3. Teknik Pengambilan Partisipan
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel kasus tipikal. Dimana kasus yang diambil adalah kasus yang
dianggap mewakili kelompok ‘normal’ dari fenomena yang diteliti Poerwandari, 2007. Data yang dihasilkan tetap tidak dimaksudkan untuk digeneralisasi,
mengingat sampel yang ada tidak bersifat definitif melainkan ilustratif Patton dalam Poerwandari, 2007. Dengan teknik ini subjek yang dipilih bukan
dikarenakan ciri-cirinya yang ekstrim atau sangat berbeda namun dikarenakan secara tipikal subjek tersebut dapat mewakili fenomena yang diteliti.
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di 4 lokasi pengungsian Gunung Sinabung. Lokasi pengambilan data ini dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada
kenyamanan dan keinginan partisipan.
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam in depth-Interview dan observasi. Wawancara mendalam in depth-
Interview bertujuan untuk memperoleh pengetahuan mengenai makna-makna subjektif yang dipahami individu berkaitan dengan topik yang diteliti dan untuk
melakukan eksplorasi topik yang diteliti. Wawancara mendalam in depth- Interview tetap menggunakan pedoman wawancara yang berisi open-ended
question yang dapat membantu untuk mengarahkan wawancara sehingga tetap sesuai dengan tujuan penelitian Poerwandari, 2007. Selama wawancara
berlangsung peneliti melakukan observasi terhadap situasi dan kondisi serta
Universitas Sumatera Utara
perilaku yang muncul pada partisipan. Observasi dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data yang dapat melengkapi data wawancara.
D. Alat Bantu Pengumpulan Data 1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara bertujuan untuk mengingatkan peneliti mengenai informasi yang ingin diperoleh dari partisipan dan sebagai daftar pengecek
checklist atas aspek-aspek yang telah dibahas Poerwandari, 2007. Peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berkaitan dengan social support dan
psychological well-being pada penyintas bencana alam Gunung Sinabung tanpa menentukan urutan pertanyaan karena akan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi saat wawancara berlangsung.
2. Alat perekam Handphone
Penggunaan alat perekam dilakukan setelah adanya persetujuan dari partisipan. Alat perekam yang digunakan dalam penelitian ini adalah handphone
yang berguna untuk mempermudah dalam pengolahan informasi dari partisipan. Alat perekam handphone juga membantu peneliti dalam mengingatkan kembali
hasil wawancara yang telah dilakukan. Jika hasil wawancara yang diperoleh kurang jelas atau belum memenuhi kebutuhan peneliti, maka peneliti dapat
menanyakan kembali kepada partisipan.
3. Alat tulis dan kertas untuk mencatat
Pencatatan dilakukan untuk mendukung data yang terekam melalui perekam dan kertas untuk mencatat berfungsi sebagai data kontrol dan jalannya
wawancara dan observasi.
Universitas Sumatera Utara
E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan penelitian, langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah mempersiapkan pedoman wawancara yang berisi item-item
pertanyaan yang akan digunakan sebagai alat pengambilan data. Peneliti menyusun item-item pertanyaan terkait latar belakang kehidupan partisipan,
empat bentuk social support dan enam dimensi psychological well-being. Peneliti kemudian mengkonsultasikan pedoman wawancara yang telah disusun kepada
dosen pembimbing untuk mendapatkan expert judgement. Setelah beberapa kali melakukan diskusi dan mendapatkan feedback, peneliti memperoleh pedoman
daftar petanyaan wawancara yang dapat dilihat pada lampiran. Pedoman ini diharapkan dapat menggali informasi yang dibutuhkan sesuai tujuan penelitian.
Pada masa pertengahan pembuatan daftar pertanyaan pedoman wawancara, peneliti juga membuat pernyataan pemberian izin oleh partisipan
Informent consent sebagai bukti bahwa partisipan telah menyepakati bahwa dirinya akan berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa adanya paksaan siapapun,
dan peneliti membuat surat izin dengan meminta surat permohonan izin penelitian pada administrasi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Setelah surat
izin diterima oleh peneliti maka peneliti mulai melakukan pencarian subjek penelitian dan tempat pengungsian yang akan dikunjungi. Sebelumnya peneliti
mencoba untuk menghubungi teman yang memiliki akses langsung mengenai lokasi tempat pengungsian penyintas bencana alam Gunung Sinabung.
Universitas Sumatera Utara
Saat berada di lapangan, peneliti terlebih dahulu mengunjungi Badan Kesbag, Pol dan Linmas Kabupaten Karo untuk memberikan surat izin penelitian.
Peneliti juga mendapatkan informasi mengenai penyintas yang masih tinggal di pengungsian pada saat itu. Setelah mendapatkan izin, peneliti dan tiga orang
teman peneliti langsung meninjau beberapa tempat lokasi pengungsian. Alat-alat sudah dipersiapkan terlebih dahulu agar mendukung proses pengumpulan data
seperti handphone, alat pencatat kertas dan alat tulis serta pedoman wawancara yang telah tersusun.
Pada saat tiba dilokasi tempat pengungsian, peneliti terlebih dahulu bertemu dengan koordinator pengungsian untuk meminta izin kemudian saat
bertemu partisipan, peneliti membangun rapport yang baik. Awalnya, sulit untuk mendapatkan partisipan yang bersedia untuk diwawancarai meskipun peneliti
sudah menjelaskan tujuan penelitian serta memberikan informed consent, namun setelah dilakukan pencarian pada hari berikutnya akhirnya, peneliti berhasil
mendapatkan enam orang penyintas perempuan yang bersedia menjadi partisipan penelitian tanpa paksaan siapapun. Setelah memperoleh kesediaan dari partisipan
penelitian, peneliti kemudian meminta kesediaan mereka sebagai partisipan dalam penelitian yang akan dilakukan. Setelah itu, peneliti dan partisipan penelitian
menentukan dan menyepakati waktu dan lokasi bertemu selanjutnya untuk melakukan wawancara penelitian.
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, maka peneliti memasuki beberapa tahap pelaksanaan penelitian dengan pengambilan data yang dilakukan
di tempat dan waktu yang telah disepakati antara peneliti dengan masing-masing partisipan. Sebelum proses pengambilan data dimulai, peneliti memastikan alat-
alat pengambilan data seperti alat perekam dan pedoman wawancara telah siap untuk digunakan.
Pengambilan data wawancara dan observasi pada partisipan pertama sebanyak dua kali. Pertemuan pertama dan kedua dilakukan di satu ruangan
khusus tempat tinggal partisipan bersama keluarganya, yang berada di tempat pengungsian UKA II Kabanjahe. Pada pertemuan pertama, wawancara cukup
lancar, namun terdapat gangguan berasal dari teman partisipan sesama pengungsi yang mengajak partisipan untuk makan sirih bersama sehingga suara yang
dikeluarkan tidak begitu jelas dan terkadang harus diperjelas kembali perkataan partisipan tersebut. Pada pertemuan kedua wawancara berjalan dengan lancar,
peneliti memilih waktu yang tepat ketika partisipan sudah pulang kerja dan sedang duduk santai di ruangan.
Pengambilan data wawancara dan observasi pada partisipan kedua sebanyak dua kali. Pertemuan pertama dilakukan di ruangan tempat pengungsian
klasis GBKP Berastagi dan pertemuan kedua dilakukan di rumah partisipan yang berada di desa Sigarang-garang. Setiap wawancara dapat berlangsung dengan
kondusif, karena pada saat itu sedang hujan sehingga tidak banyak pembeli yang datang di warung miliknya. Walaupun beberapa kali temannya datang
Universitas Sumatera Utara
menghampirinya untuk mengajak berbicara, namun partisipan cukup fokus menjawab pertanyaan karena peneliti memberikan kontrol saat berlansungnya
wawancara. Pengambilan data wawancara dan observasi pada partisipan ketiga
sebanyak dua kali. Pertemuan pertama dilakukan di ruangan tempat pengungsian KWK Berastagi dan pertemuan kedua dilakukan di rumah partisipan yang berada
di desa Kebayaken. Setiap wawancara dapat berlangsung dengan lancar karena situasi dan kondisi sedang sepi.
Pengambilan data wawancara dan observasi pada partisipan keempat sebanyak dua kali. Pertemuan pertama dilakukan di ruangan tempat pengungsian
GBKP Jln. Kota Cane Kabanjahe dan pertemuan kedua dilakukan di rumah sakit karena pada saat itu anak partisipan sedang sakit dan dalam masa perawatan.
Pada pertemuan pertama, wawancara dapat berjalan lancar, namun saat itu partisipan harus mengurus satu anaknya untuk berangkat ke sekolah dan
partisipan berulang kali berkomunikasi dengan anaknya melalui handphone sehingga partisipan menjadi kurang fokus dalam menjawab pertanyaan, akan
tetapi peneliti tetap mengontrol dengan mengulang pertanyaan atau pernyataan partisipan kembali. Pada pertemuan kedua, wawancara dapat berjalan dengan
lancar. Peneliti sengaja memilih waktu untuk pertemuan tepat ketika anaknya sudah selesai makan malam, sehingga wawancara yang dilakukan menjadi lebih
terfokus. Sementara pengambilan data wawancara dan observasi pada partisipan
kelima hanya dilakukan sebanyak satu kali. Hal ini dikarenakan peneliti sudah
Universitas Sumatera Utara
mempersiapkan pedoman
wawancara dengan
baik dan
mengontrol berlangsungnya wawancara dengan baik sehingga peneliti merasa data yang
diperoleh sudah tercapai. Pertemuan dengan partisipan kelima dilakukan di satu ruangan khusus tempat partisipan tinggal bersama keluarga di pengungsian UKA
II. Situasi wawancara saat itu sangat kondusif karena dilakukan di tempat yang jauh dari keramaian .
Sama halnya, pengambilan data wawancara dan observasi pada partisipan keenam hanya dilakukan sebanyak satu kali. Hal ini dikarenakan peneliti sudah
mempersiapkan pedoman
wawancara dengan
baik dan
mengontrol berlangsungnya wawancara dengan baik sehingga peneliti merasa data yang
diperoleh sudah tercapai. Pertemuan dengan partisipan keenam dilakukan di satu ruangan khusus tempat partisipan tinggal bersama keluarga di pengungsian UKA
II. Situasi wawancara saat itu sangat kondusif karena dilakukan di tempat yang jauh dari keramaian.
3. Tahap Pencatatan Data dan Pengumpulan Data
Untuk memudahkan pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin kepada partisipan untuk merekam wawancara yang akan dilakukan dengan
handphone. Dari hasil rekaman wawancara ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim untuk dianalisa. Hasil wawancara juga ditambah dengan catatan
lapangan dan identitas partisipan, yang berisikan hal-hal yang penting dan berkaitan dengan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
4. Tahap Analisis dan Interpretasi Data
Data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif adalah berupa kata-kata kemudian dilakukan analisis data. Data dari partisipan penelitian diolah
sedemikian rupa sehingga dapat dibuat dalam bentuk tabel sehingga lebih sistematis. Tabel-tabel ini kemudian dianalisis menggunakan teori-teori yang ada
sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang terkait dengan pertanyaan penelitian. Setelah itu dilakukan perumusan saran atau rekomendasi yang dapat
diaplikasikan oleh berbagai pihak. Langkah-langkah yang digunakan untuk melakukan analisis data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Mengorganisasikan data dengan mentranskripsikan hasil wawancara dalam bentuk verbatim setelah wawancara selesai dilakukan.
b. Membaca salinan-salinan transkrip wawancara berulang-ulang untuk
menemukan tema dan kategori dari jawaban-jawaban partisipan sehingga didapatkan pemahaman mengenai kasus maupun hal-hal lainnya seperti
melihat beberapa pertanyaan yang dianggap masih membutuhkan penjelasan lebih mendalam sehingga dapat ditanyakan pada wawancara
berikutnya untuk memastikan keakuratan data partisipan c.
Memberikan kode-kode pada data yang diperoleh. Kode dituliskan pada bagian samping kanan transkrip verbatim dan membuat kategorisasi sesuai
dengan teori empat bentuk-bentuk social support dan enam dimensi psychological well-being.
Universitas Sumatera Utara
d. Menuliskan kesimpulan atau dugaan sementara yang muncul dan menguji
dugaan tersebut dengan cara membandingkan tema-tema dan pola-pola yang ada.
e. Peneliti melakukan diskusi dengan menyertakan partner atau orang-orang
yang dapat berperan sebagai pengkritik yang memberikan saran-saran dan pembelaan
devil’s advocate yang akan memberikan pertanyaan- pertanyaan kritis terhadap analisis yang dilakukan peneliti. Adapun orang-
orang yang terlibat dalam kegiatan ini adalah dosen pembimbing sebagai professional judgment terhadap proses pengumpulan data, strategi analisa,
dan interpretasi data serta teman-teman yang membantu peneliti dalam proses penelitian ini
f. Peneliti melakukan interpretasi pemahaman teoritis dan penarikan
kesimpulan. Hasil data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan gambaran dari konsep teori yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian hasil analisa wawancara setiap partisipan penelitian dalam bentuk narasi dan pembahasan data yang diperoleh dengan menggunakan
teori pada bab II. Hasil wawancara akan dijabarkan, dianalisa dan diinterpretasi setiap respoden sehingga memudahkan pembaca dalam memahami hasil
penelitian ini. Kutipan setiap bagian analisa akan diberikan kode-kode tertentu. Contoh kode yang digunakan adalah P.AW.1b.4h.1, makna dari kode ini
adalah kutipan pada partisipan A, wawancara pertama, baris keempat, verbatim halaman ke-1.
A. HASIL ANALISIS DATA 1. Partisipan A Ibu P.A
a. Gambaran Social Support yang diperoleh Pada Partisipan A
1. Emotional or Esteem Support
Selama satu setengah tahun tinggal di pengungsian UKA Kabanjahe II, Ibu P.A memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Ibu P.A memperoleh dukungan
emotional seperti penguatan agar ia tetap bersemangat. Ia merasa dukungan emotional ini mempengaruhi secara positif pada keberlangsungan hidupnya.
Dukunga agar ia tetap semangat juga diperolehnya, Ia merasa bantuan tersebut bermanfaat agar ia dapat menjalani pekerjaannya dengan semangat dan senang
hati. “semangat lah bilangnya... kalau ada kerjaan kita kan, bantuan juga ada
kan semangatnya, senang lah...” P.AW.2b.664-665h.23
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa Ibu P.A memperoleh dukungan secara emotional berupa perhatian agar Ibu P.A dapat semangat kembali untuk
melakukan pekerjaannya sebagai petani, yang saat ini hanya bekerja sebagai pekerja di lahan pertanian orang lain. Hal ini karena lahan pertanian dan tempat ia
tinggal di desa simacem telah rusak parah dan ia tidak dapat pulang ke kampung halamannya kembali.
2. Tangible or Instrumental Support
Selama tinggal di pengungsian, Ibu P.A memperoleh dukungan material dari berbagai pihak seperti dukungan berupa dana atau dukungan dalam bentuk
barang atau benda-benda. Ibu P.A memperoleh dukungan material dari pemerintah berupa uang senilai 2 juta. Dukungan uang yang diberikan pemerintah
bertujuan untuk membantu biaya pendidikan anak sekolah. Setelah memperoleh bantuan uang senilai 2 juta, Ibu P.A menggunakan uang tersebut untuk membayar
uang buku dan uang sekolah anaknya yang duduk dibangku kelas 3 SMA. Selain bantuan yang diperoleh dari pemerintah, pihak lain juga ikut berpartisipasi untuk
memberikan bantuan kepada anak berupa barang seperti permainan dan pakaian seragam sekolah agar anak dapat melanjutkan sekolah meskipun mereka tinggal di
pengungsian. “Iya.. eh.. hanya satu kali dikasih, hanya sekali bulan berapa kemarin
dikasih ya, bulan 5, bulan 4 lah... emmm... bulan 4” P.AW.2b.426-427h.15
“Buat bukunya lah... hari itu harus dibayar uang bukunya kemarin” P.AW.2b.430h.15
“Ada tas, sepatu, baju. Kadang-kadang ada dari mahasiswa juga” P.AW.1b.44h.2
Universitas Sumatera Utara
Dukungan material yang lain juga diberikan untuk anak Ibu P.A yaitu dukungan material berupa pelayanan transportasi. Pelayanan transportasi
disediakan oleh pemerintah baik dari mobil BNPB, Tentara maupun Diakonia atau GBKP. Dukungan material berupa pelayanan transportasi ini diberikan oleh
berbagai pihak karena melihat keadaan tempat sekolah anak yang mempunyai jarak tempuh cukup jauh dari tempat tinggal saat ini, yaitu posko pengungsian
UKA di Kabanjahe sedangkan sekolah anak berada di desa sigarang-garang. Bantuan material yang diperoleh anak Ibu P.A dirasakan dapat bermanfaat karena
bantuan ini meringankan beban Ibu P.A supaya tidak perlu lagi mengeluarkan biaya transportasi untuk anaknya pergi ke sekolah.
“Transportasi anak sekolah, kayak bus gitu kan, seperti kemarin lah kan. kemarin kan ada dari Diakoni kemarin kan, itulah kan butuh sebenarnya
untuk anak sekolah” P.AW.1b.558h.19
Selain bantuan material diperoleh anak, orang dewasa juga memperoleh bantuan material. Bantuan material yang diperoleh Ibu P.A adalah dukungan
secara finansial senilai 3 juta. Bantuan secara finansial ini diperoleh dari pemerintah. Pemerintah memberikan uang senilai 3 juta dengan tujuan penyintas
yang tinggal di pengungsian dapat menyewa rumah dan lahan pertanian agar mereka dapat bekerja kembali, namun dana tersebut kurang cukup untuk
menyewa rumah senilai 1,8 juta dan menyewa lahan pertanian senilai 2 juta selama 6 bulan. Ibu P.A merasa bahwa bantuan yang diperoleh kurang
memuaskan sehingga ia menggunakan uang tersebut untuk membiayai kehidupannya sehari-hari yang digunakan untuk membeli nasi seharga 6 ribu. Ibu
P.A merasa untuk membiayai makan saja tidak cukup apalagi untuk menyewa
Universitas Sumatera Utara
rumah atau lahan pertanian. Hal ini karena mengingat biaya untuk makan sehari- hari mahal dan sewa rumah serta sewa lahan pertanian yang mahal sehingga
bantuan uang yang diberikan oleh pemerintah dirasakan tidak dapat mencukupi. “Coba kamu bayangkan min, dikasihnya 3 juta, sewa ladang 2 juta, sewa
rumah 1,8 juta sampai 6 bulan, makan nya 6 ribu satu hari. Apa dampaknya satu hari coba. Nasi tok saja 6 ribu, ini makanya 6 ribu dikali
3 kali sehari. Di sewa ladang 1 Tahun saja 2 juta”. P.AW.1b.147-151h.6
Saat tinggal di pengungsian, selain dukungan material berupa uang, Ibu P.A juga memperoleh dukungan material berupa makanan pokok seperti beras
sebanyak 15 kg. Bantuan material berupa beras ini diberikan kepada satu kepala keluarga sebanyak 15 kg. Ibu P.A memperoleh bantuan beras sampai bulan
februari 2015 setelah itu, bantuan tidak diperoleh lagi sampai saat ini. “Sudah 2 kali lah.. selama di pengungsian sudah 2 kali dikasih bulog.
Setiap KK dikasih beras itu, sebanyak 15 kg” P.AW.2b.442-443,447h.16
Berdasarkan gambaran diatas, terlihat bahwa Ibu P.A memperoleh dukungan material berupa bantuan uang untuk membiayai pendidikan anak,
bantuan pelayanan berupa transportasi bus untuk anak pergi ke sekolah, bantuan untuk menyewa rumah dan lahan pertanian, dan bantuan untuk kebutuhan dasar
yaitu makanan
3. Informational Support
Selama tinggal di pengungsian, dukungan informasi juga diperoleh Ibu P.A. Dukungan informasi berupa fasilitas pengajar dan fasilitas tempat untuk
tempat belajar anak selama tinggal di posko pengungsian. Berbagai relawan atau guru yang datang dengan sukarela membantu anak-anak dalam belajar selama di
Universitas Sumatera Utara
posko pengungsian. Bantuan ini sangat membantu anak dalam menyelesaikan perkerjaan rumah PR di sekolah. Biasanya, proses belajar mengajar dilakukan
setiap hari minggu di salah satu ruangan di posko pengungsian UKA II Kabanjahe.
“...anak sekolah minggu begitu lah.. diajarnya sekolah minggu lah, sekolah belajar begitu, dibikinnya disitu poskonya...
” P.AW.2b.585-586h.20
Selain dukungan informasi yang diberikan untuk anak Ibu P.A, dukungan informasi juga diperoleh. Dukungan informasi berupa arahan kepada Ibu P.A
untuk mengetahui cara membuat usaha ternak bebek, usaha kursi dan usaha kerupuk. Informasi ini ditujukan untuk penyintas yang tinggal di tiga desa yang
akan di relokasi. Hal ini karena mengingat tiga desa yang akan di relokasi nantinya harus mempunyai persiapan untuk bekerja kembali, namun tidak untuk
bekerja sebagai petani karena keterbatasan pemerintah dalam membantu untuk menyediakan lahan pertanian kepada seluruh penyintas yang direlokasi sehingga
tempat relokasi tidak tersedia lahan pertanian untuk bercocok tanam. Dukungan informasi ini bertujuan untuk memberikan wawasan agar membentuk kelompok
usaha ternak sebanyak 15 orang kemudian informasi untuk lahan usaha ternak dibuat tidak terlalu lebar agar dapat dikerjakan dengan sebaik mungkin sehingga
dapat menghasilkan. Dukungan dalam bentuk acara ini laksanakan selama dua hari, yang dilakukan secara bergantian dengan penyintas serta dipandu oleh
pemerintah. Ibu P.A bersama dengan penyintas lainnya menggunakan bus yang di fasilitasi oleh pemerintah agar sampai ke tempat tujuan di Medan.
Universitas Sumatera Utara
“Tetapi katanya kemarin, begini kan. Ada bantuan dari apa kemarin yaa.. PPL dari apa Bupati, anggota bupati lah semua. Katanya, Kalau nanti
kalian ke sana, kalau ladang jangan harapkan, lebih baik kalian nanti membuat kelompok entah 15 orang, bikin ternak bebek sama bikin
kerupuk. Kemarin dibawanya kami kesana, ke Medan” P.AW.2b.470-474h.17
”Kemarin semua, di 3 desa lah... Simacem, bekerah sama sukameriah” P.AW.2b.474-475h.17
“Caranya kemarin itu kan sudah dibilangnya, lahanya enggak usah lebar, kalau ternak lele itu enggak usa apa kali, enggak usah lebar kali ee
ladangnya begitu. P.AW.2b.713-715h.24
Ibu P.A merasa dukungan informasi mengenai usaha ini penting dan bermanfaat meskipun beberapa orang penyintas tidak menerima usulan yang
diberikan oleh pemerintah. Hal ini karena beberapa penyintas lebih menginginkan untuk bekerja sebagai petani namun, Ibu P.A berbeda pandangan, ia menerima
usulan dari pemerintah untuk membuat usaha tersebut karena ia merasa sangat membutuhkan pekerjaan jadi, bantuan apa saja yang diberikan oleh pemerintah
akan ia terima dengan senang hati. “ya... kalau aku kan, ya.. yang penting kerja tertawa, apa yang dikasih,
diterima itulah...” P.AW.2b.530-531h.18
Selain itu, dukungan informasi juga diperoleh Ibu P.A dari berbagai pihak yang membantu. Informasi yang diperoleh Ibu P.A berupa cara untuk membuat
kerajinan tangan seperti membuat sumpit, tas, dan gelang yang terbuat dari bahan plastik dan benang. Ibu P.A merasa bahwa bantuan informasi mengenai kerajinan
tangan dapat memberikan wawasan kepadanya, akan tetapi bantuan kerajinan tangan seperti itu tidak terlalu bermanfaat bagi Ibu P.A. Hal ini karena kerajinan
tangan yang sudah dibuat tidak mempunyai pasaran sehingga kemungkinan untuk
Universitas Sumatera Utara
laku sedikit lagi pula, ia juga tidak mempunyai modal untuk melanjutkan kerajinan tangan tersebut.
“Kemarin itu lah bikin sumpit, bikin tas dibuatnya, bikin gelang yang ada plastik-
plastik itu, pake benang dia. Itulah kemari” P.AW.2b.644-646h.22
“tetapi pasarannya tidak ada untuk dijual, kan sama saja kan” P.AW.2b.646-647h.22
Berdasarkan gambaran diatas, terlihat bahwa Ibu P.A memperoleh dukungan seperti dukungan informasi untuk mengajar anaknya, dukungan
informasi untuk memberikan arahan mengenai cara membuat usaha yang akan diberikan saat ia sudah tinggal di relokasi, dan dukungan informasi untuk
membuat kerajinan tangan.
4. Companionship Support
Selama tinggal di pengungsian, beberapa relawan yang membantu biasanya akan meluangkan waktu mereka untuk membuat acara di pengungsian.
Acara yang dilakukan oleh relawan seperti memasak bersama dengan penyintas. Ibu P.A merasa bahwa dukungan yang diperoleh tersebut tidak terlalu bermanfaat
untuk diberikan kepada Ibu P.A. Hal ini karena mengingat bahwa tanpa adanya bantuan berupa bahan pokok, bantuan untuk membantu dalam memasak juga
tidak terlalu bermanfaat maka perlu juga dukungan itu disertai dengan dukungan berupa material berupa makanan.
