menyadari bahwa dukungan secara emotional memberikan semangat hidup 1 P Universitas Sumatera Utara 2 Hubungan Positif dengan Orang Lain Merasa hubungan yang positif tidak terlalu penting terjalin 2 P Merasa hubungan dengan sesama terjalin dengan baik 4 P Lebih mementingkan diri sendiri serta keluarga sendiri 3 P Tidak merasa adanya sistem kebersamaan, keluarga, dan adat istiadat pasca bencana alam 3 P Lebih memilih untuk menghindari dari orang lain agar tidak terjadi pertengkaran 2 P Memahami dan memelihara hubungan dengan menerima karakter teman 2 P Merasa tidak ingin menjalin hubungan dengan orang lain 1 P Merasa malas pergi ke pesta 1 P Memaafkan orang lain yang menyakiti perasaannya 1 P Menunjukkan adanya perbedaan pada agama yang dianut 1 P

3 Otonomi

Berupaya untuk mandiri dengan bekerja untuk mendapatkan pengahasilan sendiri. 5 P Mencoba menanam kembali meskipun tanah dinyatakan belum dapat tumbuh dengan subur 1 P Mampu menentukan arah tujuan dengan bekerja sebagai pekerja di lahan pertanian orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari 1 P Universitas Sumatera Utara Bantuan yang diperoleh dapat menjadikannya mandiri 1 P Merasa bahwa dirinya hanya yakin kepada Tuhan YME 3 P Merasa ada hikmah dibalik kejadian yang terjadi 1 P Meyakini setiap upaya yang dilakukan akan menghasilkan buah 1 P Setelah relokasi diberikan, partisipan merasa pasrah dengan keadaan yang terjadi. 1 P 4 Penguasaan Lingkungan Cara menghadapi setiap tantangan dengan cara menerima dan menjalani setiap tantangan dalam kehidupannya 1 P Mempercayai bahwa Tuhan memberikan kekuatan kepadanya 1 P Mampu memilih dan menciptakan pekerjaan yang lain yaitu dengan membuka warung dirumah 1 P Mampu memilih pekerjaan lainnya dengan bekerja di ladang orang sebagai upahan. 1 P Menghadapi tantangan dengan cara belajar dari pengalaman 1 P Mengatasi masalah abu vulkanik yang datang sewaktu-waktu maka partisipan menanam di tempat yang jauh dari gunung 1 P Mengelolah lahan pertanian apabila terkena abu vulkanik dengan menanam sedikit namun dapat dirawat dengan mengikis abu 2 P Mencari solusi dengan memilih dan menciptakan lingkungan baru yaitu tinggal di 2 P Universitas Sumatera Utara ruangan yang lebih aman agar tidak berhubungan dengan orang lain yang dianggap mengganggu ketenangannya. Memilih untuk tinggal di tempat yang lebih aman untuk menghidari pertengkaran. 2 P

5 Tujuan Hidup

Memiliki harapan untuk dapat bekerja sehingga menghasilkan uang yang akan digunakan untuk membiayai pendidikan anak 5 P Memiliki tujuan untuk membuat usaha kelompok ternak. 1 P Bekerja dengan baik sesuai dengan arahan yang sudah diberikan pemerintah agar menghasilkan pendapatan yang memuaskan sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk keluarga. 1 P Menganggap bahwa kesehatan paling utama agar ia dapat bekerja kembali 1 P Berharap dengan hasil pendapatan dari bekerja dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan keluarga serta pendidikan anak. 4 P Memiliki harapan agar gunung tidak erupsi kembali agar ia tetap dapat bekerja 1 P Bantuan yang diberikan memberikan pengharapan pada kehidupan partisipan untuk membangun kehidupan yang lebih baik 1 P Fokus untuk mencari uang dan modal hidup di tempat tinggal yang baru yaitu siosar 1 P 6 Pertumbuhan Pribadi Merasa tidak mampu terbuka terhadap pengalaman baru selain mengikuti usulan dari pemerintah dalam membuat usaha ternak 1 P Universitas Sumatera Utara Merasa tidak mampu terbuka terhadap pengalaman baru 3 P Menyadari hanya dapat bekerja sebagai petani serta membuka warung miliknya. 1 P Menyadari bahwa ia melayani orang sakit dengan baik sehingga pelayanannya dapat bermanfaat bagi banyak pihak. 1 P Terbuka terhadap pengalaman baru dengan belajar dari pengalama orang lain yang sudah berhasil menyuburkan tanah dengan pupuk 1 P Terbuka terhadap pengalaman baru dengan membuka usaha ternak 2 P Merealisasikan potensi dirinya dengan cara bekerja di lahan pertanian orang lain untuk mencapai target berupa uang 1 P Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1.A. Bentuk-Bentuk Social Support yang diperoleh Pada Seluruh Partisipan Bentuk Social Support yang diperoleh penyintas

1. Emotional or Esteem Support