D. Social Support dan Psychological Well-Being Pada Penyintas Bencana
Alam Gunung Sinabung
Bencana alam dapat diakibatkan oleh serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, berupa gempa bumi, tsunami, kekeringan, angin topan,
tanah longsor, dan gunung meletus. Indonesia yang memiliki sejarah bencana dan potensi bencana dimasa mendatang dikarenakan berbagai faktor, seperti letak,
kontur dan dinamika penduduknya. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah, dengan 130 buah di antaranya masih aktif. Salah
satu gunung berapi yang aktif berada di Kabupaten Karo yaitu Gunung Sinabung Bencana alam gunung sinabung yang terjadi akan memunculkan dampak
positif maupun dampak negatif bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Salah satu contoh dari dampak positif yaitu akan menyuburkan tanah yang terkena
erupsi Gunung Sinabung pada jangka waktu panjang sehingga tanah yang menjadi subur di sekitar daerah Gunung Sinabung akan tumbuh pohon-pohon yang dapat
menjadi tempat penampungan air, sehingga daerah sekitarnya juga tidak kekurangan air. Kondisi udara yang sejuk juga menjadi dampak positif dari
keberadaan Gunung Sinabung. Sementara dampak negatif adalah adanya korban yang terkena lava panas
saat erupsi terjadi, menimbulkan berbagai penyakit, kerusakan infrastruktur jalan dan irigasi, kerusakan lahan pertanian dan perkebunan, penurunan terjadi pada
perkembangbiakan ternak, penurunan terjadi pada kunjungan wisata, penurunan ekonomi, dan berdampak psikologis setelah bencana terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan ini dirasakan langsung oleh penyintas bencana alam Gunung Sinabung khususnya penyintas yang tinggal di pengungsian. Penyintas adalah
orang yang selamat dari suatu peristiwa yang kemungkinan dapat mengancam nyawa melayang atau sangat berbahaya. Penyintas yang berada di pengungsian
Gunung Sinabung adalah penyintas yang tinggal di desa yang dinyatakan zona merah atau tidak aman untuk ditempati, penyintas yang tinggal di pengungsian
terdiri dari dua penyintas, pertama penyintas adalah orang-orang yang akan di relokasi ke desa yang baru yaitu siosar. Hal ini karena tempat tinggal mereka
sudah tidak dapat ditempati kembali dan mengancam nyawanya, dan kedua penyintas adalah orang-orang yang tidak di relokasi artinya mereka dapat pulang
ke rumah mereka kembali. Hal ini karena desa tempat mereka tinggal masih layak untuk ditempati.
Selama tinggal di pengungsian, terbatasnya sumber-sumber personal material, dan sosial banyak dikaitkan dengan rendahnya fungsi dan penyesuaian
psikologis individu pasca-bencana berupa kemampuan individu dalam melakukan penyesuian diri karena berkaitan dengan perubahan kehidupan personal,
interpersonal, sosial, dan ekonomi pasca-bencana. Oleh karena itu, pentingnya social support terhadap pemulihan pada penyintas bencana alam.
Bentuk-bentuk social support yang tepat diberikan kepada penyintas bencana alam dengan berbagai permasalahan, baik fisik maupun psikologis,
menjadi suatu pertanyaan yang perlu diketahui sehingga dapat menghasilkan kemampuan untuk dapat bertahan, bangkit dari keterpurukan tersebut. Tidak
semua orang mendapatkan dukungan sosial yang dibutuhkan. Banyak faktor yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi apakah individu menerima atau tidak menerima dukungan seperti ketersediaan sarana pendukung di pengungsian.
Bentuk social support yang diperoleh dan dibutuhkan oleh individu tergantung pada keadaan tertekan yang dihadapi.. Bentuk social support seperti
emotional or esteem support, tangible or instrumental support, informational support dan companionship support memiliki peran yang berbeda untuk
memenuhi kebutuhan yang tiap individu. Social support diperoleh dari teman- teman dan keluarga atau instansi lainnya. Social support tersebut bertujuan untuk
memperkecil pengaruh tekanan-tekanan atau stress yang dialami individu yang merasakan dampak akibat erupsi Gunung Sinabung.
Pemberian social support yang sesuai dengan kebutuhan setiap penyintas akan memberikan manfaat bagi mereka. Social Support yang diperoleh sesuai
dengan yang dibutuhkan diharapkan dapat mengurangi tekanan secara psikologis yang dialami oleh penyintas. Social support yang diperoleh akan membantu
penyintas dalam menghadapi setiap tantangan dalam hidupnya. Hal ini akan mempengaruhi psychological well-being pada penyintas bencana alam Gunung
Sinabung. Psychological well-being merupakan perasaan yang mengarahkan seseorang bertindak dan kemampuan untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya. Seorang penyintas dituntut untuk mampu beradaptasi dengan situasi pasca-
bencana alam Gunung Sinabung dan mampu menghadapi dampak negatif yang dirasakan pada kehidupan meraka saat ini. Seseorang yang mampu beradaptasi
dan menghadapi situasi ini adalah mereka yang mengalami pertumbuhan dan
Universitas Sumatera Utara
mampu memenuhi kebutuhannya. Kemampuan beraptasi dan menghadapi kondisi ini merupakan kunci penting penentu psychological well-being, yakni perasaan
yang mengarahkan seseorang bertindak dan kemampuan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Psychological well-being berfokus pada
perkembangan manusia dan eksistensi seseorang dalam menghadapi tantangan hidup. Setelah mengalami bencana alam, banyak tantangan hidup yang harus
dihadapi dan akan mempengaruhi psychological well-being pada penyintas bencana alam Gunung Sinabung seperti penerimaan diri, memiliki hubungan yang
baik dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, mempunyai tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Social support dan Psychological well-being ini
akan menunjukkan gambaran yang kompleks mengenai penyintas bencana alam Gunung Sinabung.
Universitas Sumatera Utara
E. Paradigma Berpikir