“Kalau kemarin itu kan ada mereka yang bantu kami, sama kami masak- masak begitu, dibantu nya begitu, nyayur, masak nasi”.
P.AW.2b.689-690h.23
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, dukungan dari relawan juga seperti membuat acara kerohanian baik untuk acara yang beragama Kristen maupuan acara yang beragama Islam. Ibu
P.A seorang yang beragama Islam jadi ia mengikuti acara kerohanian berdasarkan agama yang ia anut yaitu Islam. Ibu P.A merasa dukungan berupa acara
kerohanian mempunyai manfaat berarti baginya, ia semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga ia semakin menyadari bahwa segala
sesuatu yang terjadi dalam kehidupan khususnya pada bencana alam, semua itu atas dasar kuasa dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
“Ya.. ada lah sama masing-masing.. yang sadar ada lah... kalau diresapinya yaa.. diresapinya”.
P.AW.1b.309-310h.11 Berdasarkan penjelasan diatas, Ibu P.A memperoleh dukungan dari pihak
lain dengan memberikan perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok di pengungsian. Dukungan tersebut berupa masak bersama dengan penyintas di
pengungsian dan melakukan acara kerohanian bersama.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Rangkuman Analisis
Social Support yang diperoleh Pada Partisipan A No
Bentuk Social Support
Social support yang diperoleh
1 Emotional or Esteem
support - Memperoleh semangat dan penguatan dari relawan
untuk dapat bekerja kembali 2
Tangible or Instrumental Support
- Memperoleh uang dari pemerintah yang digunakan untuk membayar uang buku dan uang sekolah
- Memperoleh barang dari relawan berupa permainan dan satu paket pakaian seragam sekolah anak
- Memperoleh bantuan pelayanan transportasi untuk anak berangkat dan pulang sekolah dikarenakan jarak yang
jauh dari sekolah dengan tempat pengungsian - Memperoleh dana untuk menyewa rumah dan menyewa
lahan pertanian dari pemerintah - Memperoleh makanan selama tinggal di pengungsian
3 Informational Support
- Memperoleh arahan melalui pengajaran untuk anak dalam membantu tugas sekolah dari relawan pengajar
- Memperoleh fasilitas pengajar dan fasilitas untuk tempat belajar anak di posko pengungsian
- Memperoleh saran dan arahan dari pemerintah untuk mengetahui cara membuat usaha ternak, usaha kursi dan
usaha kerupuk - Memperoleh arahan dari relawan untuk mengetahui cara
pembuatan kerajinan tangan 4
Companionship Support - Memperoleh dukungan melalui acara memasak bersama
dengan relawan - Memperoleh dukungan melalui acara kerohanian
bersama dengan relawan
Universitas Sumatera Utara
b. Gambaran Social Support yang dibutuhkan Pada Partisipan A
1. Tangible or Instrumental Support
Ibu P.A merasa hari-hari dalam kehidupannya semakin sulit dikarenakan pekerjaan dan harta benda yang dimilikinya sudah tidak ia miliki lagi. Pada saat
tinggal di pengungsian, Ibu P.A sangat membutuhkan bantuan dari orang lain untuk meringankan sedikit beban kehidupan yang ia alami. Bantuan yang
dibutuhkan Ibu P.A adalah kebutuhan untuk makanan sehari-hari seperti sembako. Hal ini karena ia merasa sudah kekurangan makanan saat tinggal di pengungsian.
Ia tidak diberikan bantuan lagi oleh pemerintah mulai bulan 6 tahun 2014. “Paling butuh beras, minyak, sembako lah..”
P.AW.1b.251h.9 “Karena disini kan sudah kelaparan makan, kebutuhan utama lah. Karena
beras tidak ada lagi datang” P.AW.2b.673-674h.23
“...Aku ini yang paling aku butuhkan sekali.. setelah mengungsi, aku ini yang paling aku butuhkan kali, beras, desa simacem dan sukanalu bantuan
biaya untuk anak sekolah lah.. transportasinya, itulah yang kami
butuhkan” P.AW.1b.263-266h.9
Bantuan untuk transportasi anak juga dibutuhkan oleh Ibu P.A. Hal ini karena ia merasa jarak antara pengungsian dengan sekolah anak jauh sehingga Ibu
P.A harus mengeluarkan biaya untuk transportasi anak. Hal ini yang membuatnya merasa semakin sulit secara ekonomi.
“Transportasi anak sekolah, kayak bus gitu kan, seperti kemarin lah kan. kemarin kan ada dari diakoni kemarin kan, itulah kan butuh sebenarnya
untuk anak sekolah” P.AW.2b.557-559h.19
Universitas Sumatera Utara
Dukungan material lainnya juga dibutuhkan oleh Ibu P.A berupa lahan pertanian seperti bibit, pupuk dan alat-alat pertanian lainnya agar ia dapat bekerja
kembali sebagai petani. Setelah ia mendapatkan bantuan ini maka ia tidak bergantung lagi untuk bantuan sembako karena dengan adanya pekerjaan maka ia
akan memperoleh hasil dari pekerjaan tersebut dan hasil yang diperoleh dapat menjadi modal untuk bercocok tanam kembali kemudian hasilnya juga dapat
dipergunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari. “iya bibit, pupuk, entah bibit kentang, bibit kol, bibit tomat, bibit cabe”
P.AW.2b.575-576h.20 “Alat pertanian... apapun bisanya, cangkul, cuan, sabit-sabit”.
P.AW.2b.581h.20 “Lahan pertanian itu, supaya bisa nanti menanam padi karena sekarang
kan enggak ada apa-apa lagi. Memang kemarin kan sudah dikasih pemerintah bibit tetapi kan ladang tidak ada”
P.AW.2b.541-543h.19 Selain membutuhkan lahan pertanian, Ibu P.A juga membutuhkan relokasi
agart segera diselesaikan karena ia adalah salah satu dari warga desa yang tidak diizinkan untuk pulang kembali dikarenakan lahan di desa sudah rusak. Ibu P.A
berharap dengan adanya relokasi dapat memberikan kehidupan yang lebih baik lagi bagi dirinya dan keluarga.
“Gimana boleh buat lahan kami, terpaksa harus direlokasi, memang harus. Sebenarnya enggak kepinginnya direlokasi tetapi karena lahannya
sudah rusak” P.AW.1b.151,154-156h.6
“Ya, harapan saya untuk ke depannya yaa.. saya minta sama pemerintah yaa.. secepatnya lah relokasi dibuatnya, itulah harapan kami”
P.AW.2b.735-737h.25
Universitas Sumatera Utara
Dukungan relokasi sudah direncanakan oleh pemerintah sebelumnya, namun bantuan tersebut belum dapat terealisasikan. Bantuan berupa relokasi
ditujukan untuk tiga desa yaitu simacem, berkerah, dan sukameriah. Ibu P.A mendapatkan bantuan relokasi karena desa tempat tinggalnya sudah rusak beserta
lahan pertanian milikny, namun bantuan ini tidak secara langsung dan nyata diperoleh Ibu P.A karena dukungan ini masih dalam proses pembangunan.
Berdasarkan gambaran diatas, terlihat bahwa Ibu P.A membutuhkan dukungan material berupa sembako, transportasi bus untuk anak pergi ke sekolah,
tananam serta alat untuk bertani kembali, dan relokasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Rangkuman Analisis
Social Support yang dibutuhkan Pada Partisipan A No
Bentuk Social Support
Social support yang dibutuhkan
1 Emotional or Esteem
support 2
Tangible or Instrumental Support
- Membutuhkan bantuan makanan seperti sembako. Hal ini karena Ibu P.A sulit mencari pekerjaan sehingga sulit
untuk membiayai kehidupan sehari-hari, ia juga merasa sudah kekurangan makanan.
- Membutuhkan bantuan transportasi untuk anak sekolah. Hal ini karena mengingat jarak antara sekolah dengan
tempat tinggal jauh sehingga harus mengeluarkan dana untuk transportasi.
- Membutuhkan bantuan modal lahan pertanian seperti pupuk dan alat-alat pertanian. Hal ini karena ia ingin
bekerja kembali sebagai petani agar menghasilkan uang untuk membiayai kehidupan sehingga Ibu P.A tidak
membutuhkan bantuan dari orang lain. - Membutuhkan bantuan relokasi karena termasuk desa
yang lahannya sudah rusak agar segera diberikan sehinga dengan bantuan tersebut ia dapat menata
kehidupan yang dimulai dari nul kembali 3
Informational Support 4
Companionship Support
Universitas Sumatera Utara
c. Gambaran Psychological Well-being Pada Partisipan A
1. Penerimaan Diri
Ibu P.A sudah menerima masa lalu secara positif, ia merasa hatinya sudah mulai senang dengan keadaan yang sekarang, dan sudah menerima keadaan
dengan pikiran yang terbuka untuk menata kehidupan yang lebih baik. “Sekarang yaa sudah agak senang lah hati ku kalau kemarin waktu
meletus gunung itu kan, pikiran saya terombang-ambing gitu lah.. pikiran saja terus entah matinya ini nanti tertawa gitu saja terus tetapi sekarang
sudah terbuka pikiran saya begitu, untuk yang lebih terbaik. Kemarin ya mikirnya ya entah mati
nya..” P.AW.2b.746h.25
Ibu P.A sering membandingkan dirinya dengan orang lain yang kurang mampu daripada dirinya sehingga hal ini yang membuat ia dapat mensyukuri
setiap rencana Tuhan YME karena masih diberikan nafas kehidupan untuk tetap bertahan menjalani tantangan hidup pasca bencana alam yang telah terjadi. Ibu
P.A juga merasakan pasca bencana alam yang terjadi membuat dirinya semakin kuat untuk menghadapi setiap tantangan hidup yang ia alami saat ini. Hal ini
karena ia merasa bahwa Tuhan juga lah yang mendatangkan tantangan tersebut dan kita sebagai manusia yang dikaruniai akal dan pikiran dapat mengatasi setiap
tantangan yang diberikan-Nya. “... Banyak kita cerita-cerita begitu yang lebih kurang dari kita kan,
kadang-kadang sudah tambah apa pikiran kita lebih baik .. ah.. bukan hanya aku yang mengalami seperti begini tetapi banyak juga, tetapi dia
juga masih bertahan hidup.Sudah begitu pikiran saya sekarang” P.AW.2b.759-763h.26
“Semakin kuat, karena cobaan itu kan datangnya dari Tuhan kan, tetapi kita harus tahu bagaimana cara mengatasinya begitu”
P.AW.2b.765-766h.26
Universitas Sumatera Utara
“...aku bersyukur ya, Tuhan memberi aku sempurna,. Masih bisa bersatu sama anak-
anak ku sama keluarga ku” P.AW.2b.773-775h.26
Setelah satu setengah tahun lebih tinggal di pengungsian pasca bencan alam, terlihat bahwa Ibu P.A merasa sudah merasa senang. Ibu P.A menyadari
bahwa pikirannya saat ini sudah terbuka untuk masa depan yang lebih baik. Ia juga menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya yaitu ia dapat
mensyukuri kehidupan yang diberikan sang pencipta kepadanya dan ia menyadari bahwa dirinya kuat untuk menghadapi tantangan hidup.
2. Hubungan Positif dengan Orang lain
Ibu P.A kurang memiliki hubungan yang baik dengan sesama, ia merasa bahwa hubungan baik tidak terlalu penting lagi, bagi Ibu P.A hal yang paling
penting saat ini adalah mengurus diri sendiri serta keluarga. Ibu P.A sudah merasakan bahwa tidak adanya sistem kebersamaan, keluarga dan adat istiadat
pasca bencana alam yang terjadi karerna ia merasakan begitu banyak masalah kecil yang menjadi masalah besar yang dapat memicu pertengkaran antara
pengungsi misalnya salah paham dalam mengutarakan pendapat yang membuat orang lain sakit hati oleh karena itu, Ibu P.A merasa lebih baik mementingkan diri
sendiri dan tidak terlalu berhubungan dengan orang lain agar menghindari pertengkaran.
“Kurang berhubunganlah.. kau.. kau.. aku.. aku.. yang penting diri kita sendiri sekarang, sekarang enggak mau lagi ngomongin oranpun, biarin
saja disitu, takutnya jadi masalah. Ada nasi ku, ku makan, enggak ada
nasi mu, enggak usa kau makan” begitulah sistemnya sekarang” P.AW.1b.289-293h.10
Universitas Sumatera Utara
“Enggak ada lagi sistem kebersamaan itu, enggak ada lagi sistem keluarga, sistem adat, sistem segala macam gara-gara bencana alam
Gunung Sinabung ”.
P.AW.1b.295-297h.10 Selama tinggal di tempat penungsian, Ibu P.A merasa tidak memiliki
hubungan yang baik dengan sesama pengungsi. Ia sudah tidak memperdulikan orang lain lagi, ia lebih mementingkan dirinya dan keluarga, namun Ibu P.A
seorang yang tidak ingin adanya pertengkaran
3. Otonomi
Apabila bantuan yang dibutuhkan Ibu P.A dapat disalurkan langsung maka ia akan mampu bekerja sendiri untuk mendapatkan penghasilan agar tidak
bergantung pada orang lain lagi. “Itulah yang utama dulu lah.. kalau sukses tanam-tanam itu nanti
enggaknya dibutuhkan lagi bantuanpun bisa, kalau sudah ada nanti modal itu yang
ditanam” P.AW.1b.324-326h.11
Ibu P.A merasa mampu menentukan arah hidupnya sendiri meskipun tidak adanya bantuan yang diberikan orang lain kepadanya. Ia akan bekerja sebagai
petani walaupun hanya bekerja setengah hari. Hal ini karena ia ingin memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk makan.
“Ya bekerjalah kita.. kerjalah. Setengah meter dapat kita sehari, ya setengah meter itulah ditanam sayur”
P.AW.1b.276-277h.10 “yaa.. kita berpikiran, kemungkinan lebih baiklah”
P.AW.2b.708h.24 Ibu P.A kemungkinan meyakini bahwa kehidupan pasca bencana akan
lebih baik karena ia merasa harus dapat mandiri meskipun tidak mendapatkan bantuan lagi dari pemerintah ataupun pihak lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tantangan yang dialaminya saat ini mengharuskan Ibu P.A untuk tetap berjuang dalam hidupnya, ketika ia tidak memperoleh bantuan dari orang lain, Ia
mampu untuk berupaya sendiri dengan bekerja di ladang orang kembali dan memenuhi kebutuhan hidup bersama keluarganya.
4. Penguasaan Lingkungan
Setiap kali Ibu P.A mengahadapi tantangan, cara untuk mengatasinya adalah menerima dengan cara menjalani setiap tantangan dalam kehidupannya
tersebut, Ibu P.A yakin bahwa segala sesuatunya berasal dari Tuhan maka Tuhan juga lah yang akan memberikan jalan keluar untuk setiap tantangan yang sedang
dihadapinya. “ Ya.. kalau kan terima saja lah apa adanya, pemberian Tuhan itu tetapi
aku yakin aku percaya ada Tuhan yang melindungi aku. Sudah begitu sekarang. Karena kalau kita berpikir saja terus yang enggak baik itu kan
jadi tambah penyakit, jadi beban buat kita kan, tetapi kalau ada orang datang begitu kan, cerita-
cerita begitu” P.AW.2b.768-770h.26
Setiap tantangan yang ada di dalam hidupnya, ia yakin dan mempercayai bahwa masih ada Tuhan yang melindunginya untuk tetap kuat menghadapi setiap
tantangan tersebut. Ibu P.A juga akan berbagi cerita dengan orang lain apabila ia sedang menghadapi tantangan dalam hidupnya sehingga ia mendapatkan jalan
keluar untuk menyelesaikannya.
5. Tujuan Hidup
Tujuan hidup yang akan dilakukan oleh Ibu P.A adalah bekerja di ladang kembali agar mempunyai pendapatan dari hasil bercocok tanam dan pengahasilan
Ibu P.A akan digunakan untuk membiayai kebutuhan pendidikan anak sekolah
Universitas Sumatera Utara
“Kalau kami kamu tanya, kalau bisa kami pulang ke kampung halaman kami masing-masing, dibersihkan lahan kami, bisa kami nanam-nanam,
dikasih modal kami, dikasih untuk kami tanam. Itu yang penting. Kalau uang, kita nanam-nanam bisa kita cari uang sekolah anak kita,
kemanapun kita dibuangkan, mencangkulnya kerjaan kita”. P.AW.1b.268-273h.9
Ibu P.A juga mempunyai rencana lain yaitu membuat usaha kelompok ternak, rencana ini diusulkan oleh pemerintah. Hal ini karena tidak tersedianya
lahan pertanian di kampung yang baru yaitu siosar oleh sebab itu, ia diusulkan untuk mengikuti rencana tersebut. Setelah adanya bantuan dari pemerintah berupa
modal untuk membuat usaha kelompok ternak, Ibu P.A akan berusaha untuk bekerja dengan baik sesuai dengan cara berternak yang sudah diajarkan kepada
Ibu P.A. Usaha ternak yang berhasil nantinya akan membantunya untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak dan memenuhi kebutuhan sehari-hari agar ia
dan keluarga dapat hidup dengan sehat. “Kerjanya ya ini lah.. kalau bisa bikin ternak lele, terak lele. Kalau bisa
bikin ternak bebek itu, ternak bebek. Kalau enggak bisa nanti itu, gimana lagi nanti lah tertawa. Orang katanya kalau ladang jangan dulu
harapkan katanya”. P.AW.2b.495-496h.17
“Rencana buat anak ada lah.. yaa.. rencana lebih baik, untuk sekolah anak-anak, sehat-
sehat” P.AW.2743-744h.25
Banyaknya rencana yang akan dicapai oleh Ibu P.A untuk memenuhi kehidupan yang lebih baik bersama keluarga. Ia merencanakan akan bekerja
kembali sebagai pekerja di lahan pertanian orang lain. Ia juga merencanakan agar usaha yang diusulkan pemerintah dalam membuat usaha ternak tercapai, dan
berhasil nantinya.
Universitas Sumatera Utara
6. Pertumbuhan Pribadi
Pertumbuhan pribadi yang dialami oleh Ibu P.A yaitu ia mau untuk terbuka terhadap pengalaman baru dengan mengikuti usulan dari pemerintah
untuk membuat usaha ternak. Usaha ternak yang akan dibuat oleh Ibu P.A adalah ternak lele atau ternak bebek. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa Ibu P.A
kembali lagi untuk bekerja menjadi petani. Ia masih ingin merealisasikan potensi dirinya sebagai petani karena profesi itulah yang ia jalani selama ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Rangkuman Analisis Psychological Well-being Pada Partisipan A
No Dimensi
Gambaran Psychological Well-being
1 Penerimaan Diri
- Menerima keadaan dengan terbuka untuk menata kehidupan. - Merasa beryukur kepada Tuhan YME karena dapat bertahan
hidup - Merasa semakin kuat menghadapi cobaan yang diberikan Tuhan
2 Hubungan
Positif dengan
Orang lain - Merasa hubungan yang positif tidak terlalu penting terjalin
- Lebih mementingkan diri sendiri serta keluarga sendiri - Tidak merasa adanya sistem kebersamaan, keluarga, dan adat
istiadat pasca bencana alam - Lebih menghindari orang lain agar tidak terjadi pertengkaran
3 Otonomi
- Berupaya untuk mandiri dengan bekerja untuk mendapatkan pengahasilan sendiri.
- Mampu menentukan arah tujuan dengan bekerja sebagai ngaron untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
- Bantuan yang diperoleh dapat menjadikan Ibu P.A mandiri 4
Penguasaan Lingkungan
- Cara menghadapi setiap tantangan dengan cara menerima dan menjalani setiap tantangan dalam kehidupannya
- Mempercayai bahwa Tuhan memberikan kekuatan kepadanya 5
Tujuan Hidup - Memiliki harapan untuk dapat bekerja sehingga menghasilkan
uang yang akan digunakan untuk membiayai pendidikan anak - Memiliki tujuan untuk membuat usaha kelompok ternak.
- Bekerja dengan baik sesuai dengan arahan yang sudah diberikan pemerintah agar menghasilkan pendapatan yang memuaskan
sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk keluarga.
6 Pertumbuhan
Pribadi - Merasa tidak mampu terbuka terhadap pengalaman baru selain
mengikuti usulan dari pemerintah dalam membuat usaha ternak - Ia masih ingin bertani kembali karena potensinya hanya sebagai
petani saja.
Universitas Sumatera Utara
2. Partisipan B Ibu P.B a. Gambaran
Social Support yang diperoleh Pada Partisipan B 1.
Emotional or Esteem Support
Selama satu setegah tahun tinggal di pengungsian, Ibu P.B memperoleh berbagai dukungan dari berbagai pihak. Dukungan yang diperoleh Ibu P.B
diantaranya dukungan secara emotional dimana dukungan tersebut merupakan salah satu bentuk rasa kepedulian relawan yang mendukung Ibu P.B agar ia tidak
memikirkan segala sesuatu yang sudah terjadi pasca bencana alam yang ia alami. Ibu P.B mendapatkan semangat dari berbagai pihak dalam setiap dukungan yang
diberikan. “ ya.. Jangan lah selalu memikirkan gunungnya ibu, yaa.. dibikinnya
semangat lah.. sama kita..” P.BW.2b.511-512h.18
2. Tangible or Instrumental Support
Selama tinggal di pengungsian, Ibu P.B memperoleh dukungan secara langsung dari pemerintah berupa beras. Bantuan beras yang diperoleh sebanyak
60 kg untuk sekali masak, beras sebanyak ini cukup untuk dibagikan kepada setiap orang di posko pengungsian klasis GBKP Berastagi, tempat Ibu P.B
mengungsi. Pihak lain juga banyak memberikan bantuan berupa beras kepada Ibu P.B.
“Hari itu dari mitraman terus dari pemerintah ada nya sering, beras... kalau beras enggaknya kurang”
P.BW.1b.141-142h.5
Universitas Sumatera Utara
Saat Ibu P.B tinggal di pengungsian, ia mempunyai jadwal untuk memasak yaitu setiap hari selasa. Jadwal dan kelompok yang akan memasak selama tinggal
di posko pengungsian klasis GBKP Berastagi sudah ditentukan terlebih dahulu. Biasanya, satu kelompok untuk memasak terdiri dari delapan orang. Ibu P.B yang
berada di posko pengungsian klasis GBKP Berastagi merasa bahwa bantuan yang diberikan cukup meskipun bantuan yang disalurkan ke posko hanya setiap satu
kali dalam satu minggu. Bantuan material tersebut berupa makanan seperti beras dan ikan.
“Kalau beras setiap minggu nya diantarnya ke sini sama ikan. Ikan asin pun ada, ikan basah pun ada
P.BW.1b.162-163h.6 Bantuan material berupa makanan juga diperoleh dari pihak GBKP berupa
sandang pangan seperti beras, dan minyak. selain itu, bantuan yang diperoleh berupa kebutuhan untuk mandi seperti sabun. Bantuan beras yang diperoleh Ibu
P.B dari GBKP adalah beras yang bagus. Selama tinggal di pengungsian, Ibu P.B tidak pernah merasa kekurangan karena setiap kebutuhan yang diinginkan dapat
dipenuhi oleh pemerintah, GBKP maupun pihak lainnya yang membantu. “Itu banyak, beras, sabun, minyak semua... lengkap semua sama apa
perlengkapan” P.BW.2b.414-415h.15
Ibu P.B memperoleh bantuan dari pihak pribadi yang memberikan makanan berupa daging. Bantuan daging yang diperoleh setiap satu kali dalam
seminggu. Pemberian daging tergantung pada siapa yang akan memberi, biasanya disalurkan sekitar 25 kg.
“Itu tergantung lah... ada juga yang 25 kg, tulang daginya lagi..” P.BW.2b.433h.15
Universitas Sumatera Utara
Dukungan material juga diperoleh anak Ibu P.B berupa minuman dan barang seperti susu dan pampers. Anak Ibu P.B juga memperoleh dukungan untuk
kebutuhan sekolah anak dalam bentuk barang seperti tas, buku, dan sepatu. “Kalau untuk anak sekolah banyak itu, ada tas, buku gitu, sepatu”
P.BW.1b.149h.6 Selain dukungan material dalam bentuk barang, dukungan material dalam
bentuk uang juga diperoleh anak Ibu P.B. Bantuan material dalam bentuk uang senilai 1,5 juta yang diperoleh secara langsung untuk anak yang duduk di bangku
SMP dan anak yang duduk di bangku SD memperoleh uang senilai 1 juta. Bantuan uang untuk anak Ibu P.B hanya sekali saja diperolehnya. Ibu P.B merasa
bantuan yang diberikan belum merata. Hal ini karena anaknya yang duduk di bangku kelas 2 SMA seharusnya memperoleh bantuan uang senilai 2 juta, tetapi
bantuan tersebut tidak diperoleh karena anak Ibu P.B sekolah di luar tanah karo, terlihat bahwa bantuan yang diberikan oleh pemerintah lebih mengutamakan pada
penyintas yang terdampak bencana saja. “Dulu.. dari pemerintah kan katanya anak SMA dapat 2 juta, anak SMP
1,5 juta terus anak SD 1 juta” P.B.W.1b.184-186h.7
Saat pemerintah memperbolehkan penyintas untuk kembali ke kampung halaman masing-masing, mereka terlebih dahulu diberikan modal untuk
membantu menata kehidupan mereka kembali saat tinggal di kampung halaman. Ibu P.B salah satu dari banyaknya penyintas yang tinggal di pengungsian dapat
pulang kembali ke kampung halaman yaitu sigarang-garang. Sebelum kembali ke kampung halaman, Ibu P.B memperoleh bantuan dari pemerintah berupa beras
sebanyak 12 kg per orang dan memperoleh uang senilai 3 juta per kepala keluarga
Universitas Sumatera Utara
namun, Ibu P.B merasa bantuan uang senilai 3 juta tidak cukup untuk memenuhi biaya pendidikan anak yang masih sekolah.
