Menurut Ryff 1989 konsep-konsep mengenai positive psychological functioning dapat diintegrasikan menjadi sebuah model psychological well-being
yang multidimensional yang memiliki enam dimensi psikologis. Setiap dimensi psychological well-being memiliki tantangan yang berbeda-beda dimana setiap
individu harus berusaha untuk mengatasinya sehingga individu dapat berfungsi secara positif Ryff, 1989; Ryff Keyes, 1995; Keyes, Ryff, Shmotkin, 2002.
2. Dimensi Psychological Well-Being
Ryff dalam Ryff Singer, 2008 mengemukakan enam dimensi psychological well-being, yakni :
a. Penerimaan Diri Self-Acceptance
Kemampuan untuk mengenali diri sendiri dan berupaya untuk menerima setiap tindakan, motivasi, dan perasaannya merupakan ciri utama dari kesehatan
mental sebagaimana yang diungkapkan oleh Jahoda. Penerimaan diri merupakan karakteristik dari seorang yang mencapai self-ectualization Maslow, optimal
functioning Rogers, dan maturity Allport. Menurut Erikson dan Neugarten, seseorang harus bisa menerima dirinya, termasuk masa lalu dirinya. Penerimaan
diri bersifat jangka panjang, melibatkan kesadaran, dan berupa penerimaan akan kelebihan dan kekurangan seseorang Ryff dan Singer, 2006.
Dimensi penerimaan diri menjelaskan tentang kemampuan individu untuk menilai dirinya secara positif Ryff, 1989. Penerimaan diri dibangun dengan
menilai jujur diri sendiri. Individu mampu mengakui dan menyadari kegagalan dan keterbatasan dirinya dan mampu menerima diri apa adanya. Individu yang
memiliki skor tinggi pada dimensi penerimaan diri akan memiliki sikap positif
Universitas Sumatera Utara
terhadap dirinya, mengetahui dan menerima seluruh aspek dalam dirinya baik aspek positif maupun negatif, menanggapi masa lalu secara positif.
Sebaliknya, Individu yang memiliki skor rendah dalam dimensi penerimaan diri akan menunjukkan bahwa individu merasa tidak puas akan
dirinya, kecewa akan masa lalu, meragukan kemampuannya, dan mengharapkan keadaan yang berbeda dengan keadaan dirinya pada kenyataan Ryff dan Keyes,
1995. b.
Hubungan Positif dengan Orang lain Positive Relations with Others. Dimensi hubungan positif dengan orang lain menjelaskan mengenai
kemampuan untuk membangun hubungan yang menyenangkan, dekat, intim, dan penuh kasih sayang dengan orang lain Ryff 1989. Individu yang memiliki skor
tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain merupakan sosok yang hangat, memiliki kepuasan, memiliki hubungan yang terpercaya dengan orang
lain, peduli atas kesejahteraan orang lain, berempati yang kuat, peka dalam perasaan, keintiman, memahami dan memelihara hubungan dengan orang lain.
Sebaliknya, Individu yang memiliki skor rendah dalam dimensi hubungan positif dengan orang lain merupakan sosok yang kurang akrab, cenderung tidak
memiliki kepercayaan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, sulit untuk bersikap hangat, terbuka, dan peduli terhadap orang lain. Individu merasa
terisolasi dan frustasi Selain itu, individu juga cenderung tidak memiliki keinginan untuk membuat suatu komitmen dalam menjalin hubungan dengan
orang lain Ryff dan Keyes, 1995.
Universitas Sumatera Utara
c. Otonomi Autonomy
Dimensi otonomi menekankan pada kemampuan individu untuk menentukan diri sendiri, mandiri, serta melakukan evaluasi atas dirinya
berdasarkan standar pribadinya Ryff, 1989. Individu dengan skor tinggi pada dimensi otonomi akan mampu untuk menentukan arah hidupnya sendiri, bersikap
mandiri, mampu menolak tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara tertentu, mengelola setiap perilakunya, dan mengevaluasi dirinya
berdasarkan standar pribadi Sebaliknya, skor rendah pada dimensi otonomi menunjukkan individu
cenderung berfokus pada harapan dan evaluasi dari orang lain. Individu juga bergantung kepada penilaian orang lain ketika membuat suatu keputusan sehingga
membuat individu mudah dipengaruhi oleh tekanan sosial ketika bertindak dan berpikir Ryff dan Keyes, 1995.
d. Penguasaan Lingkungan Environmental Mastery
Dimensi penguasaan lingkungan menekankan pada kemampuan untuk menguasai lingkungan di sekitarnya serta mampu menciptakan dan memperoleh
lingkungan yang menguntungkan dirinya Ryff, 1989. Individu dengan skor tinggi pada dimensi penguasaan lingkungan menunjukkan bahwa individu
memiliki keyakinan untuk menguasai dan mampu mengelola lingkungannya, menggunakan kesempatan dengan efektif, dan mampu memilih dan menciptakan
konteks yang sesuai dengan nilai dan kebutuhan dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya, skor yang rendah pada dimensi penguasaan lingkungan akan menunjukkan bahwa individu akan mengalami kesulitan dalam mengelola
kegiatan sehari-harinya, merasa tidak mampu untuk mengubah dan memperbaiki lingkungannya, tidak menyadari adanya kesempatan, dan kurang mampu
mengendalikan lingkungan luar Ryff dan Keyes, 1995. e.
Tujuan Hidup Purpose in life. Dimensi tujuan hidup menjelaskan tentang seseorang yang berfungsi
secara positif akan memiliki tujuan dan arahan dimana semuanya itu akan memunculkan perasaan akan makna hidup Ryff, 1989. Individu dengan skor
tinggi pada dimensi tujuan hidup menunjukkan bahwa individu memiliki tujuan yang jelas dan hidup lebih terarah, memegang pada keyakinan bahwa individu
tersebut mampu mencapai tujuan hidupnya dan memiliki target yang hendak dicapai dalam kehidupannya.
Sebaliknya, skor yang rendah pada dimensi tujuan hidup memiliki makna hidup yang tidak baik, kurang target, kurang memiliki arahan hidup, tidak
memiliki tujuan di masa lalu, dan tidak memiliki keyakinan bahwa hidup ini berarti Ryff dan Keyes, 1995.
f. Pertumbuhan Pribadi Personal Growth
Dimensi pertumbuhan personal menjelaskan tentang keberlanjutan dari pertumbuhan dan perkembangan, serta individu menyadari potensi dirinya untuk
dikembangkan menjadi suatu hal yang baru Ryff, 1989. Individu dengan skor tinggi pada dimensi pertumbuhan pribadi menunjukkan bahwa individu memiliki
perasaan akan berkembang, melihat dirinya sendiri sebagai individu yang selalu
Universitas Sumatera Utara
tumbuh, berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, merealisasikan potensi diri, melihat perubahan yang positif dalam diri dan perilakunya sepanjang waktu,
serta berubah dalam cara merefleksikan diri menjadi lebih mengenali diri dan efektif.
Sebaliknya, skor yang rendah pada dimensi pertumbuhan pribadi menunjukkan stagnasi pada individu, kurang mampu untuk melihat
perkembangan sepanjang waktu, merasa bosan, kurang tertarik atas hidupnya, dan merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap atau tingkah laku yang baru
Ryff dan Keyes, 1995.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being