“Tetapi gimana lah sudah saling pengertianlah disini, enggak usah ku pikirin kali dia, kalau sama
ku dikasih, ya.. itu lah buat anakku” P.CW.1b.442-444h.15
Selain itu, salah paham yang terjadi saat berhubungan dengan sesama juga terjadi saat berhubungan dengan sesama. Ibu P.C sebisa mungkin untuk mencari
setiap solusi dari permasalahan antar sesama pengungsi namun, yang ia dapat hanya perkataan kasar saja. Ia juga tidak mengambil permasalahan dengan orang
lain menjadi suatu pikiran atau perasaan yang tidak enak di dalam hati. Ibu P.C tetap akan berusaha untuk memberikan perhatian pada temannya agar tetap
terjalin hubungan yang baik. Hal ini karena ia merasa bahwa mereka yang ada di pengungsian khususnya desa kebayaken dianggapnya sudah seperti saudara
sendiri. “Iya, ngapain kita enggak berhubungan baik. Kita masih keluarga semua
di kampung itu, sepertinya masih satu opung terus itulah nanti kita berantem”
P.CW.1b.446-448h.15 Berdasarkan penjelasan diatas, Ibu P.C mempunyai hubungan yang baik
dengan orang lain dengan cara memahami, memelihara, dan menerima dalam berhubungan dengan temannya, meskipun terasa begitu capek untuk dimengerti
namun, ia berupaya untuk selalu menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.
3. Otonomi
Upaya yang dilakukan Ibu P.C adalah menanam jeruk, menanam kentang, cabai dan kol meskipun ia melihat harga pasaran untuk tanaman tersebut menurun
ia tetap berupaya untuk menanamnya. Ibu P.C yakin dengan upaya yang ia lakukan seperti menanam, akan menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari serta kebutuhan biaya pendidikan anaknya.
Universitas Sumatera Utara
“yakin lah.. mudah-mudahan” P.CW.2b.865h.29
4. Penguasaan Lingkungan
Erupsi Gunung Sinabung sewaktu-waktu akan kembali terjadi dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui kapan akan berhenti. Setelah diperbolehkan
pulang ke kampung halaman, Ibu P.C menghadapi kembali tantangan akibat erupsi Gunung Sinabung yang menyelimuti tanamannya yaitu adanya abu
vulkanik. Ibu P.C merasa lelah setiap kali harus menghadapi tantangan bahwa tanaman yang sudah ditanam, tidak dapat tumbuh dengan subur karena dampak
abu vulkanik, namun dibalik pengalamannya selama mengahapi tantangan tersebut, ia mengatasinya dengan cara menanam jauh dari rumahnya, tepatnya
dekat dengan hutan. Hal ini dilakukan agar Ibu P.C dapat menanam dan mempunyai penghasilan.
“Sudah kami cobalah nanam-nanam jauh dari kampung itu, menanam ke hutan-
hutan itu”. P.CW.1b.77-79h.3
Selain mengatasi masalah dengan menanam di tempat yang jauh dari gunung, Ibu P.C juga mempunyai cara untuk mengelolah tanamannya agar
berhasil dipanen yaitu dengan cara tidak menanam tanaman terlalu banyak. Ia menganggap apa yang dikerjakan sedikit namun lama kelamaan menjadi bukit
pasti akan berhasil nantinya. “Sedikit kita tanam kalau datang debu, kita siram begitu. Kalau dulu
10.000 kita tanam, sekarang 1000 pun kita tanam, kita siram ee kalau datang debu itu kita siram pakai air sedikit-
sedikit” P.CW.1b.128-132h.5
Universitas Sumatera Utara
“Dari pada lebar kita menanam, enggak tersiram, nanti mati juga. Lebih baik, sedikit kita siram. Itu nanti berhasilkan bisa”.
P.CW.1b.136-138h.5 Apabila erupsi kembali terjadi, maka tindakan yang akan dilakukan Ibu
P.C adalah mengikis tanah agar dapat ditumbuhi oleh tanaman yang baru untuk bercocok tanam kembali, meskipun abu vulkanik yang menutupi lahannya begitu
tebal, ia akan tetap kembali mengikisnya. Ibu P.C tidak hanya mengikis tanah di daerah lahan pertaniannya saja, ia juga akan mengikis abu yang menutupi
halaman rumahnya. “Iya lah, gimana debu segini, kami kikis. Di depan rumah kami itu sudah
banyak debu kami kikis” P.CW.1b.397-398h.13
Berdasarkan gambaran diatas, terlihat Ibu P.C mampu untuk memilih tempat untuk menanam tanaman agar dapat dipanen dengan hasil yang
memuaskan, lalu ia berupaya untuk menanam sedikit demi sedikit agar tidak terlalu lelah untuk merawat dan membersihkan tanaman apabila erupsi gunung
kembali terjadi.
5. Tujuan Hidup