“Iya, 12 kilo per satu bulan yang waktu kami ambil uang 3 juta itu tetapi sudah satu bulan ini belum ada informasi lagi”.
P.BW.2b.402h.14 “Kalau uang 3 juta sampai mana lah. Kalau sudah ada 2 anak sekolah
kita kan 1 bulan pun tidak cukup...”. P.BW.2b.454-456h.16
Bantuan uang yang diperoleh Ibu P.B digunakan untuk membuat modal usaha yaitu menjual makanan ringan di warung miliknya. Ibu P.B tidak
menggunakan uang tersebut sebagai modal untuk menanam di lahan pertaniannya. Hal ini karena lahan pertanian tempat ia tinggal yaitu sigarang-garang belum
dapat tumbuh dengan subur sehingga ia lebih memilih melanjutkan usaha warung kecil-kecilan miliknya.
“...Biar untuk jualan jajanan anak-anak saja dibuat... kalau ke ladang pun belum bisanya...”
P.BW.2b.567-568h.20 Setiap kali Ibu P.B memperoleh bantuan dari orang lain, ia merasa senang
dengan adanya bantuan tersebut namun dibalik perasaan senang yang ia rasakan, terselip duka yang mendalam, yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Hal ini ia rasakan akibat dampak yang terjadi dalam kehidupannya pasca bencana alam.
“ahh.. hehehe aku pun enggak tahu lagi dek, senang pun mau nangis dalam hati ku ini”
P.BW.1b.203-204h.7 Semua bantuan material yang diberikan kepada Ibu P.B dirasakan
bermanfaat karena bantuan utama yaitu makanan dapat terpenuhi selama tinggal
Universitas Sumatera Utara
di pengungsian. Awalnya, Ibu P.B mengira bahwa tinggal di pengungsian akan kekurangan makanan namun, pada kenyataannya hal itu tidak terjadi karena
begitu banyak orang yang memberikan pertolongan dan memberikan berbagai bantuan untuk memenuhi kebutuhan selama tinggal di posko pengungsian.
Berdasarkan gambaran diatas, terlihat bahwa bantuan yang diperoleh Ibu P.B secara langsung atau nyata adalah kebutuhan dasar yaitu makanan, kebutuhan
untuk mandi, kebutuhan untuk pendidikan anak berupa uang, dan kebutuhan untuk modal berupa uang untuk dapat menata kehidupan kembali di kampung
halaman.
3. Informational Support
Selain memperoleh dukungan material, Ibu P.B juga memperoleh dukungan informasi. Dukungan informasi yang diperoleh berasal dari Dinas
Pertanian. Informasi yang diberikan untuk melihat kondisi tanah di lahan pertanian miliknya. Ibu P.B mendapatkan informasi bahwa tanah yang berada di
lahan pertanian miliknya diukur Ph tanah yaitu 0. Setelah mengetahui informasi yang diberikan tersebut, Ibu P.B merasa khawatir dan bimbang apabila kembali ke
kampung halaman. Ia memikirkan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari seperti membeli makanan karena melihat bahwa di kampung tidak ada
lapangan untuk bekerja kembali sebagai petani. “Ada nya dulu datang dari kampung kita Dinas Pertanian, diukurnya
ladang kita itu Ph nya 0, itu maka kami pun kalau sudah. Kalau enggak pulang enggak apa.. batin kita ini kan enggak tenang, kalau pulang nya
pun nanti entah mati kelaparan nya nanti kami dis ana”.
P.BW.1b.251254h.9
Universitas Sumatera Utara
Ibu P.B merasa bahwa informasi mengenai lahan pertanian bermanfaat karena ia sudah mengetahui dan mempersiapkan diri untuk mengupayakan usaha
seperti apa yang akan dilakukan dengan kondisi Ph tanah seperti itu. Setelah mengetahui Ph tanah, pendataan juga dilakukan oleh Dinas Pertanian untuk
mengetahui kerugian tanaman setiap penyintas bencana alam Gunung Sinabung. Bantuan yang diperoleh lainnya, berupa dukungan arahan untuk anak Ibu
P.B. Dukungan informasi untuk anak bertujan untuk mengajari anak belajar dan membantu menyelesaikan perkerjaan rumah PR yang dibawa dari sekolah.
Biasanya, anak diajari oleh relawan setiap malam hari. “... ada ngajar juga malam gimana pekerjaan rumah PR nya diajarin...”
P.BW.2b.499-501h.17 Berdasarkan gambaran diatas, terlihat bahwa dukungan informasi yang
diberikan seperti dukungan untuk mengetahui kondisi tanah atas dampak dari erupsi Gunung Sinabung dan dukungan informasi lainnya adalah mengajar anak
dalam belajar.
4. Companionship Support
Selama tinggal di pengungsian, Ibu P.B memperoleh dukungan dari berbagai orang untuk menyediakan waktu dalam berbagi perasaan bersama
penyintas seperti acara kerohanian bersama dengan penyintas di pengungsian. Relawan yang memberi bantuan biasanya datang untuk memberikan acara seperti
kebaktian, bernyanyi dan melakukan sesi tanya-jawab. Acara tersebut dilakukan setiap hari sabtu pada saat malam hari di posko pengungsian.
“... ada juga waktu acara kebaktian gitu...” P.B.W.1b.152.h.6
Universitas Sumatera Utara
“Kalau kebaktian itu kan... kan ada itu hari malam minggu, kebaktian disitu lah... nyanyi-nyanyi... dilakukannya tanya-jawab begitu entah apa
nya... kita kan muslim nya ya kita dengar- dengar saja saja itu”
P.BW.2b.486-488h.17 Ibu P.B merasa bahwa acara kerohanian yang diperolehnya dapat
memberikan penghiburan. Penghiburan yang dirasakan dapat membuat semangat untuk menjalani kehidupannya, akan tetapi Ibu P.B mengatakan bahwa dukungan
yang diberikan relawan kepada orang tua khususnya bagi Ibu P.B tidak terlalu penting sebaiknya, dukungan tersebut diberikan untuk anak-anak saja. Hal ini
karena orang tua tidak sempat lagi untuk meluangkan waktu mengikuti acara yang dibuat oleh relawan tersebut selain itu, orang tua juga hanya memikirkan
pekerjaan yang akan dikerjakan untuk hari besok. “Semangat lah, aku kalau ee nanyi-nyani terus semangat aku”
P.BW.1b.338h.12 “Acara untuk anak-anak saja nya itu. kalau orang tua ini kan.. berpikir
terus... ladang mana lah ini kami kerja, begitu saja nya pikiran setiap hari. Kalau anak-anak kan dihiburnya, nanyi-
nanyi..” P.BW.2b.499-501h.17
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Rangkuman Analisis
Social Support yang diperoleh Pada Partisipan B No
Bentuk Social Support
Social support yang diperoleh
1 Emotional or Esteem
support - Memperoleh perhatian dari relawan
- Memperoleh semangat dan penguatan dari relawan 2
Tangible or Instrumental Support
- Memperoleh bantuan makanan dari pemerintah, gereja serta relawan lainnya selama tinggal di pengungsian
- Memperoleh dana dari pemerintah untuk membiayai pendidikan untuk anak.
- Memperoleh bantuan makanan dari pemerintah setelah dipulangkan ke kampung halaman
- memperoleh bantuan modal dari pemerintah berupa uang yang digunakan untuk membuat usaha warung
kecil-kecilan setelah dipulangkan ke kampung halaman 3
Informational Support - Memperoleh bantuan informasi untuk mengetahui
kondisi tanah pada lahan pertanian sehingga ia dapat mengupayakan dan mempersiapkan sendiri dengan
kondisi tanah yang seperti itu - Memperoleh dukungan arahan dari relawan untuk
mengajari anak belajar setiap mata pelajaran di sekolah dan membantu mengerjakan tugas sekolah.
4 Companionship Support
- Memperoleh dukungan melalui kegiatan kerohanian dari relawan
- Memperoleh penghiburan melalui kegiatan kerohanian yang dibuat oleh relawan
Universitas Sumatera Utara
b. Gambaran Social Support yang dibutuhkan Pada Partisipan B
1. Emotional or Esteem Support
Selama tinggal di pengungsian, Ibu P.B membutuhkan dukungan secara emotional yang menujukkan rasa kepedulian terhadap dirinya. Ia beranggapan
bahwa dukungan yang diberikan tersebut dapat memberikan penghiburan disaat ia merasa tidak mempunyai semangat lagi namun, dengan adanya bantuan seperti itu
ia dapat kembali untuk bersemangat melakukan pekerjaannya kembali sebagai pekerja di ladang orang
“Butuh lah...hiburan kan butuhnya kita.. kalau dukanya semua sama kita ini sambil tertawa kan perlu kita hiburan ini”
P.AW.2b.520-521h.18
2. Tangible or Instrumental Support
Dukungan yang diberikan dapat menolong individu dalam menghadapi tantangan dalam kehidupannya. Ibu P.B seorang penyintas bencana alam Gunung
Sinabung membutuhkan bantuan untuk meringankan bebannya. Dukungan material berupa uang sekitar 15 juta per kepala keluarga KK sangat ia butuhkan.
Hal ini karena mengingat bahwa tanah sekitar kampung halamannya tidak tumbuh dengan subur.
“Kalau tinggal nya nanti di kampung, kita ke ladang orang pun belum bisa nya itu, lantaran ladang nya belum bisa dikerjain itu. Ku tafsir itu 1
tahun pun belum ada, belum bisa. Itu lah makanya ku minta, ku usulkan ke kepala desa kami hari itu. 15 juta kasih per KK. Ini enggak, hanya 3 juta
katanya” P.BW.1b.213-215h.8
Ibu P.B merasa bahwa bantuan material yang dibutuhkan berupa uang senilai 15 juta tersebut, rencana akan dipergunakan untuk modal menyewa lahan
pertanian diluar kampung halamannya. Ibu P.B berharap dengan uang tersebut ia
Universitas Sumatera Utara
dapat kembali bekerja sebagai petani dan menghasilkan uang agar dapat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan biaya pendidikan anak.
“Uang anak sekolah, beli beras”. P.BW.2b.554h.19
“Apa lah... biar apa...bisa kita.. di luar pun kita bisa kita sewa ladang terus bisa lagi itu modalnya... begitu nya harapan kami begitu”
P.BW.2b.453-454h.16 Selain membutuhkan uang untuk modal bekerja sebagai petani, Ibu P.B
juga membutuhkan uang untuk membiayai pendidikan anak. Ibu P.B merasa bantuan yang paling penting adalah pendidikan untuk anak seperti pedidikan
gratis atau berupa uang yang diberikan secara langsung kepadanya. Hal ini karena ia merasa bahwa biaya pendidikan untuk anak tidak ditanggung penuh oleh
pemerintah sehingga ia harus berupaya mencari uang untuk biaya pendidikan anak tersebut.
“Kalau ee aku ditanya itu kan dek. Kan uang untuk anak sekolah yang penting kan, yang utama. Kalau makan itu kan tetap nya diberikan
pemerintah” P.BW.1b.244-246h.9
“Ya kalau untuk anak sekolah kan bisa dikasih gratiskan sekolah itulah.. kalau enggak bisa digratiskan entah dikasih pemerintah uang”
P.BW.2b.463-465h.16 Selain membutuhkan bantuan uang untuk modal bekerja dan biaya
pendidikan anak, Ibu P.B juga membutuhkan bantuan lainnya berupa jasa pelayanan untuk membersihkan lahan pertanian agar ia bisa langsung menanam
bibit kembali di lahan pertaniannya. Ibu P.B merasa tidak mampu dan takut jatuh sakit setelah membersihkan lahan pertanian seorang diri saja. Oleh karena itu, ia
butuh jasa untuk membantu dalam membersihkan lahannya. Setelah dukungan
Universitas Sumatera Utara
jasa pelayanan untuk membantu membersihkan lahan, Ibu P.B juga membutuhkan bantuan bibit agar ia dapat menanam kembali di lahan pertaniannya
“Kalau aku ditanyakan, yang aku harapkan ladang kami itu entah dibuat nya beko itu, disorongnya semua kepinggirm kan sudah bisa kami tinggal
menanam bibit.” P.BW.1b.278-280h.10
“Dikasihnya bibit, ini bibit nya tanam...” P.BW.1b.280-281h.10
Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat bahwa Ibu P.B membutuhkan bantuan material berupa uang yang akan digunakan untuk menyewa lahan
pertanian agar ia dapat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan membiayai pendidikan anak dan dukungan jasa pelayanan untuk membantu membersihkan
lahan pertanian miliknya agar ia dapat kembali bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Rangkuman Analisis
Social Support yang dibutuhkan Pada Partisipan B No
Bentuk Social Support
Social support yang dibutuhkan
1 Emotional or Esteem
support - Membutuhkan semangat serta penghiburan agar ia dapat
semangat untuk kembali bekerja kembali 2
Tangible or Instrumental Support
- Membutuhakn dana yang akan dipergunakan untuk modal menyewa lahan pertanian serta membiayai
pendidikan anak. Hal ini karena melihat kondisi lahan pertanian di kampung tidak memungkinkan untuk
bercocok tanam kembali - Membutuhkan pendidikan gratis untuk anak atau dana
untuk pendidikan anak. Hal ini karena ia merasa bahwa biaya pendidikan untuk anak tidak ditanggung penuh
oleh pemerintah sehingga ia harus berupaya mencari uang untuk biaya pendidikan anak tersebut.
- Membutuhkan jasa pelayanan untuk membersihkan lahan pertaniannya di kampung. Hal ini karena ia merasa
takut jatuh
sakit apabila
membersihkan lahan
pertaniannya sendiri - Membutuhkan bibit agar ia dapat menanam kembali di
lahan pertaniannya 3
Informational Support 4
Companionship Support
Universitas Sumatera Utara
c. Gambaran Psychological Well-being Pada Partisipan B
1. Penerimaan Diri
Ibu P.B mampu mengenali diri sendiri apa adanya. Perubahan yang terjadi dalam hidupnya berdampak pada setiap aspek kehidupannya. Ibu P.B menyadari
akan kekurangan dan kelebihan yang ia miliki, kekurangan yang dimilikinya yaitu semakin malas dan sudah patah semangat. Hal ini karena Ibu P.B sudah merasa
tidak punya pengharapan terhadap lahan pertanian yang tidak dapat ditanami tumbuhan dengan subur. Lalu, ia juga merasa bahwa sudah tidak tersedianya
simpanan uang untuk membiayai anaknya untuk sekolah. “tertawa tambah malas begitu lah... enggak ada lagi semangat..”
P.BW.2b.599-602h.21 “... uang nya pun itu bekalnya untuk anak sekolah sudah tidak ada, ini kan
sudah habis semua. Gimana lah..” P.BW.2b.600-601h.21
“ ke ladang ku saja enggak pernah ku lihat ini, selama disini, sudah patah semangat tertawa”
P.BW.2b.599-601-602h.21 Di sini lain, Ibu P.B menyadari pasca bencana alam ia berupaya untuk
tetap bersemangat dengan bekerja kembali dengan membuka usaha di warung dengan menjual jajanan untuk anak-anak. Ibu P.B juga menyadari akan kelebihan
yang ia miliki adalah ia tidak pernah sakit lagi pasca bencana yang terjadi. “yaa.. gimana pun kita tetap nya semangat, semunya mamak-mamak nya
semangat. Ini kan sudah ke ladang semua ini. enggak ada yang di rumah” P.BW.2b.613-614h.21
“Kelebihan enggak pernah sakit lagi, sehat... begitu saja nya” P.BW.2b.608h.21
Universitas Sumatera Utara
Secara keseluruhan, terlihat bahwa Ibu P.B merasa dirinya sudah putus asa atas dampak yang terjadi dalam kehidupannya namun disisi lain, Ibu P.B seorang
yang berupaya untuk terus bersemangat melakukan pekerjaannya untuk mendapatkan penghasilan. Ia juga menyadari kelebihannya yang sudah tidak
pernah sakit.
2. Hubungan Positif dengan Orang lain
Selama satu setegah tahun lebih tinggal di pengungsian, Ibu P.B merasa bahwa hubungan dengan sesama pengungsian terjalin dengan baik. Ibu P.B
seorang yang memahami dan memelihara setiap berhubungan dengan sesama temannya. Selama ia tinggal di pengungsian, Ibu P.B tidak pernah bertengkar
dengan temannya. Hal ini karena ia sudah mengenal karakter teman selama di pengungsian.
“yaa.. baik-baik saja lah dek. Enggak ada satu pun yang berantam gitu, semua rukun”.
P.BW.1b.229-300h.10 “Baik... baik... namanya kalau sudah satu kampung kita, saling mengenal
sudah setahun, sudah tahu gimana jiwa nya” P.BW.1b.305-306h.10-11
Ibu P.B termasuk penyintas yang sudah dapat pulang kembali ke kampung halamannya dikarenakan status Gunung Sinabung sudah menurun artinya siaga.
Setelah ia pulang ke kampung halaman, hubungan dengan orang lain juga terjalin dengan baik, namun demikian ia sudah tidak menginginkan tinggal di situasi yang
penuh dengan keramaian seperti saat tinggal di pengungsian dahulu. Ia lebih memilih untuk tinggal di rumah, bekerja di warungnya, dan hanya memiliki
beberapa teman saja untuk diajak bercerita. Ibu P.B juga sudah malas pergi ke
Universitas Sumatera Utara
pesta. Hal ini karena ia sudah tidak mempunyai semangat lagi untuk menjalin hubungan dengan orang lain, ia memilih untuk memikirkan kehidupannya agar
lebih baik lagi. “Kalau aku hanya ini saja teman ku setiap hari sambil menunjuk
temannya” P.BW.2b.590-591h.20
“...Baiknya semua tetapi kalau aku lebih baik sendiri merenung saja begitu...”
P.BW.2b.590-591h.20 “...Enggak mau lagi aku melihat ramai-ramai begitu, ke pesta pun aku
malas sekarang ini...” P.BW.2b.591-592h.20
Berdasarkan penjelasan diatas, Ibu P.B memahami dan memelihara dalam setiap hubungannya dengan sesama teman selama tinggal di pengungsian, ia tidak
pernah bertengkar dengan orang lain namun, Ibu P.B sudah tidak ingin menjalin hubungan yang terlalu intens dengan orang lain, ia hanya memiliki beberapa
teman saja untuk diajak bercerita.
3. Otonomi
Ibu P.B yakin dengan kehidupannya dapat lebih baik lagi pasca bencana alam yang terjadi Hal ini karena ia yakin bahwa ada hikmah pada setiap kejadian
yang sudah terjadi dalam hidupnya. Saat ini Ibu P.B hanya bergantung kepada Tuhan YME yang sudah merencanakan yang terbaik untuk kehidupannya.
“Yakin lah, sudah ada Tuhan yang merencanakan itu, pasti ada hikmah nya”
P.BW.1b.314-315h.11
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan perjelasan diatas, terlihat Ibu P.B mampu menentukan hidupnya sendiri dengan berupaya membuat usaha kembali di warung tempat ia
tinggal di kampung halaman lalu ia juga hanya bergantung kepada Tuhan YME bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya adalah kehendak sang
pencipta.
4. Penguasaan Lingkungan
Erupsi Gunung Sinabung berdampak pada lahan pertanian, terlihat bahwa tanaman di desa sigarang-garang tidak terlihat tanaman yang tumbuh dengan
subur. Ibu P.B menghadapi tantangan bahwa ia tidak dapat menanam kembali di lahan pertanian miliknya, dengan tantangan seperti ini ia mampu memilih dan
menciptakan pekerjaan yang lain untuk mendapatkan penghasilan dengan cara bekerja di ladang orang lain ngaron. Ia akan memilih untuk bekerja di ladang
orang lain apabila lahan pertanian miliknya belum dapat tumbuh dengan subur. “Iya lah ngaron lagi di ladang orang”
P.BW.1b.325h.11 Tantangan yang dihadapi Ibu P.B saat ini adalah tidak dapat menanam
kembali di lahan pertanian miliknya. Hal ini berdampak pada kesehatannya secara psikologis yaitu stress, cara Ibu P.B menghadapi tantangan tersebut agar tetap
membuat dirinya sehat secara psikologis dengan cara mengingat anak yang masih sekolah karena dengan hal ini ia akan semangat kembali.
“Ini saja yang diingat nak... ingat anak sekolah, tetap bekeja dan sehat” P.BW.2b.644-645h.22
Universitas Sumatera Utara
5. Tujuan Hidup
Setelah bencana alam yang dialami oleh Ibu P.B membuat dirinya tetap berupaya untuk bekerja kembali. Ibu P.B menganggap bahwa kesehatan
merupakan hal yang utama dan berharga untuk dijaga agar ia dapat bekerja kembali. Ia rencana akan bekerja sebagai petani untuk mendapatkan penghasilan
uang yang akan dipergunakan membiayai kebutuhan keluarga dan pendidikan anaknya yang masih sekolah.
“yaa.. hanya berladang saja” P.BW.1b.320h.11
“Nanti kan ke ladang lagi kita menanam, usaha kita” P.BW.2b.625h.21
6. Pertumbuhan Pribadi
Ibu P.B menyadari bahwa dirinya sekarang tidak mampu untuk mencari pekerjaan lain selain bertani. Selama ini Ibu P.B hanya bekerja sebagai petani dan
mempunyai usaha warung kecil-kecilan di rumah nya. Ia hanya mengharapkan pada kemampuannya untuk bertani saja. Ia tidak terbuka terhadap pengalaman
yang baru. Hal ini karena ia sudah tidak dapat berpikir dengan terbuka lagi. “Enggak tahu lah dek, Otak kita ini sudah buntuh mikirin nya”
P.BW.1b.322h.11
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Rangkuman Analisis Psychological Well-being Pada Partisipan B
No Dimensi
Gambaran Psychological Well-being
1 Penerimaan Diri - Menyadari keterbatasan dirinya baik kelemahan maupun
kelebihan yang ia miliki - Menyadari kekurangan semakin malas dan patah semangat pasca
bencana alam. Hal ini karena merasa tidak punya pengharapan terhadap lahan pertanian
- Menyadari kekurangan yang ia miliki namun, ia tetap bersemangat dengan cara bekerja kembali membuka usaha
warung kecil-kecilan dirumahnya - Merasa dirinya sehat secara fisik
2 Hubungan
Positif dengan
Orang lain - Merasa hubungan dengan sesama terjalin dengan baik
- Memahami dan memelihara hubungan dengan menerima karakter teman
- Merasa tidak ingin menjalin hubungan dengan orang lain - Merasa malas pergi ke pesta
3 Otonomi
- Merasa bahwa dirinya hanya yakin kepada Tuhan YME - Merasa ada hikmah dibalik kejadian yang terjadi
4 Penguasaan
Lingkungan - Mampu memilih dan menciptakan pekerjaan yang lain yaitu
dengan membuka warung dirumah - Mampu memilih pekerjaan lainnya dengan bekerja di ladang
orang sebagai upahan. 5
Tujuan Hidup - Berharap dapat bekerja kembali
- Menganggap bahwa kesehatan paling utama agar ia dapat bekerja kembali
- Berharap dengan hasil pendapatan dari bekerja dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan keluarga serta pendidikan anak.
6 Pertumbuhan
Pribadi - Menyadari bahwa tidak mampu terbuka dengan pengalaman baru
- Menyadari hanya dapat bekerja sebagai petani serta membuka warung miliknya.
Universitas Sumatera Utara
3. Partisipan C Ibu P.C a. Gambaran
Social Support yang diperoleh Pada Partisipan C 1.
Emotional or Esteem Support
Pada saat mengikuti kebaktian yang diselenggarakan oleh mahasiswa USU, Ibu P.C memperoleh dukungan secara emotional dimana salah seorang
relawan menunjukkan rasa peduli terhadap Ibu P.C dengan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh Ibu P.C pasca bencana alam yang terjadi. Ibu P.C
mengutarakan keluhan yang ia alami bahwa ia sedang menghadapi kesulitan untuk membiayai pendidikan anaknya yang saat ini duduk di bangku kuliah,
SMA, SMP dan SD. Ibu P.C merasa bahwa hatinya khawatir dan terpuruk sekali apabila anaknya tidak dapat bersekolah kembali. Setelah ia menceritakan
tantangan hidup yang dirasakan kemudian relawan yang memberikan dukungan untuk menguatakan Ibu P.C lewat doa. Penguatan lewat doa ini dilakukan untuk
memberikan ketenangan dan pengharapan kepadanya bahwa masih ada jalan untuk setiap tantangan yang ia hadapi.
“Terus katanya, iya bu, nanti kita doakan, adanya jalan itu. Itu katanya, terus enggak lama gitu dapat pula dari lioner itu”
P.CW1b.284-286h.10 “Banyak juga kemarin itu, datang pula bilang “kita doakan saja ya bi,
adanya nanti yang kasih bantuan sama kita, enggak usah jauh sekali kamu berpikir, pasti itu sudah ada jalan katanya”. Iya kata ku”
P.CW.1b.300-302h.10 Selain dukungan diberikan kepada Ibu P.C, dukungan secara emotional
juga diberikan kepada anak Ibu P.C. Dukungan secara emotional yang diperoleh seperti memberikan semangat agar anaknya tidak putus asa untuk melanjutkan
pendidikan, dapat meraih cita-cita yang diimpikan meskipun ia sedang
Universitas Sumatera Utara
menghadapi bencana alam. Dukungan emotional diperoleh dari kelompok pelatih bola yang berasal dari jakarta.
“Terus ada yang bilang seperti datang hari itu katanya, jangan kalian patah semangat, terus berjuanglah kalau mau sekolah, nanti kalian duduk
di kantor DPR itu, entah giman, katanya begitu. pengungsi nanti bisa jadi bupati, jadi apa, maunya kalian, jangan putus sa lah, katanya begitu
sama anak-anak sekolah itu. datang lah pelatih-pelatih bola itu yang dari
jakarta itu”. P.CW.2b.670-677h.23
Berdasarkan penjelasan diatas, Ibu P.C mendapatkan dukungan secara emotional berupa rasa kepedulian untuk mendoakan serta mendukungan secara
emotional yang memberikan semangat kepada anaknya untuk tetap menjalani kehidupan yang lebih baik serta dukungan juga diperoleh anak Ibu P.C untuk
tetap bersemangat meraih cita-cita yang diimpikan.
2. Tangible or Instrumental Support
Selama satu setengah tahun tinggal di pengungsian, Ibu P.C memperoleh dukungan dari berbagai pihak. dukungan material yang diberikan berupa makanan
yaitu beras bulog. Bantuan material berupa makanan diperoleh dari gereja dan pemerintah. Bantuan dari gererja berupa minyak, gula, beras selama empat kali
bantuan diberikan, sedangkan bantuan yang ia peroleh dari pemerintah hanya beras bulog.
“ Kalau beras... dari gereja lah. Kalau dari apa ... pemerintah baru sekali dikasih bulog itu”
P.CW.1b.190-191h.7 Selain itu, Ibu P.C juga memperoleh bantuan material berupa pelayanan
kesehatan dengan memberikan pengobatan gratis dan mendatangkan dokter- dokter untuk melayani penyintas yang berada di posko pengungsian KWK
Universitas Sumatera Utara
berastagi. Pengobatan gratis yang diberikan seperti obat-obatan herbal diperoleh dari papua. Bantuan ini diberikan pada Ibu P.C saat ia sudah kembali ke kampung
halamannya. “Terus dikasihnya pula beberapa hari ini ada pengobatan gratis gitu,
dibawanya dokternya terus dari apa katanya... dari pengobatan- pengobatan herbal katanya, dibawanya dokternya”
P.CW.1b.202-204h.7 Selama tinggal di pengungsian, dukungan material secara finansial juga
diperoleh Ibu P.C. Bantuan finansial yang diperoleh bertujuan untuk membiayai pendidikan anaknya. Ibu P.C mempunyai empat orang anak yang masih harus
dibiayai pendidikannya. Uang yang diberikan untuk anak kuliah senilai 4,2 juta, anak SMP mendapatkan uang senilai 1,5 juta dan anak SD senilai 1 juta. Bantuan
ini diberikan oleh pemerintah secara langsung kepada Ibu P.C untuk membiayai pendidikan anaknya namun, ia merasa sedikit kecewa dengan bantuan yang
diberikan tidak sesuai janji untuk memberi bantuan kepada anaknya yang duduk di bangku SMA dengan kenyataan yang terjadi, anak Ibu P.C yang duduk di
bangku SMA tidak memperoleh uang yang dijanjikan tersebut senilai 2 juta. “...Anakku SMA hari itu dapat kan dari pemerintah anak kuliah Rp.
2.100.000 terus anak SMA katanya Rp.2 juta. Anak ku enggak dapat- dapat, yang SMA ini enggak dapat-dapat dia...
”. P.CW.1b.235-237h.8
“..Kalau anak kuliah hari itu Rp.4.200.000,-, anak SMA katanya Rp.2.000.000, anak SMP Rp. 1.500.000,-, yang SD Rp.1.000.00
0...” P.CW.1b.250-252h.9
Setelah pulang ke kampung halaman, bantuan juga tetap diberikan kepada anak yang sedang menjalani pendidikan sekolah. Bantuan material berupa uang
dan barang diperoleh anak Ibu P.C seperti uang senilai 600 ribu, sepatu sekolah,
Universitas Sumatera Utara
baju sekolah dan buku. Dukungan material ini merupakan bentuk kepedulian relawan terhadap pendidikan anak. Dukungan ini diharapkan memberikan dampak
kepada anak agar anak semakin semangat dalam belajar dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi untuk meraih cita-cita yang diinginkan anak.
Bantuan yang diperoleh Ibu P.C untuk anaknya berasal dari jakarta. Uang yang diberikan senilai 600 ribu dipergunakan untuk membayar uang les selama empat
bulan. Hal ini karena anak Ibu P.C yang duduk dibangku kelas 3 SMA sedang mengikuti les untuk persiapan ujian yang akan anaknya hadapi.
“Kepeduliaannya sama kita kan ada relawan-relawan begitu ada yang ngasih untuk anak sekolah begitu, seperti ini lah dari jakarta diaksih 600
ribu untuk anak sekolah, ada juga yang ngasih sepatu, ngasih baju sekolah, ngasih apa.. buku-
buku begitu. Adanya dikasih” P.CW.2b.666-670h.23
Ibu P.C sangat beryukur dengan adanya bantuan untuk membiayai pendidikan anaknya sekolah. Hal ini karena, ia merasa selama ini berpikir bahwa
ia tidak mampu lagi membiayai anaknya sekolah apalagi anaknya yang sedang duduk dibangku perkuliahan, kebetulan pada saat itu 2 bulan setelah anaknya
kuliah terjadi erupsi yang besar sehingga Ibu P.C harus mengungsi. Kejadian ini membuatnya jatuh sakit, karena ia merasa tidak yakin bahwa anaknya dapat
melanjutkan perkuliahan sehingga Ibu P.C sangat bersyukur sekali diberikan bantuan.
“yaa.. syukurlah, kalau enggak entah sudah kayak mana anakku ini, itu pikiranku”
P.CW.1b.288h.10 Selain bantuan untuk anak, Ibu P.C juga memperoleh bantuan dari dinas
pertanian berupa bibit jeruk. Dukungan material berupa bibit jeruk diharapkan
Universitas Sumatera Utara
sebagai modal awal untuk Ibu P.C bekerja kembali sebagai petani, akan tetapi Ibu P.C tidak langsung mempergunakan pupuk jeruk tersebut karena lahan pertanian
yang ia miliki sudah dipenuhi oleh tanaman lain. Hal ini karena sebelum ia diresmikan untuk pulang kembali ke kampung halaman, ia sudah mencoba pulang
untuk melihat rumah dan lahan pertanian kemudian ia mencoba untuk menanam kembali. Tanaman yang ia tanam adalah tanaman jeruk, tanaman kopi, tanaman
kentang, dan tanaman cabai. Sesungguhnya, Ibu P.C ingin menanam bibit jeruk tersebut ke lahan kosong yang berada di bawah gunung, namun Ibu P.C tidak
menanamnya dengan alasan tidak mempunyai modal yang banyak untuk merawat tanaman tersebut. Terlihat bahwa Ibu P.C memiliki lahan pertanian yang cukup
luas untuk ditanami berbagai tanaman. “Kalau pertanian, itulah yang dikasih... pupuk jeruk itu”
P.CW.2b.768h.26 Pada saat kembali ke kampung halaman, dukungan juga tetap datang
untuk memberikan bantuan. Bantuan yang diperoleh berasal dari Kementerian Republik Indonesia, Pusaka Indonesia, dan Chatolc, bantuan yang diberikan
berupa tas yang digunakan untuk persiapan membawa perlengkapan pakaian yang diperlukan apabila erupsi gunung kembali terjadi. Ibu P.C merasa bantuan yang
diberikan sangat dibutuhkan. Hal ini karena, mengingat bahwa Ibu P.C sudah tidak memiliki tas yang besar lagi untuk membawa perlengkapan pakaian apabila
ia diharuskan untuk mengungsi kembali. “Ini katanya tiga ini kementerian republik indonesia, pusaka indonesia,
dan chatolic yang kerjasama” P.CW.2b.995-956h.32
Universitas Sumatera Utara
“Butuhlah, ini butuh kali ini. aku tas ku sudah koyak pun semua” P.CW.2b.962h.32
“Muat. Aku buat selimut satu, selimut yang itu yang kecil terus handuk, sabun... sudah ku coba masukin semua. Kalau buku anak sekolah kan
enggak penting-penting kali apa kalau buru-buru begitu. Ini penting kurasa
. Cocok dibuatnya, lari kami semua bawa tas ini”. P.CW.2b.975-979h.32-33
3. Informational Support
Selama tinggal di pengungsian, bantuan informasi diperoleh anak Ibu P.C dimana anak yang sedang bersekolah memperoleh pengajaran yang diberikan oleh
relawan. Dukungan informasi ini bertujuan untuk membantu agar anak tetap belajar meskipun berada di pengungsian.
“ Anak-anak SD, anak SMP disini pula hari itu belajar mereka semua” P.CW.1b.309-310h.11
Selain bantuan informasi untuk anak, Ibu P.C juga mendapatkan dukungan informasi. Pada saat ia kembali ke kampung halaman, dukungan tetap diberikan
kepada Ibu P.C. Dukungan informasi ini seperti memberikan arahan untuk melakukan simulasi tanggap darurat terhadap bencana alam yang diselenggarakan
oleh pusaka dan pihak lainnya. Bantuan informasi yang diberikan adalah membawa barang yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu ke dalam tas yang
sudah diberikan kemudian mereka harus pergi ke jambur untuk berkumpul bersama-sama dengan warga lainnya setelah itu, dari jambur mereka akan
berangkat bersama mengikuti petunjuk arah jalan yang sudah dibuat untuk tanggap darurat bencana. Simulasi ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan
kepada Ibu P.C serta penyintas lainnya agar bersama-sama mengikuti petunjuk jalan dan mempermudah mereka untuk lari apabila erupsi kembali terjadi.
Universitas Sumatera Utara
“Ada dikasihnya tas begini kan sambil menunjukkan tas berwarna merah dalam ukuran besar, isii ini katanya. Tas ini, dikasihnya tas, Isi ini,
katanya. Baju dua, dua pasang tertawa, selimut dua-dua pasang kalau sepertinya mau erupsi nanti, kalau sudah meletus gungung itu, kalian ke
jambur dulu, kemudian dari jamburlah kita berangkat mau kemana”, katanya. Sepertinya sudah dipersiapkan hari itu, seperti dikasihnya
peringatan begitu”. P.CW.2b.873-880h.29
Ibu P.C merasa bahwa bantuan informasi ini bermanfaat memberikan arahan untuk mengingatkan penyintas membawa perlengkapan pakaian yang
secukupnya apabila erupsi gunung kembali terjadi dan mengharuskan untuk mengungsi kembali. Lalu, simulasi yang dilakukan juga diberikan kepada Ibu P.C
agar ia mengetahui arah perjalanan yang ingin ditempuh untuk berlari dan harapannya agar tidak ada lagi yang berpencar dan salah arah tujuan.
“ya... gimana nanti gunung ke jambur, terus ada motor pun sudah bisa berangkat begitu. Jangan pula nanti, pernah pula waktu meletus gunung
itu sudah kesana pula kami semua, sudah ke apa.. ke hutan sana...” P.CW.2b.891-894h.30
“Jangan pisah-pisah, kalau bisa satu kalian sudah bisa satu tujuan semua, katanya. Hari itu sudah susah sekali ada yang sampai ke langkat, ada pula
yang ke berastagi, ada pula yang nyampe ke Kabanjahe entah sudah di
mana sudah sepertinya berpencar lah. Enggak satu...” P.CW.2b.955-956h.32
4. Companionship Support
Selama di pengungsian, berbagai dukungan diperoleh Ibu P.C. Dukungan kesediaan meluangkan waktu dengan orang lain biasa diberikan para relawan
kepadanya seperti acara kerohanian. Acara ini memberikan ketenagan pada Ibu P.C untuk tetap bersemangat dalam menjalani kehidupannya yang lebih baik lagi.
Selain dukungan seperti acara kerohanian, dukungan berupa hiburan juga diperoleh Ibu P.C seperti permainan dengan berjoget bersama-sama, setiap kali
Universitas Sumatera Utara
jogetan mereka paling bagus maka akan diberikan hadiah. Akan tetapi, Ibu P.C merasa bahwa dukungan acara hiburan ini tidak terlalu penting baginya. Hal ini
karena ia merasa bahwa orang tua lebih mementingkan pekerjaan seperti apa yang akan dikerjakan di lahan pertanian miliknya sedangkan anak-anak tidak
memikirkan hal itu, anak-anak lebih membutuhkan hiburan agar tetap bersemangat untuk meraih cita-cita yang diimpikan.
“Kalau anak-anak itu senang saja lah. Kalau kami kan teringat ladang terus kalau disini”
P.CW.2b.699-700h.24 Saat pulang ke kampung halaman, Ibu P.C mendapatkan bantuan berupa
gotong-royong bersama penduduk desa kebayaken serta pihak yang membantu ikut berpartisipasi untuk membersihkan jalanan menuju ke kampung halaman. Hal
ini karena jalanan yang menuju ke kampung halaman dipenuhi dengan abu vulkanik yang tebal sehingga abu vulkani sudah menutupi jalanan yang mengarah
ke desa kebayaken. Bantuan ini bermanfaat bagi Ibu P.C untuk meringankan pekerjaan membersihkan jalan menuju ke rumahnya. Bantuan ini juga diberikan
upah untuk setiap harinya berupa uang senilai 50 ribu per hari selama satu bulan. “ Gotong-royong saja. Ada pula hari itu dari pusaka. Begini dibilangnya
kalian dibayar upahan tetapi kalian bersihkan jalan-jalan ke ladang kalian. Itulah upahan kami. Kami yang ngerjain kemudian dibayar upahan
begitu”. P.CW.2b.790-793h.27
Berdasarkan penjelasan diatas, Ibu P.C memperoleh bantuan seperti acara kerohanian yang dilakukan di posko bersama dengan penyintas dan relawan, acara
hiburan, dan acara gotong-royong bersama untuk membersihkan desa kebayaken.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis
Social Support yang diperoleh Pada Partisipan C No
Bentuk Social Support
Social support yang diperoleh
1 Emotional or Esteem
support - Memperoleh perhatian dari mahasiswa terhadap keluhan
serta perasaan yang dirasakan Ibu P.C - Memperoleh
semangat serta
penguatan dengan
mendoakannya - Anak Ibu P.C memperoleh dukungan dari kelompok
pelatih sepak bola berupa semangat agar dapat mencapai cita-cita yang diimpikan.
2 Tangible or Instrumental
Support - Memperoleh bantuan makanan dari gereja dan
pemerintah - Memperoleh bantuan pelayanan kesehatan dengan
pengobatan gratis, dan obat gratis yang diperoleh dari dokter relawan serta pemerintah
- Memperoleh dana untuk membiayai pendidikan untuk anak dari pemerintah dan swasta
- Memperoleh dana dari relawan gereja untuk membantu membiayai kebutuhan pendidikan anak
- Memperoleh barang dari relawan berupa seragam sekolah serta buku
- Memperoleh bantuan modal untuk bertani berupa bibit jeruk setelah dipulangkan ke kampung halaman
- Memperoleh bantuan dari relawan yaitu barang berupa tas untuk mempersiapkan pakaian apabila gunung
meletus kembali 3
Informational Support - Anak Ibu P.C memperoleh arahan dari relawan dalam
bentuk pengajaran yang bertujuan untuk membantu anak belajar
- Memperoleh arahan serta petunjuk dengan melakukan
Universitas Sumatera Utara
simulasi tanggap darurat terhadap bencana alam Gunung Sinabung, yang diperoleh dari pusaka serta pihak
lainnya. 4
Companionship Support - Berkumpul dengan teman-teman untuk mengikuti acara
rohani di posko pengungsian - Berkumpul dengan teman-teman dan anak-anak untuk
mengikuti acara hiburan yang dibuat oleh relawan saat di posko pengungsian
- Memperoleh acara gotong-royong bersama yang dibuat oleh relawan. Bergotong-royong bersama dengan
penduduk desa kebayaken untuk membersihkan jalanan menuju desa.
Universitas Sumatera Utara
b. Gambaran Social Support yang dibutuhkan Pada Partisipan C
1. Tangible or Instrumental Support
Bantuan material yang dibutuhkan oleh Ibu P.C berupa biaya pendidikan untuk anak sekolah. Ibu P.C merasa bahwa pendidikan anak paling penting. Hal
ini karena ia menginginkan agar anaknya dapat melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi. Ibu P.C merasa tidak mampu untuk membiayai anaknya
berkuliah dikarenakan kondisi lahan pertanian belum dapat menghasilkan panenan yang memuaskan. Oleh sebab itu, bantuan untuk pendidikan untuk anaknya
adalah bantuan yang paling penting untuk diberikan kepada Ibu P.C “Kalau aku begini dek, lebih penting kurasa anak sekolah ku. Itu yang
paling penting kurasa sekarang” P.CW.1b.229-230h.8
“Iya , karena anakku kan, entah mau masuk kuliah nanti dia, gimanalah... kan begiulah
hasil apa kami pun belum ada kan” P.CW.1b.229-230h.8
Ibu P.C juga sudah mendiskusikan hal ini kepada beberapa temannya yang berada di posko pengungsian KWK berastagi. Ibu P.C berdiskusi untuk membuat
permohonan agar dapat diberikan bantuan dari pihak lain. Bantuan yang paling penting merupakan biaya pendidikan untuk anak. Hal ini karena ia menginginkan
keempat anaknya dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi sampai selesai.
“Seperti uang sekolahnya begitu” P.CW.2b.596h.21
Selain biaya pendidikan untuk anak sekolah, Ibu P.C juga membutuhkan bantuan pupuk untuk lahan pertaniannya. Hal ini karena ia menginginkan agar
tanaman yang sudah ia tanam dapat tumbuh dengan sebur dan menghasilkan buah
Universitas Sumatera Utara
yang bagus sehingga ia mendapatkan hasil panen yang memuaskan dari tanaman yang sudah ditanamnya. Apabila pupuk tidak diberikan pada tanamannya, ia
merasa bahwa tanamannya tidak dapat tumbuh dengan subur. Hal ini juga terjadi karena dampak dari erupsi Gunung Sinabung yang merusak tanah menjadi tidak
subur. “Pupuknya lah... kalau enggak pakai pupuk kurasa enggak bisa pun mau
nanam apapun” P.CW.2b.781-782h.26
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa Ibu P.C membutuhkan bantuan untuk biaya pendidikan anak karena ia menginginkan anaknya dapat
menyelesaikan pendidikan sampai selesai. Lalu, Ibu P.C juga membutuhkan bantuan untuk lahan pertanian berupa pupuk untuk memberikan kesuburan pada
tanah.
2. Informational Support
Ibu P.C juga membutuhkan bantuan informasi seperti bantuan informasi dari dinas pertanian. Bantuan informasi yang dibutuhkan mengenai kondisi lahan
pertanian pasca erupsi Gunung Sinabung yang berdampak pada lahan pertanian miliknya. Bantuan berupa informasi ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan atau arahan agar Ibu P.C dapat mengetahui keadaan lahan sehingga dia mengetahui tanaman seperti apa yang dapat ditanam pada lahan pertanian
yang sudah terkena erupsi seperti itu. “Sudah kami bilang, pertanian kami, Ph tanah kami, apa saja yang bisa
kami tanam yang bagus, apa yang cocok pupuknya”. P.CW.1b.488-492h.16
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis
Social Support yang dibutuhkan Pada Partisipan C No
Bentuk Social Support
Social support yang dibutuhkan
1 Emotional or Esteem
support 2
Tangible or Instrumental Support
- Membutuhkan dana untuk pendidikan anak. Hal ini karena Ibu P.C merasa paling penting, ia menginginkan
anaknya agar melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi, namun ia tidak mampu untuk membiayai anaknya
berkuliah dikarenakan kondisi lahan pertanian belum dapat menghasilkan panenan yang memuaskan.
- Membutuhkan pupuk untuk lahan pertanian. Hal ini karena ia menginginkan agar tanaman yang sudah ia
tanam dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang bagus sehingga ia mendapatkan hasil panen
yang memuaskan dari tanaman yang sudah ditanamnya. 3
Informational Support - Membutuhkan
informasi berupa
arahan untuk
mengetahui tanaman atau pupuk seperti apa yang sesuai pada kondisi tanah yang sudah terkena abu vulkanik
4 Companionship Support
Universitas Sumatera Utara
c. Gambaran Psychological Well-being Pada Partisipan C
1. Penerimaan Diri
Pasca bencana alam berbagai dampak yang terjadi dalam kehidupan Ibu P.C khusunya dampak secara ekonomi. Hal ini karena saat terjadi erupsi Gunung
Sinabung berdampak pada seluruh tanaman yang ada di lahan pertanian Ibu P.C, sekitar 2 ton jeruk gagal untuk di panen karena terlalu banyak yang terkena abu
vulkanik. Saat pertama sekali mengetahui kejadian tersebut, ia merasa sudah putus asa dengan kehidupannya, ia merasa sudah tidak ada harapan, dan merasa
khawatir tidak dapat makan, namun demikian setelah satu tahun kejadian erupsi sinabung, ia sudah merasa sedikit-sedikit dapat menerima kenyataan yang terjadi
dalam kehidupannya. Perasaan yang dirasakan adalah ia merasa tidak sendiri untuk menghadapi tantangan bencana alam, ia merasa masih banyak orang yang
merasakan apa yang ia rasakan bahkan orang lain lebih banyak merasakan kerugian akibat erupsi Gunung Sinabung, kerugian tersebut seperti gagal panen.
“ya... Sikit-sikit sudah mau menerima lah, kayak mana lah bukan aku sendiri, semuanya kenak. Bukan aku saja pikir ku. Kalau aku sudah kena
segitu, orang lain sudah lebih banyak pun kena. Sudah seperti itu
pikiranku”. P.CW.1.b.114-117h.5
Setelah Ibu P.C menyadari dan menerima setiap tantangan yang terjadi di dalam hidupnya, ia merasa bahwa kesehatan lah yang paling penting, ia harus
menjaga kesehatan dirinya sendiri untuk dapat melakukan tujuan hidupnya yaitu bekerja untuk mencari penghasilan sehari-hari demi memenuhi kebutuhan
pendidikan anak yang sedang menuntut ilmu. Kesadaran terhadap kesehatan ini karena selama di pengungsian, ia sering jatuh sakit Hal ini karena terlalu banyak
Universitas Sumatera Utara
memikirkan kerugian yang dialami serta kekhawatirannya terhadap masa depan anaknya.
“Makanya aku yang penting kesehatanku lah sekarang. Sudah begitu pikiranku, sudah paling berharga ku rasa kesehatan itu karena sudah
pernah beberapa kali aku sakit, sudah berapa pula uang yang dikeluarkan s
aat mengungsi kita begini”. P.CW.1b.117-121h.5
Ibu P.C menyadari kelemahan dan kelebihan yang ia miliki setelah dampak bencana alam, ia menyadari bahwa ia mempunyai kelemahaan yaitu
sudah merasa putus asa dan tidak ingin kembali bekerja, namun satu hal yang dapat menjadi suatu dorongan untuk dirinya agar tidak berlarut-larut dalam
kesedihan yang ia rasakan, yaitu dengan mengingat masa depan anak. Ibu. P.C berupaya selalu menjadikan anak-anak sebagai dorongan agar ia kembali bangkit
dan mulai bekerja kembali untuk berjuang memenuhi pendidikan yang tinggi agar anaknya berhasil nantinya. Ibu P.C menyadari bahwa ia memiliki kelebihan yaitu
kuat dalam menghadapi setiap tantangan yang ia hadapi. “Sepertinya putus asa pun sudah ada. Sekarang sudah mulai-mulai pula
apa. Kalau dulu sudah berpikir enggak usah bekerja lagi lah. Ngapain pun... nanti datang pula nanti abu itu, pikirku. Kalau sekarang aku, sudah
mulai aku apa... kan sudah lama enggak meletus gunung itu. sepertinya sudah ada satu bulan begitu. sepertinya sudah... gimanalah sekolah
anakku... begitu saja pikiran ku. Ku tanam ini, mudah-mudahan ini
berhasil” P.CW.2b.808-814h.27
“Kelebihan sudah gimana. Sudah kuat begitu kalau sekarang sudah mulai kuat lah”
P.CW.2b.819-820h.28 Berdasarkan gambaran diatas, terlihat Ibu P.C mulai menerima sedikit-
sedikit masa lalu pasca bencana alam yang terjadi, menyadari akan kekurangan yang dahulu nya putus asa terhadap hidupnya dan tidak ingin untuk bekerja
Universitas Sumatera Utara
namun, setelah satu tahun lebih pasca bencana ia menyadari bahwa dirinya kuat untuk menjalani setiap tantangan dalam hidupnya,
2. Hubungan Positif dengan Orang lain
Selama di pengungsian, Ibu P.C merasa bahwa ia membina hubungan yang positif dengan orang lain. Membina hubungan dengan cara mengetahui dan
memahami karakter teman menjadi suatu hal yang penting agar hubungan yang terjalin dapat lebih baik. Ibu P.C merasa banyak permasalahan yang dihadapi
dalam berhubungan dengan sesama penyintas di pengungsian, namun ia tidak mengambil hal itu menjadi suatu masalah dan menjadi pikiran. Ibu P.C memilih
untuk menerima temannya dengan apa adanya agar hubungan terjalin dengan harmonis.
“gimana ya... seperti aku sama eda ini begitu. Entah gimana dia ahh... sudah tahu aku seperti itu dia. Sudah lah enggak usah aku capek sekali
memikirkan dia, ku terima dia. Sudah begitu pikiranku. Kalau enggak begitu sudah berantem saja disini”
P.CW.1b.313-316h.12 Rasa iri hati sering menjadi permasalahan saat berhubungan dengan
sesama penyintas. Rasa ini timbul karena adanya bantuan yang datang kepada Ibu P.C, ia mendapatkan banyak bantuan secara material berupa uang karena ia
mempunyai anak yang sedang menjalani pendidikan dari jenjang SD sampai Kuliah. Sehingga apapun bantuan yang diberikan setiap jenjang pendidikan, ia
pasti mendapatkannya akan tetapi, ada saja orang yang berkata-kata kasar terhadapnya, merasa bahwa bantuan yang diberikan tidak adil karena hanya Ibu
P.C saja yang mendapatkan uang tersebut. Ibu P.C sudah mengerti dengan sifat iri yang dimiliki temannya sehingga ia tidak terlalu memikirkan hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
“Tetapi gimana lah sudah saling pengertianlah disini, enggak usah ku pikirin kali dia, kalau sama
ku dikasih, ya.. itu lah buat anakku” P.CW.1b.442-444h.15
Selain itu, salah paham yang terjadi saat berhubungan dengan sesama juga terjadi saat berhubungan dengan sesama. Ibu P.C sebisa mungkin untuk mencari
setiap solusi dari permasalahan antar sesama pengungsi namun, yang ia dapat hanya perkataan kasar saja. Ia juga tidak mengambil permasalahan dengan orang
lain menjadi suatu pikiran atau perasaan yang tidak enak di dalam hati. Ibu P.C tetap akan berusaha untuk memberikan perhatian pada temannya agar tetap
terjalin hubungan yang baik. Hal ini karena ia merasa bahwa mereka yang ada di pengungsian khususnya desa kebayaken dianggapnya sudah seperti saudara
sendiri. “Iya, ngapain kita enggak berhubungan baik. Kita masih keluarga semua
di kampung itu, sepertinya masih satu opung terus itulah nanti kita berantem”
P.CW.1b.446-448h.15 Berdasarkan penjelasan diatas, Ibu P.C mempunyai hubungan yang baik
dengan orang lain dengan cara memahami, memelihara, dan menerima dalam berhubungan dengan temannya, meskipun terasa begitu capek untuk dimengerti
namun, ia berupaya untuk selalu menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.
3. Otonomi
Upaya yang dilakukan Ibu P.C adalah menanam jeruk, menanam kentang, cabai dan kol meskipun ia melihat harga pasaran untuk tanaman tersebut menurun
ia tetap berupaya untuk menanamnya. Ibu P.C yakin dengan upaya yang ia lakukan seperti menanam, akan menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari serta kebutuhan biaya pendidikan anaknya.
Universitas Sumatera Utara
“yakin lah.. mudah-mudahan” P.CW.2b.865h.29
4. Penguasaan Lingkungan
Erupsi Gunung Sinabung sewaktu-waktu akan kembali terjadi dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui kapan akan berhenti. Setelah diperbolehkan
pulang ke kampung halaman, Ibu P.C menghadapi kembali tantangan akibat erupsi Gunung Sinabung yang menyelimuti tanamannya yaitu adanya abu
vulkanik. Ibu P.C merasa lelah setiap kali harus menghadapi tantangan bahwa tanaman yang sudah ditanam, tidak dapat tumbuh dengan subur karena dampak
abu vulkanik, namun dibalik pengalamannya selama mengahapi tantangan tersebut, ia mengatasinya dengan cara menanam jauh dari rumahnya, tepatnya
dekat dengan hutan. Hal ini dilakukan agar Ibu P.C dapat menanam dan mempunyai penghasilan.
“Sudah kami cobalah nanam-nanam jauh dari kampung itu, menanam ke hutan-
hutan itu”. P.CW.1b.77-79h.3
Selain mengatasi masalah dengan menanam di tempat yang jauh dari gunung, Ibu P.C juga mempunyai cara untuk mengelolah tanamannya agar
berhasil dipanen yaitu dengan cara tidak menanam tanaman terlalu banyak. Ia menganggap apa yang dikerjakan sedikit namun lama kelamaan menjadi bukit
pasti akan berhasil nantinya. “Sedikit kita tanam kalau datang debu, kita siram begitu. Kalau dulu
10.000 kita tanam, sekarang 1000 pun kita tanam, kita siram ee kalau datang debu itu kita siram pakai air sedikit-
sedikit” P.CW.1b.128-132h.5
Universitas Sumatera Utara
“Dari pada lebar kita menanam, enggak tersiram, nanti mati juga. Lebih baik, sedikit kita siram. Itu nanti berhasilkan bisa”.
P.CW.1b.136-138h.5 Apabila erupsi kembali terjadi, maka tindakan yang akan dilakukan Ibu
P.C adalah mengikis tanah agar dapat ditumbuhi oleh tanaman yang baru untuk bercocok tanam kembali, meskipun abu vulkanik yang menutupi lahannya begitu
tebal, ia akan tetap kembali mengikisnya. Ibu P.C tidak hanya mengikis tanah di daerah lahan pertaniannya saja, ia juga akan mengikis abu yang menutupi
halaman rumahnya. “Iya lah, gimana debu segini, kami kikis. Di depan rumah kami itu sudah
banyak debu kami kikis” P.CW.1b.397-398h.13
Berdasarkan gambaran diatas, terlihat Ibu P.C mampu untuk memilih tempat untuk menanam tanaman agar dapat dipanen dengan hasil yang
memuaskan, lalu ia berupaya untuk menanam sedikit demi sedikit agar tidak terlalu lelah untuk merawat dan membersihkan tanaman apabila erupsi gunung
kembali terjadi.
5. Tujuan Hidup
Pasca bencana alam yang terjadi di kehidupan Ibu P.C tidak membuatnya menjadi seorang yang tidak mempunyai tujuan hidup. Ibu P.C merasa semakin
terdorong untuk tetap semangat dalam bekerja agar ia dapat memberikan pendidikan yang tinggi untuk anak-anaknya. Ibu P.C merasa bahwa ia
bertanggung jawab untuk membiayai pendidikan anak sampai pada jenjang perkuliahan. Hal ini karena ia merasa bahwa anaknya harus mempunyai
pendidikan yang tinggi. Selain itu, Ibu P.C juga mempunyai harapan supaya
Universitas Sumatera Utara
Gunung Sinabung tidak erupsi kembali, sehingga ia dapat mencapai target yang sudah ia rencanakan dengan bekerja kembali dan memenuhi kebutuhan
pendidikan anak. “Sudah gimana lah tetapi seperti semangat ku begitu, gimana anak ku ini
bisa tamat kuliah, yang ini bisa masuk kuliah begitu sudah pikiranku”. P.CW.1b.262-264h.9
“Rencana itu tadi, berusahalah gimana agar bisa mencukupi kebutuhan anak-anak ini. gimana caranya begitu. gimana kalau sekarang kan ku
bilang kan ee belum apa... belumnya kami berhasil tetapi kami sudah balik, kami sudah pulang ke kampung, sepertinya sudah lega sekali begitu.
enggak meletus lagi gunung itu, sudah lega perasaan ini” P.CW.2b.998-1003h.33
6. Pertumbuhan Pribadi
Pasca bencana alam membuat perubahan dalam kehidupan yang dijalani Ibu P.C. Perubahan ini berdampak terhadap dirinya serta perubahan terhadap
kondisi lahan pertanian tempat ia bekerja. Ibu P.C merupakan seorang yang dapat terbuka terhadap pengalaman yang baru dari orang lain yang sudah berhasil, ia
seorang yang dapat mengikuti perkembangan agar dapat berhasil menjadi seorang pentani. Hal yang dilakukannya adalah memberi pupuk musa agar tanaman yang
sudah ditanam olehnya dapat tumbuh dengan subur meskipun abu vulkanik datang lalu hujan menguyuri tanamanannya, namun apabila menggunakan menggunakan
pupuk tersebut tanah yang terkena abu vulkanik tidak mengeras. “Ya.. Gimana kalau menanam kita, serius kita menanamnya begitu.
gimana supaya berhasil, bertanya sama orang lain... orang lain kenapa berhasil seperti kemarin orang lain pake musa, kita enggak yaa,,, kita
coba dulu pengalaman orang lain. Kita pakai lah musa itu. kan begitu
gimana caranya biar berhasil”. P.CW.2b.1016-1020h.34
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9. Rangkuman Analisis Psychological Well-being Pada Partisipan C
No Dimensi
Gambaran Psychological Well-being
1 Penerimaan Diri - Merasa sedikit-sedikit dapat menerima kenyataan pasca bencana
- Merasa tidak sendiri merasakan dampak bencana alam - Menyadari kesehatan bahwa kesehatan penting untuk dijaga agar
dapat mencapai tujuan hidup untuk bekerja dan membiayai anak sekolah
- Menyadari kekurangan yaitu putus asa dan tidak ingin bekerja, namun ia tidak ingin terlarut dalam kesedihan, ia kembali bangkit
dan mulai bekerja kembali - Menyadari kelebihan yaitu kuat menghadapi tantangan hidup
2 Hubungan
Positif dengan
Orang lain - Menjalin hubungan yang positif dengan orang lain
- Mengetahui dan memahami karakter teman - Menerima kekurangan yang dimiliki teman
- Memaafkan orang lain yang sudah menyakiti perasaannya 3
Otonomi - Berupaya untuk bekerja diladangnya meskipun ia harus berusaha
keras untuk megupayakannya sendiri. - Meyakini setiap upaya yang dilakukan akan menghasilkan buah
4 Penguasaan
Lingkungan - Menghadapi tantangan dengan cara belajar dari pengalaman
- Mengatasi masalah abu vulkanik yang datang sewaktu-waktu maka Ibu P.C menanam di tempat yang jauh dari gunung
- Mengolah lahan pertanian apabila terkena abu vulkanik dengan menanam sedikit namun dapat dirawat dengan mengikis abu
vulkanik tersebut. 5
Tujuan Hidup - Memiliki banyak harapan melalui bekerja dapat menghasilkan
uang untuk biaya pendidikan anak sampai pada kuliah. - Harapan agar gunung tidak erupsi kembali agar ia tetap bekerja
6 Pertumbuhan
Pribadi - Terbuka terhadap pengalaman baru dari orang lain yang sudah
berhasil dengan mempelajari pupuk tertentu untuk menyuburkan tanah
Universitas Sumatera Utara
4. Partisipan D Ibu P.D a. Gambaran
Social Support yang diperoleh Pada Partisipan D 1.
Tangible or Instrumental Support
Selama tinggal di pengungsian, Ibu P.D memperoleh bantuan dari tiga sumber, sumber bantuan pertama diperoleh dari pemerintah, sumber bantuan
kedua diperoleh dari modramen dan sumber bantuan ketiga diperoleh dari mahasiswa, lembaga-lembaga atau perusahaan. Setiap kali membutuhkan bantuan,
pihak pemerintah selalu memberikan bantuan secara merata ke seluruh posko pengungsian. Ibu P.D memperoleh bantuan dari pemerintah berupa makanan
seperti beras, minyak makan, ikan dan kebutuhan lain. “utamanya makanan kita tetap dari pemerintah”
P.DW.1b.203h.7 “Beda lagi kalau dari pihak ketiga, kalau dari pemerintah sama saja
begitu seperti beras, minyak makan, ikan, sabun pokoknya apa yang kita minta pemerintah dikasih begitu”
P.DW.2b.596-598h.20 Ibu P.D merasa berbeda ketika tinggal di rumah dengan tinggal di
pengungsian. Hal ini karena makanan yang diberikan tidak seenak yang diharapkannya, namun bantuan apapun akan diterima oleh Ibu P.D. Bantuan
material berupa makanan diperoleh Ibu P.D dari pemerintah. Bantuan tersebut seperti beras bulog dan ikan asin. Bantuan beras yang diberikan setiap harinya
sekitar 4 gram per orang untuk sekali makan. Bantuan ini disalurkan ke posko pengungsian setiap 2 minggu sekali. Bantuan dari pihak lain yaitu kedutaan besar
jerman yang memberikan bantuan makanan berupa daging. Bantuan daging dari
Universitas Sumatera Utara
pihak lain disalurkan terlebih dahulu kepada BPBD untuk disebarkan ke posko pengungsian lainnya.
“Untuk kebutuhan logistik apalah kita bilang ya dek, namanya kita mengungsi kan enggak bisa enak-enak saja kan, kalau beras dikasih
pemerintah bulog, ikan dikasih juga ikan asin” P.DW.1b.322-324h.11
“Hari jumat begini nanti sore ada daging. Tetapi kalau daging itu dari kedutaan besar Jerman tetapi melalui BPBD juga”
P.DW.1b.324-326h.11 Selain bantuan makanan, Ibu P.D juga mendapatkan bantuan kesehatan
berupa obat yang disediakan di posko pengungsian jadi setiap ada keluhan sakit, Ibu P.D dapat meminta obat gratis di bagian logistik posko pengungsian. Selain
itu, pemerintah juga menyediakan layanan kesehatan di rumah sakit buah hati secara gratis diberikan kepada penyintas yang tinggal di pengungsian. Pelayanan
kesehatan yang diperoleh secara gratis oleh Ibu P.D hanya sampai pada bulan 6 tahun 2014.
“ada memang pos kesehatan, disuruhnya ke klinik Buah Hati itu kami” P.DW.1b.215-216h.7
Bantuan kesehatan juga diperoleh dari pihak lain yaitu Stasiun Televisi SCTV serta relawan seperti dokter yang tujuannya untuk memberikan bantuan
material berupa pelayanan kesehatan bagi penyintas yang tinggal di posko pengungsian.
“Terkadang ada juga dokter-dokter relawan datang begitu yaa.. diperiksa...seperti kemarin itu dari stasiun televisi SCTV datang, pribadi
juga ”.
P.DW.1b.372-375h.12
Universitas Sumatera Utara
Ibu P.D merasa bahwa bantuan yang diperoleh dari pemerintah secara merata diberikan kepada seluruh posko pengungsian. Berbeda halnya dengan
bantuan yang diperoleh dari pihak lain. Pihak lain memberikan bantuan sesuai dengan keinginan hati untuk membantu ke posko tertentu saja. Berbagai bantuan
yang diberikan kepada Ibu P.D, bantuan berupa beras, roti, dan uang. Bantuan juga diperoleh dari anggota DPR berupa uang, sabun, dan makanan. Uang yang
diperoleh dipergunakan untuk membeli sirih. Hal ini terlihat juga pada saat di salah satu ruangan, sudah tersedianya bahan untuk menyirih.
Bantuan yang diperoleh Ibu P.D tidak hanya itu saja, ia memperoleh bantuan berupa uang senilai 3 juta. Bantuan uang yang diberikan kepada Ibu P.D
pada saat pulang ke kampung halaman yaitu desa sukanalu. Bantuan uang digunakan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari serta modal untuk bercocok
tanam di ladang sendiri, akan tetapi Ibu P.D merasa bahwa bantuan tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup Ibu P.D. Hal ini karena Ibu P.D harus
membiayai pendidikan untuk keempat anak yang masih menjalani pendidikan dibangku SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi
“Sukanalu dan sigarang-garang saja karena kami disuruh pulang itu, mencoba untuk membersihkan lahan masing-masing gajinya Rp. 50.000,-
hari. Jadi dengan perkiraan 60 hari, lahan sudah dibersihkan agar bisa
bercocok tanam lagi” P.DW.1b.251-254h.9
“Katanya kan yang 3 juta itu untuk modal kita membersihkan lahan selama 2 bulan, 50 ribu 1 hari kan, 2 bulan 60 hari kan, 50 dikali 60 hari
kan suda h pas 3 juta kan”.
P.DW.2b.541-543h.19
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan diatas, Ibu P.D memperoleh dukungan material dari berbagai pihak berupa makanan seperti beras bulog, ikan asin, daging, dan
roti, serta pelayanan kesehatan seperti klinik maupun obat yang diberikan secara gratis dan uang senilai 3 juta yang digunakan untuk membuka usaha pertanian
kembali.
2. Informational Support
Dukungan informasi yang diperoleh anak Ibu P.D berupa pengajaran yang diberikan oleh relawan kepada anaknya. Hal ini karena melihat terbatasnya
keadaan di pengungsian sehingga diberikan dukungan terhadap anak dalam mempermudah mengikuti pelajaran di sekolah. Selama di pengungsian, anak Ibu
P.D terpaksa harus menumpang di sekolah orang lain di sekitar Kabanjahe sehingga jadwal sekolah anak yang biasanya masuk pagi menjadai masuk siang
setelah tinggal di posko pengungsian anak. Hal ini membuat perubahan dalam cara belajar anaknya sehingga relawan yang melihat keadaan tersebut berinisiatif
untuk memberikan pengajaran setiap pagi sebelum anak pergi ke sekolah. “Itupun dia berikan waktu untuk anak kita pun sudah lumayan karena
belajar di sekolah di jam mengantuk kan, masuk jam 2 sampai jam 5 kan, jam ngantuk itu. Jadi pagi-pagi dia mengajar mulai jam 9-12 dibikin
berkelompok begitu kan, kelas 1 disini, kelas 2, kelas 3 begitu dia kemarin itu, namanya juga mahasiswa”
P.DW.1b.278-282h.10 “Ngajar bidang studi sekolah lah, kalau ada PR nya begitu kan entah IPA,
Matematika kan, Apa saja... begitu minta bantuan, anak- anak diajarinya”
P.DW.2b.701-702h.24 Selain itu, bantuan juga diperoleh Ibu P.D. Bantuan informasi untuk
mengarahkan dan membimbing orang tua agar tetap kuat untuk menjalani kehidupan pasca bencana alam. Informasi yang diberikan mengenai cara
Universitas Sumatera Utara
mengatasi dampak yang terjadi akibat bencana alam kemudian memberikan solusi untuk tetap berupaya menjalani hari-hari yang lebih baik lagi.
“Dia juga itu ngasih bimbingan-bimbingan untuk orang tua. Bimbingan karena menghadapi, gimana menghadapi gunung meletus, ceramahan
begitu. gimana cara menghadapi gunung meletus, gimana usaha- usahanya”.
P.DW.2b.708-711h.24 Ibu P.D merasa bahwa bantuan seperti bimbingan untuk memberikan
informasi tersebut bermanfaat untuk kesejahteraan secara psikologisnya. Hal ini karena Ibu P.D merasa sudah terlalu sering mendengar gemuruh Gunung
Sinabung yang sedang erupsi sehingga membuat Ibu P.D khusunya pada anak- anaknya yang mengalami trauma ketika mendengar suara yang mirip dengan
gerumuh erupsi gunung. “Bermanfaatlah itu dek karena anak kami sudah trauma ya, sudah sakit
jiwanya” P.DW.2717-718h.24
Ibu P.D merasa senang dengan adanya bantuan yang diberikan kepada anaknya karena ia merasa bahwa bantuan informasi seperti mengajar anak dapat
memberi manfaat kepada anaknya. Ibu P.D merasa dukungan informasi ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan. Hal ini karena melihat rata-rata jenjang
pendidikan warga desa hanya tamatan dari sekolah dasar SD sehingga dukungan informasi seperti itu bermanfaat untuk diberikan.
Berdasarkan penjelasan diatas, Ibu P.D memperoleh dukungan informasi dengan memberikan pengajaran kepada anak mengenai pendidikan dan dukungan
informasi berupa bimbingan dalam mengatasi stress akibat bencana alam.
Universitas Sumatera Utara
3. Companionship Support
Dukungan kesediaan meluangkan waktu dengan orang lain seperti acara kerohanian. Ibu P.D memperoleh dukungan melalui acara kerohanian yang
diperoleh dari relawan-relawan seperti mahasiswa dan pihak lainnya. Setiap kali, relawan membuat suatu acara di posko pengungsian, tidak hanya
menyelenggarakan acara kerohanian saja, namun mereka memberikan dukungan lainnya seperti mengajar anak-anak.
“Iya kebaktian... ada juga kemarin itu mahasiswa-mahasiswa kan ee... yang mau dia mengajar anak-anak, tinggal juga dia disini, begitu diajarin
anak-anak untuk mengisi waktu anak-anak kan, pagi hari begitu diajaknya
belajar” P.DW.1b.272-275h.9-10
Selain itu, pihak lain juga membantu secara pribadi. Bantuan berupa acara natal bersama yang diselenggarakan oleh salah seorang DPR memberikan
undangan, acara tidak hanya untuk memperingati hari natal saja namun bantuan secara material juga diberikan kepada para penyintas di pengungsian.
“Seperti DPR itu kan diundangnya kami natal, makan bersama, dikasihnya juga uang santunan begitu untuk beli sirih, ada juga kasih
sabun ada juga kasih makan begitu” P.DW.2b.588-590h.20
Bantuan lainnya, diperoleh anak Ibu P.D berupa acara bersama dengan anak-anak. Mereka memperbaiki kamar mandi yang rusak, membersihkan los, dan
bermain bersama dengan anak-anak. Bantuan ini diperoleh dari pihak ketiga yaitu mahasiswa. Sebelum mereka membuat acara bersama dengan anak-anak ini
terlebih dahulu mereka melihat kegiatan anak yang pada saat itu sedang libur sekolah sehingga acara yang dibuat oleh relawan dapat diikuti seluruh anak.
Universitas Sumatera Utara
“Orang itu ajak anak-anak. Kamar mandi rusak airnya berhenti. Orang itu ajak anak-anak bersihkan los itu terus ajak anak-
anak dia bermain” P.DW.2728-730h.25
Berdasarkan penjelasan diatas, telihat bahwa saat dipengungsian dukungan kebersamaan melalui acara kerohanian dan acara natal bersama kemudian
dukungan kebersamaan dari relawan juga diperoleh saat Ibu P.D sudah pulang ke kampung halaman, yang dilakukan bersama anak-anak untuk membersihkan dan
memperbaiki kamar mandi yang rusak dan los.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Rangkuman Analisis
Social Support yang diperoleh Pada Partisipan D No
Bentuk Social Support
Social support yang diperoleh
1 Emotional or Esteem
support 2
Tangible or Instrumental Support
- Memperoleh bantuan makanan dari perintah - Memperoleh pelayanan kesehatan dari pemerintah dan
dokter relawan berupa obat gratis serta rumah sakit gratis yang disediakan pemerintah selama adanya
pengungsi - Memperoleh bantuan dari pihak pribadi membuat acara
serta memberikan makanan, perlengkapan mandi serta uang. Uang yang digunakan untuk membeli sirih.
- Memperoleh dana
dari pemerintah.
Ibu P.D
mengunakannya untuk modal pertanian agar dapat membiayai kebutuhan sehari-hari serta pendidikan anak
3 Informational Support
- Anak Ibu P.D memperoleh pengajaran yang diberikan oleh relawan untuk mempermudah mengikuti pelajaran
disekolah - Memperoleh arahan serta bimbingan agar orang tua tetap
kuat untuk menjalani kehidupan pasca bencana 4
Companionship Support - Berkumpul dengan teman-teman untuk mengikuti acara
rohani yang dibuat oleh relawan di posko pengungsian - Berkumpul dengan teman-teman untuk mengikuti acara
natal bersama yang dibuat oleh pihak pribadi yaitu anggota DPR
- Berkumpul bersama anak-anak serta relawan untuk membersihkan kamar mandi serta los, kemudian
bermain bersama anak-anak saat sudah pulang ke kampung halaman.
Universitas Sumatera Utara
b. Gambaran Social Support yang dibutuhkan Pada Partisipan D
1. Tangible or Instrumental Support
Bantuan material yang paling dibutuhkan oleh Ibu P.D adalah modal untuk pertanian. Hal ini karena pertanian merupakan sumber kehidupan Ibu P.D, karena
dari hasil bertani ia dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai pendidikan untuk anak-anaknya tanpa bertani ia tidak dapat memberikan semua
yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. Bantuan modal yang dibutuhkan untuk lahan pertanian seperti bibit dan pupuk. Ibu P.D sudah meminta pertolongan agar
diberikan bantuan tersebut kepada pemerintah namun, ia belum mendapatkan bantuan yang diharapkannya karena untuk ia harus melewati proses pembuatan
proposal kepada pemerintah agar bantuan tersebut dapat disalurkan kepadanya. “Iya.. jadi maunya pendidikan anak ini sama pertanian ini yang perlu”
P.DW.1b.338-339h.12 “Yang sesuai sama lahan kami lah dek, lahan kami ya... kol, kentang,
cabai, tomat, padi, jagung” P.DW.2b.800-801h.27
Selain membutuhkan modal untuk lahan pertanian, Ibu P.D juga membutuhkan biaya pendidikan untuk anak agar anak-anaknya yang masih duduk
di bangku perkuliahan, SMA, SMP dan SD agar dapat melanjutkan pendidikan sampai selesai. Selain itu, Ibu P.D juga membutuhkan bantuan berupa sembako
namun, Ibu P.D menyadari bahwa bantuan yang paling penting diberikan padanya yaitu bantuan untuk lahan pertanian. Hal ini karena bantuan lebih efektif apabila
lahan pertanian diberikan maka dapat memberikan pekerjaan kepadanya sehingga ia mendapatkan penghasilan sendiri dari pekerjaannya lalu, dengan bantuan
tersebut ia sudah dapat mandiri tanpa pertolongan orang lain lagi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Rangkuman Analisis
Social Support yang dibutuhkan Pada Partisipan D No
Bentuk Social Support
Social support yang dibutuhkan
1 Emotional or Esteem
support 2
Tangible or Instrumental Support
- Membutuhkan modal untuk pertanian berupa bibit dan pupuk. Bantuan ini paling penting menurut Ibu P.D. Hal
ini karena pertanian merupakan sumber kehidupan Ibu P.D, karena dari hasil bertani ia dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan membiayai pendidikan untuk anak-anaknya tanpa bertani ia tidak dapat memberikan
semua yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. - Membutuhkan dana untuk pendidikan anak karena
anaknya yang duduk di bangku perkuliahan, SMA, SMP dan SD masih membutuhkan biaya yang banyak.
- Membutuhkan bantuan makanansembako 3
Informational Support 4
Companionship Support
Universitas Sumatera Utara
c. Gambaran Psychological Well-being Pada Partisipan D
1. Penerimaan Diri
Ibu P.D menyadari kekurangan yang ia miliki saat ini adalah seorang yang lemah. Hal ini karena akibat bencana yang terjadi mata pencarian Ibu P.D sudah
berkurang sehingga ia tidak memiliki modal lagi untuk menanam. “Sudah putus modal pun enggak ada lagi, kan lemah kita”
P.DW.2b.839-840h.28 Lemah secara ekonomi tidak membuat Ibu P.D lupa untuk mengingat
rencana yang terbaik akan diberikan oleh Tuhan YME, ia menyadari bahwa bencana alam yang terjadi merupakan rencana yang terbaik diberikan oleh Tuhan.
Ibu P.D menyadari akan kekuarangan yang ia miliki sebagai seorang yang sudah lemah namun hal itu tidak membuatnya berhenti untuk berupaya, ia mampu untuk
menerima masa lalu secara positif setelah kejadian erupsi Gunung Sinabung. Ibu P.D berupaya untuk meminjam modal kepada saudaranya yang lain untuk dapat
menanam kembali. “Aku sanggup menerima keadaan, aku sanggup menerima keadaan. Pasti
ini ada rencana Tuhan” P.DW.2b.842-843h.28
Berdasarkan gambaran diatas, Ibu P.D dapat menerima keadaanya setelah bencana alam yang dialaminya. Ibu P.D merasa dengan menyadari bahwa dirinya
sudah semakin lemah secara ekonomi namun Ibu P.D dapat menerima kelemahan yang dijadikannya sebagai dorongan untuk tetap berupaya dengan cara meminjam
modal pada orang lain.
Universitas Sumatera Utara
2. Hubungan Positif dengan Orang lain
Selama tinggal di pengungsian, Ibu P.D merasa bahwa hubungan dengan sesama pengungsi kurang terjalin dengan baik. Hal ini karena setiap orang yang
berada di pengungsian merasa sudah stress sehingga hal kecil dapat menjadi pertengkaran. Pertengkaran terjadi pada sesama pengungsi karena perbedaan
persepsi dalam menanggapi suatu hal, misalnya mengenai memasak dapat menjadi pertengkaran karena perbedaan cara memasak bumbu masakan kemudian
pertengkarang juga terjadi karena terlalu lama memasak. Ibu P.D sudah merasa terbiasa dengan pertengkaran yang terjadi di pengungsian, ia menganggap
masalah dalam hubungan dengan orang lain suatu hal yang biasa karena dapat diselesaikan. Ibu P.D seorang yang tidak ingin adanya pertengkaran, ia memilih
untuk menghidar dengan cara tidak menanggapi orang tersebut. “Hubungan sosial, kalau komunikasi sehari-hari namanya juga
pengungsi, kadang kita murah tersinggung kan... kadang kita naik emosi jadi yang begituan anggap sepele sajalah”.
P.D.W.1344-346h.12
3. Otonomi
Pasca bencana alam mengakibatkan dampak terhadap lahan pertanian miliki Ibu P.D menjadi rusak, berbagai bantuan yang diharapkan tidak kunjung
datang sehingga Ibu P.D melihat keadaan itu tetap akan berupaya sendiri untuk menanam di lahan pertaniannya meskipun bantuan yang dibutuhkan tidak
diberikan kepadanya. Ibu P.D akan berupaya sendiri tanpa mengharapkan bantuan dari pemerintah. Sebelum ia dipulangkan ke kampung halaman, ia mencoba untuk
menanam sendiri dengan upaya meminta pinjaman modal pupuk tanaman dari
Universitas Sumatera Utara
saudaranya yang tinggal di Naman. Ibu P.D meminta pinjaman pupuk sebanyak 200 kg.
“Berusahalah kita... berusahalah... buka lahan pertanian. Enggak usah diharapkan pemerintah iya kan enggak jelas”
P.DW.2b.842-843h.28 “Kalau aku pribadi gimana lah ku bilang, seperti yang tadi ku bilang
sama kamu kan. aku bisa nanti minjam- minjam kesana kemari nanam”
P.DW.2b.878-880h.29 “Iya ini sudah disetujui, 200 bibit mau ku pinjam. Dia kan toke pupuk jual
pupuk” P.DW.2b.888-889h.30
4. Penguasaan Lingkungan
Sebelum Ibu P.D diresmikan kembali ke kampung halaman, ia sudah terlebih dahulu pulang ke kampung untuk menanam kentang dan membersihkan
kopi meskipun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, namun ia mengupayakan tetap bekerja dengan jarak yang cukup jauh antara pengungsian
dengan lahan pertanian miliknya di desa sukanalu.
5. Tujuan Hidup
Setelah pulang ke kampung halaman, Ibu P.D akan berupaya membersihkan lahan pertanian agar ia dapat bercocok tanam kembali. Ibu P.D
merencanakan setelah adanya bantuan maka ia kembali akan bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Ibu P.D akan menggunakan uang dari hasil pertanian
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membeli minyak makan dan memenuhi kebutuhan untuk perlengkapan mandi seperti sabun.
“Iya, itu semalam dibilang bapak itukan. Diusahakannya kita tetap bertani”
P.DW.1b.410-411h.14
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, Ibu P.D juga mampu untuk membuka usaha sendiri dari modal yang diberikan oleh pemerintah senilai 3,8 juta. Setelah bantuan yang dibutuhkan
sudah diperoleh Ibu P.D maka ia akan merasa senang. Hal ini karena sudah terbuka lowongan bagi orang lain untuk bekerja di lahan pertanian miliknya
maupun lahan pertanian milik temannya. Setiap orang yang punya lahan pertanian dikampung biasanya akan saling membantu untuk membersihkan, merawat atau
memanen. “Iya, kalau sudah ada itu. sebetulnya bibit pertanian ini yang perlu, itulah
jalan untuk membuka usaha kami” P.DW.2b.828-829h.28
6. Pertumbuhan Pribadi
Ibu P.D ingin membuat usaha selain bertani yaitu membuka usaha ternak. Pengalaman baru ini awalnya diusulkan oleh pemerintah untuk dapat
direalisasikan oleh Ibu P.D agar ia dapat bekerja kembali dan mempunyai penghasilan dari usaha ternak tersebut. Hal ini karena melihat kondisi lahan
pertanian tidak cukup subur untuk ditumbuhi oleh tanaman sehingga hasil yang dipanen tidak terlalu memuaskkan untuk di jual ke pasar.
“Kalau ada keinginan untuk berternak buat kelompok, buat laporan, buat proposal kemudian diantar ke BPBD biar diurus begitu katanya kemarin,
katanya...” P.DW.1b.410-413h.14
“Itu semalam diusulkannya kalau mau nanti beternak dibuat kelompok. apa yang mau kita kerjakan kalau disana daerah pertaniannya kan”.
P.DW.1b.512-514h.17
Universitas Sumatera Utara
Setelah Ibu P.D dipulangkan ke kampung halaman, ia sudah mulai melakukan pekerjaannya sebagai petani. meskipun ia sudah kembali bekerja, ia
masih tetap berminat untuk membuat usaha ternak seperti yang diusulkan oleh pemerintah. Hal ini karena Ibu P.D merasa bahwa mengerjakan usaha ternak tidak
terlalu susah untuk dirawat dan tidak harus dijaga setiap saat. “Masih berminat karena ternak itu kan masih bisa juga kita tinggalkan
dia, enggak harus dijaga kan”. P.DW.2b.896-897h.30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12. Rangkuman Analisis Psychological Well-being Pada Partisipan D
No Dimensi
Gambaran Psychological Well-being
1 Penerimaan Diri - Menyadari kekurangan yang dimiliki pasca bencana yaitu merasa
lemah karena tidak memiliki modal untuk bekerja sebagai petani - Menyadari dibalik kekurangan, ia memiliki kelebihan yaitu
mampu mengupayakan modal untuk menanam kembali dengan meminjam modal dari saudaranya
- Merasa mampu menerima keadaan yang sudah terjadi pasca bencana alam
- Merasa bahwa Tuhan memberikan rencana yang terbaik baginya 2
Hubungan Positif
dengan Orang lain
- Merasa hubungan terjalin dengan baik dengan orang lain - Memilih untuk menghindar apabila terjadi pertengkaran
- Merasa menyelesaikan masalah dengan teman 3
Otonomi - Berupaya sendiri mencari modal untuk menanam tanpa
mengharapkan bantuan dari orang lain - Mencoba menanam kembali meskipun tanah dinyatakan belum
dapat tumbuh dengan subur 4
Penguasaan Lingkungan
- Saat Ibu P.D masih berada di pengungsian, ia mencoba membersihkan tanaman terlebih dahulu meskipun biaya yang
dikeluarkan tidak sedikit namun ia tetap mengupayakan agar tetap bekerja dengan jarak yang cukup jauh.
5 Tujuan Hidup
- Berencana akan berupaya membersihkan lahan pertanian agar dapat bekerja kembali
- Berencana akan mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
- Setelah bantuan diberikan ia merasa senang karena sudah terbuka lowongan kerja untuk bercocok tanam untuk orang lain
6 Pertumbuhan
Pribadi - Terbuka terhadap pengalaman baru dengan membuka usaha
ternak - Membuka usaha ternak tidak terlalu sudah untuk dirawat
Universitas Sumatera Utara
5. Partisipan E Ibu P.E a. Gambaran
Social Support yang diperoleh Pada Partisipan E 1.
Tangible or Instrumental Support
Selama tinggal di pengungsian, Ibu P.E memperoleh banyak bantuan berupa beras, minyak, sabun, indomie, dan telur. Sampai sekarang bantuan
material berupa beras, dan indomie tetap diberikan namun, tidak sebanyak sewaktu dahulu saat pertama Ibu P.E mengungsi. Bantuan lain juga diberikan oleh
berbagai perusahaan, Ibu P.E memperoleh banyak bantuan berupa indomie dan telur.
“Dulu banyak... kalau dulu banyak ya seperti beras sampai sekarangpun beras ada. Ada di dapur umum, beras, minyak, sabun... banyak... banyak
lah indomie, telur”. P.EW.1b.133-135h.5
“Kalau bantuan dari luar banyak PT nya, perusahaan-perusahaan dikasih indomie, telur, banyak dari perusahaan-
perusahaan lah”. P.EW.1b.151-152h.6
Berbagai bantuan yang diberikan kepada Ibu P.E saat berada di pengungsian. Bantuan yang diperoleh dari pemerintah, awalnya pemerintah
membuat posko logistik utama jadi apabila kekurangan makananan di posko pengungsian, dapat meminta dan mengambil ke posko logistik utama. Bantuan
seperti beras, minyak dan pampers untuk anak juga dapat diminta langsung kepada bagian logistik umum. Bantuan dari pemerintah terakhir kali diberikan
pada tanggal 26 juni 2014, pemerintah memberikan surat pernyataan tersebut. Lalu para penyintas menerimanya pada tanggal 10 juli 2014. Setelah beberapa
bulan kemudian, pada bulan maret tahun 2015 Ibu P.E mendapatkan bantuan
Universitas Sumatera Utara
material berupa uang untuk menyewa rumah 1,8 juta dan menyewa lahan pertanian 2 juta untuk menyewa selama 6 bulan.
“Kan perjanjian dikasihnya sewa ladang 2 juta satu tahun, sudah dikasih waktu kami berpisah dari pemerintah lah lalu sewa rumah dikasih Rp.
1.800.000. per 6 bulan” P.EW.1b.270-272h.9
Sejak adanya surat pernyataan dari pemerintah bahwa bantuan tidak disalurkan lagi dan pengungsi sudah tidak ada lagi, sebagian peyintas sudah
menyewa rumah diluar, namun seperti Ibu P.E yang tidak memiliki dana yang lebih untuk menyewa rumah lagi maka ia kembali menempati posko pengungsian
di UKA. Hal ini juga dilakukan Ibu P.E karena sudah mendapatkan izin dari pihak yayasan UKA tersebut. Ibu P.E diizinkan untuk tinggal di UKA sampai relokasi di
siosar sudah selesai dibangun. Ibu P.E merasa senang dengan bantuan yang diberikan.
Selain itu, bantuan juga datang seperti terapi tubuh yang bermanfaat untuk merilekskan tubuh agar tidak stress. Terapi dilakukan setiap malam. Ibu P.E selalu
ikut berpartisipasi setiap acara yang dibuat oleh relawan yang berasal dari orang luar. Hal ini karena ia merasa bagian dari desa simacem.
“Iya supaya rileks supaya jangan stress. Kalau sudah lulus terapinya dikasih baju kalau belum, enggak”
P.EW.1b.182-183h.7 Setiap acara yang diselenggarakan di posko pengungsian tidak semua
orang mengikuti kegiatan tersebut karena tidak ada paksaan bagi mereka yang tidak ingin mengikuti. Ibu P.E tidak mengikuti kegiatan terapi tersebut karena ia
tidak mempunyai waktu luang, ia harus menjaga anak setiap malam dan ia juga harus menjaga posko kesehatan. Ibu P.E merupakan seorang pekerja PTT di desa
Universitas Sumatera Utara
simacem, saat di pengungsian ia juga tetap melaksanakan tugasnya untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Selain pelayanan kesehatan, Ibu P.E juga mendapat dukungan dari Dinas Sosial berupa beras dan uang. Beras yang diberikan sebanyak 4 ons per orang,
bantuan ini diberikan selama 1 bulan. Uang yang diberikan senilai lima ribu per orang setiap hari selama dua bulan. Ibu P.E merasa bersyukur setiap bantuan yang
ia dapatkan meskipun hanya sedikit bantuan yang ia peroleh, namun bantuan tersebut harus disyukuri
“Ngasih uang pun pernah, ngasih beras. Dikasih Rp.5000 per kepala. Dikasihnya perbulan begitulah”
P.EW.1b.231-232h.8 “yaa... bersyukurlah. Sedikit apapun itu kan bantuan. Ya harus kita
syukuri” P.FW.1b.234-235h.8
Selain itu, anak-anak juga mendapatkan berbagai dukungan material berupa uang, alat tulis serta seragam sekolah. Bantuan ini lebih diutamakan bagi
anak yang sedang menjalani pendidikan di sekolah akan tetapi, bantuan untuk anak yang belum masuk sekolah ataupun yang masih balita, akan tetap diberikan
bantuan. Bantuan yang diberikan berupa uang senilai 400 ribu selama 2 periode. Anak Ibu P.E masih berusia 1 tahun tetap memperoleh bantuan uang tersebut. Ibu
P.E mengunakan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari apabila uang yang diperoleh berlebih maka ia akan menabung sisa uang tersebut.
“Banyak banget. Uang kan... untuk biaya hidup kan bisa ditabung” P.EW.1240-241h.8
“400 ribu 2 periode berapa bulan yang lalu lah... tetapi berjarak lah 2 bulan kemudian dikasih lagi begitu”
P.EW.1b.248-249h.9
Universitas Sumatera Utara
Bantuan juga diperoleh dari Ibu P.E berupa baju untuk satu kepala keluarga. Bantuan ini diperoleh dari perusahaan. Terkadang, bantuan dapat
diberikan satu baju per orang, namun melihat begitu banyaknya penyintas yang tinggal di pengungsian, biasanya relawan akan memberikan bantuan untuk per
kepala keluarga saja agar bantuan dapat tersalurkan secara merata. “Baju dikasih dari perusahaan begitu lah. 1 KK satu baju. Ngelihat
barangnya juga kalau cukup dikasihnya ya satu-satu orang kalau enggak cukup 1 KK satu baju dikasihnya. Banyak yang kasih.. ada dari carvil juga
ngasih” P.EW.1b.253-256h.9
Bantuan juga diperoleh saat di pengungsian berupa bantuan untuk anak yaitu penyediaan rumah pintar talita. Bantuan berupa rumah talita yang berada di
posko pengungsian digunakan untuk tempat anak-anak belajar dan membaca yang disediakan buku-buku dari relawan, akan tetapi setelah penyintas dinyatakan
sudah tidak menjadi pengungsi lagi, rumah talita ini tidak disediakan lagi untuk anak-anak.
“Dulu ada disini rumah pintar talita... talita itu apa namanya... tabita ee itulah. Setahun juga kemarin itu”
P.EW.1b.288-289h.10 “SD, SMP, SMA... siapa yang mau belajar datang ke situ, dibikinnya juga
kursinya di dalam” P.EW.1b.293-294h.10
Berdasarkan penjelasan diatas, Ibu P.E mendapatkan berbagai bantuan material selama tinggal di posko pengungsian. Ibu P.E memperoleh bantuan
makanan, bantuan pelayanan kesehatan seperti terapi tubuh, bantuan secara dana, dan bantuan fasilitas untuk tempat anak belajar selama di posko pengungsian.
Universitas Sumatera Utara
2. Informational Support
Dukungan yang diperoleh Ibu P.E berupa informasi yang mengarahkan untuk menambah pengetahuan penyintas mengenai cara untuk mengatasi trauma
dan mengatasi stress yang dialami akibat bencana alam Gunung Sinabung. Dukungan informasi bertujuan untuk mengubah pola pikir penyintas mengenai
tantangan yang sedang dihadapi bahwa segala sesuatu yang sudah terjadi di hidupnya akan ada masa depan yang indah menantinya.
“Sebenarnya yang mereka kasih semangat itu begini, bagaimana cara kami itu enggak terpaku dengan itulah... dengan kondisi... “
P.EW.1b.201-202h.7 “Kita kan begini ya, dengan kondisi gunung seperti education, bagaimana
caranya enggak terlalu stress..” P.EW.1b.203-205h.7
Selain informasi yang diberikan kepada orang tua, dukungan untuk anak Ibu P.E juga diberikan berupa pengajaran melalui bermain. Diharapkan dengan
bermain anak-anak juga mendapatakan pembelajaran. permainan yang diberikan oleh relawan seperti bermain ular tangga dan permainan lainnya.
“kalau anak-anak diajarin permainan, ular tangga entah apa...” P.EW.1225-226h.8
Berdasarkan penjelasan diatas, selama tinggal di posko pengungsian dukungan yang diperoleh dari relawan berupa informasi untuk memberikan
pembelajaran mengenai cara menangani stress pasca bencana alam dan cara untuk menghadapi setiap tantangan yang dihadapi saat ini serta bantuan juga diberikan
kepada anak yaitu dukungan informasi melalui belajar sambil bermain.
Universitas Sumatera Utara
3. Companionship Support
Selama tinggal di pengungsian, dukungan dalam meluangkan waktu berupa acara yang diselenggarakan oleh relawan mahasiswa atau gereja. Ibu P.E
seorang yang beragama muslim, ia hanya mengikuti acara kerohanian sesuai dengan agama yang ia anut. Ibu P.E mengikuti acara yang dibuat oleh relawan
yaitu dukungan melalui acara maulid nabi, acara yang dilakukan berasama-sama dengan penyintas lainnya yang merayakan hari besar tersebut. Acara tersebut
diselenggarakan sesuai dengan acara maulid pada umumnya, ada yang memberikan ceramah.
“Seperti acara maulid pada umumnya lah... ada penceramahannya”. P.EW.1b.159h.6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Rangkuman Analisis
Social Support yang diperoleh Pada Partisipan E No
Bentuk Social Support
Social support yang diperoleh
1 Emotional or Esteem
support 2
Tangible or Instrumental Support
- Memperoleh bantuan makanan dari pemerintah serta relawan lainnya
- Memperoleh pelayanan kesehatan dari relawan berupa terapi tubuh
- Memperoleh bantuan dana untuk anak yang digunakan Ibu P.E menjadi simpanan untuk membiayai kebutuhan
sehari-hari - Memperoleh pakaian dari relawan
- Memperoleh bantuan dari relawan berupa fasilitas tempat belajar anak dengan disediakannya buku-buku
untuk anak membaca. 3
Informational Support - Memperoleh arahan untuk mengatasi stress atau trauma
akibat dari bencana alam yang dialami - Memperoleh arahan untuk anak melalui pengajaran
sambil bermain bersama anak 4
Companionship Support - Memperoleh dukungan berupa acara kerohanian
bersama seperti
acara besar
maulid yang
diselenggarakan oleh relawan.
Universitas Sumatera Utara
b. Gambaran Social Support yang dibutuhkan Pada Partisipan E
1. Emotional or Esteem Support
Selama tinggal di pengungsian, Ibu P.E membutuhkan dukungan secara emotional seperti perhatian yang diingikan dari pemerintah. Perhatian untuk
melihat kehidupan penyintas yang tinggal di posko pengungsian. Ibu P.E merasa bahwa tiga desa yang paling menderita karena tidak dapat pulang ke kampung
halaman kembali, kehilangan harta benda, dan kehilangan mata pencarian sehingga tiga desa yang dianggap tidak pengungsi lagi seharusnya tetap
diperdulikan sampai relokasi selesai dibangun. “Kami sih butuhnya perhatian dari pemerintah sih sebenarnya ibarat kata
kalau seperti sekarang ini yang paling menderita itu kami yang 3 desa loh, enggak diakui begitu. enggak diakuinya di desa kami sudah enggak ada,
ngungsi tetapi enggak pengungsi katanya padahal kami ngungsi, coba
lah”. P.EW.1b.420-425h.14
2. Tangible or Instrumental Support
Ibu P.E mengharapkan agar pemerintah melihat keadaan warga desa yang akan di relokasi, ia merasa bahwa pemerintah tidak peduli lagi dengan keadaan
desa yang ingin di relokasi karena menganggap bahwa tidak ada lagi pengungsi. Ibu P.E mengharapkan bantuan relokasi dapat segera diselesaikan. Hal ini karena
ia ingin menata kehidupannya dari awal kembali sehingga pengharapan untuk kehidupan yang lebih baik dapat dirasakan olehnya.
“Kami harapannya relokasi secepatnya...” P.EW.1b.330h.11
“Iya lah dipercepat relokasi, lihat lah kami. Seperti yang saya bilang tadi maunya pemerintah jangan berbalik badan melihat kami, kan kasihan
kami” P.EW.1b.367h.12
Universitas Sumatera Utara
Selain membutuhkan bantuan relokasi, Ibu P.E juga membutuhkan bantuan berupa uang namun Ibu P.E merasa bahwa bantuan berupa uang akan
cepat habis dan dapat disalahgunakan sehingga ia lebih membutuhkan bantuan material berupa barang yang dapat langsung diterima olehnya. Bantuan material
berupa makanan seperti beras, minyak dan sembako lainnya. Selain makanan, Ibu P.E juga membutuhkan bantuan material berupa perlengkapan untuk mandi
seperti sabun mandi dan sabun cuci. “Kalau uang yaa seberapapun. Sebetulnya kami butuh uang tetapi kami
butuh dirangkul begitu, gimana ya beras kami kadang-kadang enggak ada, sembakonya, minyak kami ini gimana”
P.EW.1b.372-374h.13 “yaa... kebutuhan kami lah, sabun mandi, sabun cuci”
P.EW.1b.375-376h.13
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Rangkuman Analisis
Social Support yang dibutuhkan Pada Partisipan E No
Bentuk Social Support
Social support yang dibutuhkan
1 Emotional or Esteem
support - Membutuhkan
dukungan berupa
perhatian dari
pemerintah untuk melihat kehidupan penyintas yang masih tinggal di posko pengungsian. Hal ini karena Ibu
P.E merasa bahwa desa tempat ia tinggal paling berdampak dan banyak yang merasa kehilangan
sehingga butuh dukungan secara emotional. 2
Tangible or Instrumental Support
- Membutuhkan relokasi agar segera diselesaikan. Hal ini karena Ibu P.E ingin menata kehidupannya dari awal
kembali sehingga pengharapan untuk kehidupan yang lebih baik dapat dirasakan olehnya
- Membutuhkan dana, namun ia merasa tidak terlalu penting. Hal ini karena takut disalah gunakan olehnya
- Membutuhkan bantuan makanan seperti sembako serta perlengkapan untuk mandi dan pakaian
3 Informational Support
4 Companionship Support
Universitas Sumatera Utara
c. Gambaran Psychological Well-being Pada Partisipan E
1. Penerimaan Diri
Setelah bencana alam yang terjadi dalam kehidupannya mengisahkan dampak socio-ekonomi, Ibu P.E memahami bahwa ia harus bangkit dari keadaan
yang terpuruk. “Ibaratnya hanya memahami bahwasanya enggak boleh terpuruk dengan
kondisi yang sekarang” P.E W.1b.419-420h.14
Ibu P.E seorang yang mampu menilai dirinya baik secara negatif maupun positif. Ibu P.E memiliki kelemahan yaitu kurang dapat bersyukur dan kurang
mampu untuk menerima keadaan pasca bencana alam yang berdampak pada kehidupannya sehari-hari terlebih kepada suami Ibu P.E yang dahulunya bekerja
sebagai pemborong namun sekarang hanya menjadi tukang. Hal ini karena selama tinggal di desa simacem, suami Ibu P.E bekerja sebagai pemborong bangunan
namun setelah erupsi terjadi yang berdampak pada desa maka kehidupan Ibu P.E berubah khususnya pada pekerjaan suaminya.
“Itu pun belum ada di diri saya, rasa bersyukur tadi, kurang bisa menerima dengan keadaan ini”
P.EW.1b.443-445h.15 Selain kelemahan, Ibu P.E juga memiliki kelebihan yang ada pada dirinya
yaitu ia memiliki kelebihan untuk melayani masyarakat melalui pekerjaannya sebagai bidan. Ibu P.E seorang bidan PTT di tempatkan di desa simacem. Saat di
bencana alam terjadi, Ibu P.E juga ikut untuk mengungsi karena ia merupakan penduduk desa simacem meskipun harta benda yang ia miliki tidak terlalu banyak,
ia tetap merasakan dampak akibat bencana alam yang terjadi di desa tempat ia
Universitas Sumatera Utara
tinggal dan bekerja. Ibu P.E merasa senang dengan pekerjaan yang berprofesi sebagai bidan karena melalui pekerjaannya ia dapat mengobati orang yang sedang
sakit. Ibu P.E merasa puas dan bangga pada diri sendiri karena dapat melihat orang yang diobati sembuh dengan obat yang ia berikan.
“Kelebihan apa ya... enggak punya kelebihan ini hanya bisa melayani masyarakat kalau lagi sakit saja... sebaik mungkin lah”
P.EW.1b.447-448h.15
2. Hubungan Positif dengan Orang lain
Selama tinggal di pengungsian, Ibu P.E merasa tidak memiliki hubungan positif dengan orang lain. Hal ini karena tidak adanya rasa saling memahami dan
mengerti antar sesama penyintas yang tinggal di pengungsian. Ibu P.E merasakan hubungan yang kurang baik pada sesama penyintas. Selama di pengungsian orang
lebih mementingkan dirinya sendiri, melihat adanya perbedaan pada agama yang dianut, dan tidak adanya rasa kekeluargaaan yang terjalin seperti waktu tinggal di
kampung simacem dahulu. Ibu P.E merasa apabila ia mencoba menjalin hubungan dengan orang lain, akan tetapi kenyataanya hubungan tersebut kurang terjalin
dengan baik maka ia tidak terlalu memperdulikan masalah seperti itu. Hubungan yang tidak baik dengan orang lain bukan menjadi masalah baginya. Ibu P.E lebih
baik menghindar dari masalah tersebut agar tidak terjadi pertengkaran. “Parah... mungkin itulah dampak dari bencana ini. Kalau saya sih
menyikapi bencana itu maunya saling merangkul” P.EW.1b.457-460h.15
3. Otonomi
Ibu P.E mampu menentukan arah hidupnya sendiri meskipun tidak adanya bantuan yang diperolehnya lagi. Ibu P.E merasa dapat menjalani kehidupan
Universitas Sumatera Utara
sendiri tanpa pertolongan orang lain, ia dapat menjalani hidup dengan mengharapkan pada gaji yang diterima setiap bulan sekali serta hanya
mengharapkan gaji suami meskipun suami Ibu P.E hanya seorang tukang bangunan, ia tetap merasa beryukur. Hal ini karena setiap harinya ia mendapatkan
rezeki yang tidak pernah henti-hentinya diberikan oleh Tuhan YME. “Kalau saya mengharapkan gaji lah. Mengharapkan gaji saya, gaji
suami” P.EW.1b.490-491h.16
4. Penguasaan Lingkungan
Apabila Ibu P.E dihadapkan dengan masalah yang terjadi dalam kehidupannya maka ia akan mampu untuk memilih dan menciptakan lingkungan
yang lebih baik lagi. Contohnya saat Ibu P.E dihadapkan dalam permasalahan menjalin hubungan anggota keluarga saat tinggal di ruangan pengungsian namun
hubungan itu tidak terjalin dengan positif maka hal yang akan Ibu P.E lakukan adalah Ibu P.E akan mencari cara untuk pindah ke ruangan yang jauh dari orang-
orang atau keramaian sehingga ia tidak menjalin komunikasi lagi dengan orang tersebut dan mencari tempat yang nyaman menjadi pilihan untuk tempat
tinggalnya bersama dengan anak dan suami. Ibu P.E merasa cara yang dilakukan untuk memilih lingkungan tempat yang lebih aman ini agar terhindar dari
permasalahan antar sesama penyintas yang berada di pengungsian. “kalau saya orangnya enggak terlalu perduli. Saya malas di gedung sana,
di sana kan banyak orang simacem. Yang ga perlu diceritakan pun diceritakan. Mendigan saya disini, kalau ada orang yang datang saya
rawat, main sama anak saya berdua kan”. P.EW.1b.475-477h.16
Universitas Sumatera Utara
5. Tujuan Hidup
Setelah adanya bantuan material berupa relokasi ke siosar, Ibu P.E dapat merencakan untuk membangun kehidupan yang dimulai dari awal kembali. Ibu
P.E merasa akan mempunyai pengharapan hidup yang baru apabila adanya bantuan relokasi yang diberikan kepadanya.
“segera bisa menempati desa kami lagi, jadi kami bisa membangun kehidupan kami walaupun dari awal. Kan kami sudah punya
pengharapan” P.EW.1b.314-316h.11
6. Pertumbuhan Pribadi
Perasaan Ibu P.E untuk berkembang sudah tidak ada lagi karena ia sudah mempunyai pekerjaan sebagai bidan PTT di desa simacem. Ibu P.E digaji setiap
bulan sehingga ia tidak terlalu terbuka dengan pengalaman baru. Ia hanya melayani orang yang sedang sakit dengan sebaik mungkin sehingga pelayanannya
bermanfaat bagi orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Rangkuman Analisis Psychological Well-being Pada Partisipan E
No Dimensi
Gambaran Psychological Well-being
1 Penerimaan Diri - Memahami bahwa ia harus bangkit dari keadaan yang terpuruk
- Menyadari sisi negatif pada dirinya yaitu kurang rasa beryukur dan kurang menerima atas kejadian yang menimpahnya
- Menyadari sisi positif pada dirinya yaitu mampu melayani masyarakat melalui pekerjaannya sebagai bidan di desa simacem.
- Merasa puas dan bangga pada dirinya sendiri karena dapat menyembuhkan orang yang sakit
2 Hubungan
Positif dengan
Orang lain - Merasa tidak memiliki hubungan yang positif dengan orang lain
- Merasa lebih mementingkan diri sendiri - Tidak adanya rasa kekeluargaan yang terjalin pada sesama
- Menunjukkan adanya perbedaan pada agama yang dianut 3
Otonomi - Berupaya menjalani kehidupan sendiri tanpa pertolongan orang.
- Mengharapkan gaji sendiri dan gaji suami untuk memenuhi kebutuhan hidup
- Merasa bersyukur atas berkah yang diberikan oleh Tuhan YME karena masih diberikan rezeki melalui pekerjaan
4 Penguasaan
Lingkungan - Mencari solusi dengan memilih dan menciptakan lingkungan baru
yaitu tinggal di ruangan yang lebih aman agar tidak berhubungan dengan orang lain yang dianggap mengganggu ketenangannya.
- Memilih untuk tinggal di tempat yang lebih aman untuk menghidari pertengkaran.
5 Tujuan Hidup
Bantuan yang diberikan memberikan pengharapan pada kehidupan Ibu P.E. Ia dapat membangun kehidupan yang dimulai dari awal
kembali. 6
Pertumbuhan Pribadi
- Menyadari tidak adanya perubahan dalam dirinya karena ia sudah memiliki pekerjaan sebagai bidan
- Menyadari bahwa ia melayani orang sakit dengan baik sehingga pelayanannya dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Universitas Sumatera Utara
6. Partisipan F Ibu P.F a. Gambaran
Social Support yang diperoleh Pada Partisipan F 1.
Emotional or Esteem Support
Selama satu setengah tahun tinggal di pengungsian, Ibu P.F memperoleh dukungan emotional. Ibu P.F seorang yang pendatang yang berasal dari medan
menjadi penduduk simacem setelah menikah dengan suaminya. Dukungan yang diperoleh Ibu P.F berasal dari keluarganya yang tinggal di medan. Dukungan yang
diberikan berupa semangat agar Ibu P.F tetap kuat, sabar dan berlapang dada menerima keadaan setelah bencana alam. Ibu P.F juga diberikan pencerahan
bahwa segala sesuatu yang telah terjadi merupakan cobaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
“Ya keluarga-keluarga kita seperti saya kan pendatang, ya keluarga saya dari medan lah yang mendukung, yang menyabarkan kalau ini adalah
cobaan dari Tuhan, harus sabar dan belapang dada” P.FW.1305-310h.10-11
“Itulah yang saya bilang tadi datang dari luar lah yang selalu memberi semangat, memberi dorongan dan
dukungan kepada kami selalu” P.FW.1b.325-327h.11
“Jadi kita semua berlapang dada jadi sadar jadi sudah membuat aktivitas masing-
masing sudah sekarang” P.FW.1338-339h.12
2. Tangible or Instrumental Support
Bantun material yang diperoleh Ibu P.F dari pemerintah berupa relokasi untuk mengganti kerungian rumah dan lahan pertanian akibat bencana alam akan
tetapi, bantuan ini tidak diberikan kepada penduduk yang tidak memiliki rumah ataupun lahan pertanian sendiri. Hal ini karena mereka tidak merasakan dampak
yang sama seperti orang yang kehilangan rumah dan lahan pertanian milik sendiri,
Universitas Sumatera Utara
pemerintah tidak memberikan biaya untuk ganti rugi tersebut. Ibu P.F mempunyai rumah dan lahan pertanian milik sendiri sehingga pemerintah memberikan
rencana untuk relokasi kepadanya. Ibu P.F akan mendapatkan bantuan relokasi karena tempat tinggalnya yang berada di desa simacem termasuk wilayah pada
zona yang tidak aman sehingga terpaksa harus di relokasi ke desa yang yang lebih aman yaitu di siosar kecamanatan merek.
“Kami relokasi waktu kami rapat terakhir di kantor bupati, pemerintah menggantikan ganti rugi yang ada rumahnya dia ganti, yang ada
lahannya dia ganti katanya”. P.FW.1b.174-176h.6
“Kami kan yang zona merah harus yang paling utama, yang tiga kampung dulu katanya”
P.FW.1b.185-187h.7 Bantuan material dari pihak pribadi juga diperoleh berupa makanan seperti
beras dan sembako lainnya. Selama tinggal di pengungsian, pemerintah selalu memberikan bantuan ke setiap posko pengungsian namun, setelah 10 bulan
terakhir pemerintah telah menyatakan tidak bertanggung jawab lagi dengan kebutuhan sehari-hari penyintas yang masih tinggal di posko pengungsian. Hal ini
karena sudah diberikan surat pernyataan bahwa penyintas tidak lagi menjadi pengungsi dan dinyatakan bahwa pengungsi sudah dibubarkan, namun pada
kenyataannya yang terlihat di lapangan, masih banyak penyintas yang tinggal di posko pengungsian meskipun harus mencari kebutuhan hidup secara mandiri. Ibu
P.F merasa sudah mandiri tanpa adanya bantuan. “Ya, ada yang pribadi begitu kan bukan dari pemerintah lah kita buat ya,
memberi beras, sembako lah untuk bahan pangan kami disini” P.FW.1b.212-214h.8
Universitas Sumatera Utara
Bantuan material yang diperoleh dari pihak pribadi berupa beras, minyak, mie, gula, sabun, pasta gigi dan bahan semabako lainnya. Bantuan selalu
berdatangan mulai dari awal mengungsi sampai penyintas dinyatakan tidak menjadi pengungsi lagi. Silih berganti dukungan berdatangan ke posko
pengungsian untuk memberikan sembako. “Ya kalau pribadi dari anak-anak sekolah, alumni-alumni, eceknya dari
sabang sampai merauke lah ya... ngasih beras, ngasih minyak, super mie, gula, sabun, odol, barang-barang sembako lah
yang diantarin” P.FW.1b.245-248h.8
Selain dukungan material berupa makanan, Ibu P.F memperoleh bantuan material berupa dana senilai 3,8 juta. Tujuannya untuk mengganti kerugian rumah
senilai 2 juta dan lahan pertanian 1,8 juta untuk Ibu P.F dan penyintas lainnya. Ibu P.F merasa bahwa bantuan berupa uang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal
ini karena melihat tidak ada biaya sewa rumah dan sewa lahan pertanian di sekitar posko pengungsian yang murah, apabila lahan pertanian murah itupun jaraknya
jauh sehingga membutuhkan biaya transportasi lagi untuk menempuh jarak yang jauh. Biaya untuk sewa rumah juga tidak cukup hal ini karena melihat keadaan
semakin banyaknya permintaan untuk menempati rumah sewa maka semakin meningkat biaya uang sewa. Ibu P.F merasa tidak sanggup untuk menyewa
sehingga ia menggunakan uang 3,8 juta untuk disimpan atau membiayai kebutuhan anak dan membiayai kebutuhan makan untuk melangsungkan
kehidupannya. “Dikasih uang 3,8 juta. 2 juta uang sewa lahan pertanian 1 tahun, 1,8 juta
sewa rumah 6 bulan. Baru- baru ini lagi kami terima 1,8 sewa rumah”
P.FW.1b.228-230h.8
Universitas Sumatera Utara
“Disimpan kadang kebutuhan untuk anak-anak, beras ya jadi stock beras ya kalau aku, supaya untuk melangsungkan kehidupan kedepan”
P.FW.1b.614-616h.20 Dukungan lainnya juga diperoleh anak Ibu P.F. dukungan material berupa
perlengkapan sekolah untuk anak seperti seragam sekolah. Bantuan ini diprioritaskan untuk anak yang sedang menjalani pendidikan SD sampai SMA
namun, apabila bantuan yang diberikan berlebih maka bantuan tersebut akan diberikan kepada anak-anak yang belum masuk sekolah. Bantuan lainnya juga
diperoleh Ibu P.F berupa susu untuk anak. Bantuan ini diperoleh dari pemerintah “Dari swasta pun begitu juga. Dari SD sampai SMA. Ada dikasih
perlengkapan sekolah kecuali nanti kalau dia ada sisa untuk anak-anak baru diberi”
P.FW.1b.294-296h.10 “ee...Teringat saya waktu masih ada pengungsian, itu ada dikasih susu
sama pemerintah” P.FW.1b.299-300h.10
Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat bahwa Ibu P.F memperoleh bantuan material berupa berbagai makanan, bantuan relokasi, bantuan uang ganti
rugi rumah dan lahan pertanian, bantuan perlengkapan sekolah anak dan susu untuk anak.
3. Informational Support
Bantuan informasi yang diperoleh Ibu P.F berasal dari mahasiswa USU berupa pengarahan mengenai kesehatan untuk anak, memberikan arahan untuk
mengetahui cara hidup sehat dengan memberi tahu pada saat selesai bermain maka anak harus membersihkan tubuh dengan cara mandi agar terhindar dari
kuman dan tubuh tetap sehat. Bantuan informasi ini dilakukan selama 4 hari untuk mengajari anak mengenai kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
“anak-anak Fakultas USU barang kali ee membuat permainan anak-anak, mengajari kesehatan, cara hidup sehat, cara bagaimana sesudah bermain
membersihkan tubuh, itu ada memang” P.FW.1b.378-381h.13
Ibu P.F merasa bantuan kesehatan untuk anak penting diberikan. Hal ini karena melihat keadaan yang ramai, tidak adanya jarak antar penyintas saat tidur
di posko pengungsian. Hal ini tentu dapat menimbulkan berbagai kuman dan penyakit di dalam tubuh sehingga bantuan informasi ini penting untuk diberikan
kepada anak, paling tidak anak dapat merawat dirinya sendiri agar terhindar dari penyakit. Ibu P.F merasa sangat berterima kasih atas bantuan informasi yang
diberikan kepada anaknya karena dengan informasi tersebut, anaknya dapat mengubah perilakunya yang awalnya tidak memikirkan untuk mandi secara
teratur, akan tetapi sekarang sudah mempunyai inisiatif sendiri untuk mandi setelah ia bermain dengan temannya.
“Sangat penting. Anak-anak kan, dia kan kami tinggal enggak ada lagi batas-batas sama teman, sudah bareng-bareng tidur. Hawa kan
pernapasan itu terus. Kita berganti nafas, saya dengan kamu ini kan. Ibaratnya penyakit itu sudah di situ semua. Jadi itu kan sangat penting
juga ada yang memberitahu mengenai kesehatan apalagi kepada anak- anak. Jadi kan dia setiap bermain, lingkungan sudah bebas kita bilang,
dia tidak ada lagi waktu untuk istirahat karena kumpul semua dengan
teman. Waktu mandipun dia tidak tahu lagi.” P.FW.1b.387-395h.13
“Saya pun sangat berterima kasih itu datang ee ada anak mahasiswa mengajarkan mengenai kesehatan sama anak-anak. Sangat berterima
kasih lah... itu sudah tahu anak-anak. Mulai saya perhatikan setiap sore
sudah wajib mandi walaupun tidak ada air” P.FW.1b.395-397h.13
Bantuan tersebut menjadikan anak Ibu P.F untuk mengubah perilakunya untuk hidup sehat dengan upaya mendapatkan air satu ember agar bisa mandi.
Hal ini karena air di pengungsian sudah terbatas, setelah diresmikan bahwa tidak
Universitas Sumatera Utara
ada lagi pengungsi namun Ibu P.F masih tinggal di posko pengungsian, jadi fasilitas yang diberikan pemerintah dipinjam dahulu kemudian penyintas yang
masih tinggal di pengungsian membeli pipa sendiri lalu meminta izin kepada pihak yayasan untuk tetap bisa tinggal di posko. Setelah dilakukan kompromi
dengan pihak yayasan maka diperbolehkan menggunakan air. Air yang digunakan hanya 3 jam hidup dalam satu hari, setelah itu air tidak dijalankan.
Selain itu, dukungan informasi juga diperoleh Ibu P.F dari pemerintah. Saat pembubaran pengungsi, pemerintah memberikan arahan agar penyintas tidak
bergantung lagi dengan bantuan dari berbagai pihak terutama dari pemerintah. Penyintas harus mencari pekerjaan kembali dan hidup mandiri tanpa bantuan
orang lain untuk membiayai kebutuhan pendidikan anak serta kebutuhan sehari- hari.
“Sampai sekarang mengenai pendidikan kata pemerintah waktu pembubaran pengungsi kan, hidup mandiri, dibilangnya”.
P.FW.1b.418-419h.14 Pemerintah juga memberikan saran dan mengizinkan penyintas yang
anaknya masih sekolah untuk dititipkan ke sekolah dimana jarak antar sekolah dengan tempat tinggal saat ini tidak terlalu jauh. Anak Ibu P.F diperbolehkan
sekolah disekitar posko tempat tinggalnya, anaknya masuk siang setiap harinya.
4. Companionship Support
Dukungan lainnya diperoleh Ibu P.F berupa acara kerohanian yang diselenggarakan oleh relawan dari gereja untuk memberi ceramah. Biasanya
bantuan ini datang setiap minggu. Saat tinggal di posko pengungsian, sudah tersedia ruangan untuk tempat berkumpul para penyintas. Biasanya, di tempat ini
Universitas Sumatera Utara
dilakukan ibadah. Ibadah tidak dilakukan di luar lingkungan posko pengungsian agar anak-anak yang mengikuti acara lain di pengungsian dapat diawasi oleh
orang tua. “ee dari medan seperti gereja kharismatik, bethel begitu datang
menginjilkan kemari, setiap minggu enggak pernah absen”
P.FW.1b.263-264h.9 Relawan yang memberi bantuan tidak hanya berupa sembako saja, tetapi
juga membuat kegiatan acara kerohanian kemudian kegiatan bermain bersama anak-anak di posko pengungsian dan memberikan makanan ringan untuk anak.
Relawan yang memberikan dukungan jasmani dan rohani kemudian membuat acara hiburan untuk anak-anak di posko pengungsian.
Kegiatan acara yang diberikan untuk orang tua biasanya acara kerohanian sedangkan untuk kegiatan anak biasanya dilakukan dengan bermain bersama.
Anak-anak merasa sangat senang adanya permainan yang diselenggarakan di posko pengungsian. Hal ini terlihat dari antusias anak-anak dalam mengikuti
segala kegiatan yang dibuat saat di posko pengungsian “Dari luar itu tadi sekalian dia mengantar semabako sekalian membuat
kegiatan, sekalian membawa injil, kegiatan anak-anak bermain, membawa makanan ringan buat anak begitu”
P.FW.1b.451-453h.15 “Kalau anak-anak kita bilang kan, kalau dibuat kegiatan bermain sangat
senang karena anak-anak kan yang tahunya hanya bermain karena kita orang dewasa pun mau bermain”
P.FW.1b.459-461h.15 “Kalau di lokasi pengungsian ini setiap hari rabu, sabtu, minggu. Hari
rabu dari gereja kharismatik, hari sabtu dari GBKP, dan hari minggu memang
sudah jadwal gereja”. P.FW.1b.861-863h.28
Universitas Sumatera Utara
Ibu P.F merasa bahwa mengikuti kegiatan kerohanian sangat bermanfaat untuk memberikan pengharapan yang baru dalam hidupnya. Ibu P.F merasa
bahwa keadaannya sekarang hanya menyerahkan semua kepada Tuhan untuk menjalani kehidupannya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 Rangkuman Analisis
Social Support yang diperoleh Pada Partisipan F No
Bentuk Social Support
Social support yang diperoleh
1 Emotional or Esteem
support - Memperoleh kasih sayang dan perhatian dari keluarga
Ibu P.F yang berada di medan - Memperoleh semangat dan penguatan dari keluarga,
agar Ibu P.F tetap kuat, sabar, dan berlapang dada menerima keadaan yang terjadi dalam hidupnya
2 Tangible or Instrumental
Support - Memperoleh bantuan relokasi dari pemerintah
- Memperoleh bantuan makanan dari pemerintah dan relawan
- Memperoleh biaya uang untuk menyewa rumah dan menyewa lahan pertanian dari pemerintah namun Ibu
P.F menggunakannya untuk membiayai kehidupan sehari-hari karena dengan dana yang diberikan tidak
cukup untuk menyewa - Memperoleh bantuan barang dari pemerintah berupa
perlengkapan sekolah serta seragam sekolah 3
Informational Support - Memperoleh pengetahuan mengenai cara hidup sehat
dengan mandi setiap kali selesai bermain, yang diperoleh dari mahasiswa
- Memperoleh saran serta arahan dari pemerintah untuk dapat
hidup mandiri
karena pemerintah
sudah meresmikan bahwa tidak ada status orang yang
mengungsi lagi. 4
Companionship Support - Berkumpul dengan teman-teman untuk mengikuti acara
rohani di posko pengungsian, yang diselenggarakan oleh relawan gereja
- Untuk anak acara bermain bersama diperoleh dari relawan
Universitas Sumatera Utara
b. Gambaran Social Support yang dibutuhkan Pada Partisipan F
1. Emotional or Esteem Support
Ibu P.F merasa dukungan emotional penting untuk diberikan kepadanya. Hal ini karena dengan adanya dukungan emotional berupa semangat dapat
membuka jalan pemikiran ke arah yang positif dan menambah iman keyakinannya sehingga akan berdampak pada kesehatannya secara fisik maupun psikologis,
dengan kehidupan yang sehat ia pun dapat lebih semangat menjalani aktivitasnya sehari-hari. Ibu P.F merasa bahwa semangat yang ia cari untuk melangsungkan
kehidupannya tanpa adanya dukungan dari orang lain ia merasa lemah, stress dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari kembali.
“Sangat penting kan kita karena pikiran kita tadi suntuk, jenuh, ada teman yang mendukung begitu kan sudah terbuka. Jadi iman kita pun sedikit-
sedikit kan datang, tumbuh dia, ohh.. itu memang dari Tuhan kan. sambil
dia memberikan ceramah menginjili begitu kan” P.FW.1b.334-338h.11-12
“Paling utama itu tadi bantuan, dukungan, dorongan, iman yang diberikan kepada kami”
P.FW.1b.565-567h.19 “Itu lah.. dukungan itu sangat penting sekali dukungan itu karena
dukungannya membuat kita sehat, semangat hidup kembali karena yang kita cari hidup di dunia ini..”
P.FW.1b.344-346h.12
2. Tangible or Instrumental Support
Selama tinggal di pengungsian, Ibu P.F membutuhkan bantuan material berupa sembako untuk memenuhi kebutuhaan utamanya. Dengan adanya bantuan
ini, ia merasa menjadi sehat baik fisik maupun psikologis. “... perasaan kami menunggu orang memberikan semangat sama kami
apalagi semangat dukungannya memberikan sembako, bahan panga n”
P.FW.1b.357-359h.12
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, Ibu P.F juga membutuhkan bantuan relokasi. Ia mengharapkan agar relokasi dapat segera selesai dibangun. Hal ini karena ia ingin menempati
rumah yang baru bersama keluarganya dan ia ingin menjalani kehidupan rumah tangga yang seutuhnya.
“Harapan saya... gimana lagi saya mau bilang harapannya. Yaa.. secepatnya lah pemerintah ini merelokasi kami”
P.FW.1b.783-784h.25 “biar betul-betul kami menjalani kehidupan rumah tangga seutuhnya. Kan
sudah tahu sendiri dari rumah anak kita ajar, istilahnya tidak lagi keluar keluyuran”
P.FW.1b.784-787h.25-26 Selain relokasi rumah, Ibu P.F juga membutuhkan bantuan pemerintah
untuk memberikan pembangunan di sekitar rumah seperti bantuan berupa bangunan yang sekolah agar jarak rumah dengan sekolah dekat sehingga tidak
membutuhkan transportasi, lalu ia juga membutuhkan bangunan agar disediakan rumah sakit di siosar. Ia merasa hal ini yang paling utama untuk disediakan oleh
pemerintah. “Untuk pendidikan itu tadi segera pemerintah ini menyelesaikan tempat
relokasi kami tadi dan jangan hanya rumah saja yang diselesaikan oleh pemerintah itu ikut serta dengan rumah sekolahnya lah. Rumah sakit
paling utama lah” P.FW.1b.793-796h.26
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17 Rangkuman Analisis
Social Support yang dibutuhkan Pada Partisipan F No
Bentuk Social Support
Social support yang dibutuhkan
1 Emotional or Esteem
support - Membutuhkan dukungan semangat yang paling penting.
Hal ini karena dengan semangat ia dapat berpikir positif, dapat sehat secara fisik maupun psikologis sehingga Ibu
P.F dapat melakukan aktivitasnya dengan semangat. 2
Tangible or Instrumental Support
- Membutuhkan bantuan makanan seperti semabako agar ia merasa sehat baik fisik maupun psikologi.
- Membutuhkan relokasi segera dapat ditempati. Hal ini karena ia ingin menempati rumah yang baru bersama
keluarganya dan ia ingin menjalani kehidupan rumah tangga yang seutuhnya.
- Membutuhkan bantuan
dari pemerintah
untuk membangun sekolah dan rumah sakit. Hal ini karena
jarak yang dekat dengan rumah, anak yang sedang sekolah tidak memerlukan biaya transportasi lagi
kemudian apabila Ibu P.F sakit ia dapat lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan.
3 Informational Support
4 Companionship Support
Universitas Sumatera Utara
c. Gambaran Psychological Well-being Pada Partisipan F
1. Penerimaan Diri
Selama tinggal di pengungsian, Ibu P.F mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Secara langsung bantuan ini dapat mempengaruhi dirinya. Ibu P.F
merasa dengan bantuan yang diperolehnya dapat memberikan semangat hidup yang baru. Apalagi dukungan secara emotional seperti pemberian semangat.
“Sangat-sangat sekali lah, dukungannya semangatnya buat kami memberikan semangat hidup kembali”
P.FW.1b.510-511h.17 Ibu P.F dapat menerima masa lalu dengan positif karena selama ia tinggal
di posko pengungsian UKA, ia sudah menganggap posko pengungsian tempat ia tinggal sudah menjadi seperti kampung sendiri.
“Waktu sudah 1,5 tahun kan berada di universitas UKA ini kan sudah seperti kampung kami semula”
P.FW.1b.527-528h.17 Meskipun Ibu P.F sudah menerima keadaan, namun terkadang ia masih
merasa sedikit iri apabila melihat panenan dari hasil ladang orang lain tempat ia bekerja, ia merasa hasil tenaga sendiri yang dipakai orang lain namun, yang
merasakan hasil panen adalah orang lain. Sewaktu tinggal di desa simacem, Ibu P.F dapat menanam diladang miliknya sendiri, meskipun harus mengutang pupuk
saat di desa simacem, ia tetap bisa menanam. Lalu, ia merasa saat panen tiba, ia dapat pergi bersama keluarga ke pekan-pekan untuk menikmati hasil penen
namun, sekarang tidak dirasakan olehnya lagi. Hal ini karena tidak adanya hasil panen yang dinikmati lagi, hanya upahan yang diperolehnya setiap hari. Akan
tetapi, dibalik semua yang terjadi didalam kehidupannya, Ibu P.F masih bisa
Universitas Sumatera Utara
menerima dengan lapang dada, ia dapat beryukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa ia masih dapat menikmati rezeki setiap hari dan sampai pada saat ini ia
masih dapat bertahan hidup pasca bencana yang dialaminya. “25 itu tadi mengawang-gawang seperti yang saya bilang tadi, melihat
tanaman orang, panen-panen begitu kan, sudah kembali ke kampung halaman pikiran kami lagi melayang-layang. Seandai-andai berandai-
andari lagi, sesaat masih seperti itu lah pikiran” P.FW.1b.555-558h.18
“Tetapi ya beryukur juga sama Tuhan kita masih bisa menikmati, diberi rezeki setiap hari, lepas-lepas untuk hidup sehari-hari lah, hanya itu yang
kita dapat” P.FW.1b.549-551h.18
2. Hubungan Positif dengan Orang lain
Ibu P.F mempunyai hubungan positif dengan orang lain. Pada saat istirahat makan siang ibu-ibu karo memiliki kebiasaan makan sirih. Saat berkumpul
dengan teman-temannya, Ibu P.F saling berbagi cerita dan pengalaman dalam hal pekerjaan. mereka mengeluhkan keadaan mereka yang saat ini hanya sebagai
pekerja di ladang orang, Ibu P.F merasa tidak dapat maju apabila hanya bekerja di ladang orang saja.
“yaa... kami tukar-tukar pikiran. Kalau diladang orang kapan kita majunya, begitu saja kadang-
kadang” P.FW.1b.537-538h.18
Bertukar pikiran dapat dilakukan namun, tidak untuk memberikan saran ataupun semangat kepada teman sesama penyintas yang tinggal di pengungsian.
Hal ini karena melihat keadaan sesama pengungsi merasakan dampak yang sama akibat bencana alam. Ibu P.F tidak memberi penguatan kepada sesama pengungsi
karena ia juga merasakan hal yang sama begitu pula sebaliknya, temannya sesama tidak memberikan penguatan kepada Ibu P.F.
Universitas Sumatera Utara
Selama satu setengah tahun tinggal di pengungsian, hubungan sesama yang dirasakan oleh Ibu P.F semakin kurang baik, pebedaan pemahaman menjadi
suatu masalah yang memicu retaknya hubungan dengan orang lain. Hal ini karena mengikuti perkembangan di kota yang lebih mementingkan diri sendiri dari pada
orang lain. Ibu P.F merasa tidak terlalu mementingkan hubungan terjalin positif dengan orang lain karena ia lebih mementingkan untuk mencari pekerjaan sebagai
upahan di lahan pertanian orang lain. Ibu P.F merasa tidak ada rasa kekeluargaaan yang terjalin selama tinggal di pengungsian Hal ini karena Ibu P.F lebih
mementingkan untuk mencari kerja supaya mendapakan modal untuk hidup ke kampung yang baru yaitu siosar.
“Karena sudah lama ee mengungsi, pikiran kita sudah kacau balau, kadang sesama pengungsi kami pun sudah macam tidak sepaham lagi.
Nanti ke arah ini yang teman katakan, tidak katanya. Macam pro dan
kontra lah” P.FW.1b.598-601h.20
“Kami sudah 70 siapa kau siapa aku karena ini sudah macam seperti di kota.
P.FW.1b.650-651h.21 “Jadi tidak ada lagi, secara kekeluargaan itu tidak ada lagi kami
rasakan” P.FW.1b.653-654h.21
Ibu P.F merasa bahwa rasa kekeluargaan sudah jarang kecuali saat ia mengikuti acara pesta, ia dapat bercerita bersama keluarga, namun itu pun dia
ikuti hanya setegah hari saja, setengah hari lagi ia pakai untuk mengejar upahan. Ibu P.F merasa hubungan positif tidak terlalu terjalin dengan baik karena ia sudah
sibuk untuk mencapai target upahan ke ladang orang
Universitas Sumatera Utara
“Kalau sekarang rasa kekeluargaan itu sudah jarang kecuali nanti jumpa- jumpa pesta yaaa cerita-cerita, sudah pulang itu pun mengejar upahan
untuk setegah har i kan lumayan”
P.FW.1b.693-696h.23 Ibu P.F merasa ada perbedaan saat berada di kampung halaman tempat ia
tinggal dengan hidup di kota. Saat hidup di kampung, masih terjalin adat istiadat namun setelah ia bekerja dan tinggal di pengungsian, ia merasa sudah beradaptasi
dengan lingkungan yang baru, yang lebih mementingkan diri sendiri dari pada orang lain.
“Kami sudah terbawa karena ada di ladang sana semua tanah karo sudah kami masuki begitu jadi yang punya ladang kan punya masukan begini...
begini jadi sudah terbawa-bawa sudah macam siapa kau siapa aku begitu
lah kehidupan kami disini” P.FW.1b.713-716h.23
3. Otonomi
Dukungan yang diberikan kepada Ibu P.F membuat dirinya mampu untuk menentukan arah hidupnya sendiri, ia mampu berlapang dada atas kejadian yang
dialami, mampu mengelolah setiap prilaku secara sadar dengan membuat aktivitas dalam kehidupan dengan bekerja dan mengurus keluarga.
“Jadi kita semua berlapang dada jadi sadar jadi sudah membuat aktivitas masing-
masing sudah sekarang” P.FW.1b.338-339h.12
“kami misalnya ada orang yang memberikan dukungan, dorongan, kita hanya meresapi diri kita sendiri begitu, kita hayati. Kan kita berbicara
kan kita tujukan saja pada diri kita sendiri ee jadi kita pergunakan apa
yang diutarakn itu betul apa tidak ya... kita bangkit sendiri begitu” P.FW.1b.582-588h.19
“Kalau kita mau bangkit... bangkit. Jadi keadaan kami sekarang macam mendayung perahu masing-
masing” P.FW.1b.594-595h.20
Universitas Sumatera Utara
Ibu P.F menyakini bahwa ia dapat menjalani kehidupan yang lebih baik pasca bencana alam yang berdampak terhadap kehidupannya.
“Ya Bahwasanya Tuhan itu masih ada, Dia masih ee mengikuti kita, memelihara kita dan memberi
kesehatan supaya kami disadarkan” P.FW.1b.639-640h.21
“Berpacu... kami sudah dari nol kan, enggak punya lagi ladang hanya tahu nya upahan, upahan dari pagi sampai sore”
P.FW.1b.651-652h.21 Ibu P.F merasa tidak dapat merencanakan sesuatu untuk kehidupannya
setelah di relokasi nantinya. Hal ini karena ia berulang kali gagal setiap membuat rencana sehingga Ibu P.F tidak merencanakan kehidupannya setelah tinggal di
relokasi tempat yang baru, ia memilih untuk pasrah. “Rencana sampai saat ini macamnya ini tadi, macam sudah putus asa
tertawa. Enggak tahu lagi mau mempunyai rencana apalagi kami sebab beberapa kali punya rencana selalu gagal, selalu gagal ibarat sudah
pasrah” P.FW.1b.807-810h.26
4. Penguasaan Lingkungan
Selama tinggal di tempat pengungsian, Ibu P.F merasa tidak nyaman, merasa jenuh, dan merasa stress. Hal ini karena kondisi tempat pengungsian
penuh dengan keramaian, ia juga merasa banyak permasalahn ketika tinggal di tempat keramaian seperti adanya komunikasi yang tidak sesuai dengan hati
sehingga dapat membuatnya stress. Melihat keadaan yang demikian, membuat Ibu P.F menciptakan lingkungan yang baru dengan berpindah tempat tinggal ke suatu
ruangan kecil, namun lebih nyaman untuk ditempatin bersama keluarga. Ibu P.F merasa dengan lingkungan baru ini ia dapat membangun keluarga yang harmonis,
antar keluarga dapat rukun kembali, dan anak-anak dapat disiplin di rumah.
Universitas Sumatera Utara
“kemana yang agak sunyi kesini kami pindah karena satu pun kita di tempat keramaian itu jenuh karena kebanyakan cakap didengar pun kita
pun stress” P.FW.1758-760h.25
Lingkungan yang baru dapat membuka pemikiran yang terbuka untuk mencapai target yang sudah direncanakan. Selain itu, Ibu P.F juga dapat melihat
anaknya bermain di dalam ruangan dan ia juga dengan menanam dan merawat bunga. Cara ini ia lakukan untuk memberikan kesegaran pada pikirannya agar ia
tetap bersemangat menjalani kehidupan sehari-hari seperti menyiram bunga, memasak dan melakukan kegiatan lainnya. Ibu P.F merasa tinggal di tempat yang
baru sudah seperti rumah tangga yang utuh, merasa sudah kembali seperti dahulu waktu tinggal di kampung halaman.
“Disini kan bisa kita renung. Anak-anak bisa bermain kita lihat begitu pun pikiran kita terbukam melihat tatap wajah anak-anak ini kan terus pikiran
kita terbuka tadi maju” P.FW.1b.761-764h.25
“kalau disini kan sudah menyendiri. Sudah bisa dibilang macam rumah tangga utuh lah, sudah kembali macam semula tetapi belum seperti apa
kali lah kan. Berangsur-angsur gimana kesegaran pikiran ya buat ini menanam-nanam walaupun pakai polibek dulu, yang penting cari
kesibukan, sudah terbuka otak” P.FW.1b.775-780h.25
5. Tujuan Hidup
Ibu P.F mempunyai semangat yang tinggi untuk bekerja sebagai upahan di ladang orang lain, ia tidak memikirkan lagi seperti apa ladang yang ia kerjakan
dan dimana tempat ia bekerja, jarak yang jauh akan tetap ia tempuh untuk mendapatkan uang upahan setiap hari. Hal ini karena Ibu P.F ingin fokus untuk
mencapai target setiap hari harus mendapatkan uang untuk upahan, dengan hasil upahan ia dapat membiayai sekolah anaknya.
Universitas Sumatera Utara
“Terfokus kan biaya anak saya sekian... sekian... apalagi yang anak sekolahnya diluar lingkungan ini, seperti anak SMA kan iuran bulanan,
ongkos setiap hari. Kita kan sudah haru s terfokus”
P.FW.1b.515-518h.17 “Pokoknya pulang sudah kumpul lagi sama keluarga, membawa uang
upahan. Semangat lah.” P.FW.1b.519-521h.17
Ibu P.F sudah terfokus untuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti biaya gas, listrik dan kebutuhan pokok lainnya. Hal ini karena
ia tidak mempunyai uang simpanan lagi. Dahulu waktu pertama sekali mengungsi, Ibu P.F masih mempunyai modal dari peliharaannya yang sudah dijual namun,
uang dari hasil jualan ternak sudah dipakai untuk biaya makan selama tinggal di posko pengungsian. Ibu P.F tidak menyadari bahwa ia sudah tidak dapat kembali
ke kampung halaman sehingga uang tersebut tidak disimpan olehnya. Hal ini juga yang membuatnya terpacu untuk mencari modal kembali.
“Yaa itu lah sudah terfokus semua biaya gas, listrik, dapur itu kan harus itu setiap hari, kan sudah kebutuhan pokok.
P.FW.1b.659-661h.21 “Harus mencapai dan mengejar target karena sudah dari nul”
P.FW.1b.661-662h.22 “Anak-anak biayanya... jadai sudah fokus... fokus... duit... duit ke siosar
nanti modal apa. Begitu...begitu lah setiap hari” P.FW.1b.688-690h.22-23
6. Pertumbuhan Pribadi
Ibu P.F merasa bahwa ia tidak dapat berpikir maju untuk kedepan hal ini karena ia sudah tidak memiliki lahan pertanian dan sudah tidak memiliki modal.
Jadi, ia hanya berupaya untuk mencapai target dengan bekerja sebagai pekerja di lahan pertanian orang untuk memperoleh uang yang digunakan untuk kehidupan
sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
“Ini memori-memori target. Ini saja pikiran di dalam sudah terisi target, enggak ada lagi pikiran maju karena maju pun enggak bisa maju karena
lahan pertanian sendiri enggak ada, modal sendiri enggak ada. Kan enggak mungkin maju... kan begitu. Itu makanya tadi target kami sudah
penuh di dalam ini” P.FW.1b.742-747h.24
“Bagaimana kita meningkatkan, lahan pertanian kita juga enggak ada” P.FW.1b.873-874h.28
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18. Rangkuman Analisis Psychological Well-being Pada Partisipan F
No Dimensi
Gambaran Psychological Well-being
1 Penerimaan Diri - Menyadari bahwa dukungan secara emotional memberikan
semangat hidup - Menerima keadaan secara positif dengan menganggap bahwa
posko pengungsian sudah seperti kampung sendiri - Terkadang masih merasa iri apabila melihat hasil panen lahan
pertanian orang lain - Menerima dengan lapang dada dan bersyukur masih dapat
menikmati rezeki yang diberikan Tuhan YME setiap hari serta masih dapat bertahan hidup sampai sekarang
2 Hubungan
Positif dengan
Orang lain - Merasa dapat berhubungan baik dengan sesama teman
- Dapat berbagi keluhan serta pengalaman mengenai pekerjaan. - Berhubungan baik dengan keluarga yang berada di Medan
- Selama tinggal di pengungsian, tidak terjalin hubungan yang positif karena sudah berbeda pemahaman
- Selama tinggal di pengungsian, lebih mementingkan diri sendiri, tidak adanya sistem kekeluargaan karena semua orang sudah
sibuk dengan aktivitasnya masing-masing serta mengikuti cara hidup seperti di kota.
3 Otonomi
- Berupaya agar berlapang dada menerima keadaaan sehingga Ibu P.F dapat melakukan aktivitas kembali
- Mampu mengelolah perilaku untuk membuat aktivitas seperti bekerja dan mengurus keluarga
- Meyakini bahwa ia dapat menjalani kehidupan yang lebih baik karena merasa masih ada Tuhan YME yang setia melindungi serta
menyertai Ibu P.F - Setelah relokasi diberikan, Ibu P.F merasa pasrah dengan keadaan
yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
4 Penguasaan
Lingkungan - Mengelolah tempat tinggal yang tidak aman dengan cara pindah
ke ruangan yang lebih nyaman dan jauh dari keramaian. - Menciptakan ruangan yang kecil menjadi lebih nyaman dengan
cara membuat tanaman di depan ruangan tempat tinggal. - Lingkungan yang baru dapat memberikan keharmonisan bagi
keluarga, ia dapat terbuka untuk mencapai target yang sudah direncanakan serta dapat melihat anak bermain di ruangan yang
baru sehingga ia dapat bersemangat kembali menjalani aktivitas sehari-hari.
5 Tujuan Hidup
- Mempunyai semangat yang tinggi untuk bekerja meskipun jarak yang ditempuh jauh dari tempat tinggal.
- Yakin bahwa Ibu P.F dapat mencapai target bekerja setiap hari untuk mendapatkan uang
- Fokus mencari uang untuk membiayai kebutuhan sehari-hari - Fokus mencari modal untuk persiapan ke kampung yang baru
yaitu siosar 6
Pertumbuhan Pribadi
- Menyadari tidak dapat berpikir untuk berkembang. Hal ini karena Ibu P.F merasa tidak mempunyai lahan pertanian serta simpanan
modal lagi. - Merealisasikan potensi dirinya dengan cara bekerja di lahan
pertanian orang lain untuk mencapai target berupa uang
Universitas Sumatera Utara
B. PEMBAHASAN 1. Bentuk-bentuk
Social Support yang diperoleh Pada Penyintas Bencana Alam Gunung Sinabung
Penyintas adalah seorang yang mampu bertahan hidup, yang selamat dari suatu bencana alam Gunung Sinabung KBBI, 2007. Bencana alam Gunung
Sinabung memberikan dampak yang berbeda-beda kepada setiap individu dilihat dari faktor-faktor, yaitu: tingkat intensitas kehilangan, semakin banyak kehilangan
maka akan menimbulkan reaksi yang semakin hebat, kemampuan individu secara umum untuk menghadapi situasi emotional, dan peristiwa lainnya yang
menimbulkan stress mengikuti peristiwa traumatic yang baru dialaminya American Psychological Association, 2006.
Selain itu, bencana alam Gunung Sinabung juga dapat menyebabkan dampak psikologis, yang meliputi shock, stress, cemas, takut, khawatir, dan
gangguan-gangguan yang berkaitan dengan gejala psikologis lainnya. Dari kumpulan gejala-gejala tersebut dapat dikategorikan dalam posttraumatic stress
disorder Salzer Bickman, 2005. Dari dampak yang dialami oleh penyintas bencana alam Gunung Sinabung mengharuskan mereka untuk tinggal di
pengungsian. Selama tinggal di pengungsian, penyintas membutuhkan tempat tinggal
atau penampungan, makanan, pakaian, bantuan kesehatan, dan pelayanan sosial lainya, yang terkadang tidak mencukupi atau kurang terkoordinasi, namun selama
tinggal dipengungsian, keenam partisipan merasa bahwa banyak dari berbagai pihak memberikan pertolongan tangan kepada partisipan dalam menghadapi
Universitas Sumatera Utara
tantangan hidup yang mereka hadapi dengan memenuhi kebutuhan mereka baik selama tinggal dipengungian maupun mereka yang sudah dipulangkan kembali ke
kampung halaman. Dari enam partisipan diantaranya ada tiga partisipan yang tidak dapat kembali ke kampung halaman karena keadaan desa tempat mereka
tinggal sudah tertimbun akibat erupsi gunung dan desa yang termasuk pada wilayah zona berbahaya sehingga tidak diperbolehkan untuk kembali ke desa
tersebut sedangkan tiga partisipan lainnya dapat kembali ke kampung halaman karena kampung halaman tempat mereka tinggal masih dalam kondisi layak untuk
ditempati namun, desa tempat mereka tinggal termasuk pada zona berbahaya sehingga mereka juga ikut mengungsi.
Keenam partisipan mendapatkan social support dari berbagai pihak yang memberikan pertolongan. Menurut Cobb dalam Sarafino, 2006, social support
adalah suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain. Menurut Will Fegan
dalam Sarafino, 2006 bentuk-bentuk social support berupa emotional or esteem suppor, tangible or instumental support, informational support dan
companionship support. Beberapa bentuk social support yang diperoleh ketujuh partisipan sebagai berikut:
a. Emotional or Esteem Support
Selama satu setengah tahun tinggal di pengungsian, Ibu P.A memperoleh perhatian dari relawan. Bentuk perhatian yang ia dapatkan berupa rasa prihatin
dengan keadaan bencana alam yang dialaminya. Relawan ada yang memberikan penguatan dan semangat agar Ibu P.A dapat menghadapi tantangan hidup akibat
Universitas Sumatera Utara
bencana alam dengan memberikan kesabaran. Kehadiran dari relawan yang memberikan semangat mempengaruhi secara positif pada keberlangsungan
hidupnya, agar Ibu P.A tetap bersemangat dalam menjalani pekerjaannya sebagai petani.
Sementara itu, bantuan yang diperoleh partisipan kedua, Ibu P.B mendapatkan bentuk kepedulian untuk mendukung Ibu P.B agar ia tidak
memikirkan segala sesuatu yang sudah terjadi pasca-bencana alam yang ia alami dan bantuan berupa semangat untuk menjalani kehidupan pasca-bencana alam.
Sama halnya dengan partisipan ketiga, Ibu P.C mendapatkan dukungan kepedulian dari relawan mahasiswa pada saat memberikan acara kerohanian.
Kepedulian yang diberikan seperti menanyakan keluhan atau kesulitan yang dialami, setelah Ibu P.C mencurahkan perasaan yang ada didalam hatinya bahwa
ia sedang kesulitan untuk membiayai pendidikan anaknya kemudian relawan memberikan penguatan agar Ibu P.C tidak terlalu khawtir dan memberikan
penguatan melalui doa. Kehadiran relawan memberikan ketenangan serta pengharapan kepadanya bahwa masih ada jalan untuk setiap tantangan yang ia
hadapi. Selain itu, dukungan tidak hanya diperoleh Ibu P.C, anaknya juga mendapatakan dukungan dari kelompok pelatih sepak bola yang berasal dari
jakarta, dukungan yang diberikan berupa semangat agar anaknya tidak putus asa pasca-bencana alam dan tetap semangat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi. Sementara itu, pada partisipan keenam, Ibu P.F memperoleh dukungan
yang berasal dari keluarga di medan. Ibu P.F seorang pendatang dari medan yang
Universitas Sumatera Utara
setelah menikah dengan suami, ia tinggal di desa simacem. Dukungan kepedulian dan semangat ditunjukan kepada Ibu P.F agar tetap kuat, sabar dan berlapang dada
menerima keadaan yang terjadi. Dukungan keluarga memberikan pencerahan kepada Ibu P.F bahwa segala sesuatu yang telah terjadi merupakan cobaan yang
diberikan oleh Tuhan YME. Sedangkan pada dua partisipan lainnya yaitu, partisipan keempat Ibu P.D dan partisipan kelima Ibu P.E tidak menunjukkan
bahwa mereka memperoleh bantuan berupa dukungan emotional secara langsung. Bentuk dukungan yang diperoleh pada keempat dari enam partisipan
termasuk jenis dukungan yang memberikan rasa empati, peduli terhadap seseorang sehingga memberikan perasaan nyaman, perhatian, dan penerimaan
secara positif, dan memberikan semangat kepada orang yang dihadapi. Taylor 2009 berpendapat dengan menyediakan kenyamanan dan menjamin dengan
mendalam perasaan dan sehingga seseorang yang menerima dukungan ini akan merasa dicintai dan dihargai.
b. Tangible or Instrumental Support
Menurut Taylor 2009, Tangible support ini termasuk berupa dukungan material, seperti pelayanan, bantuan finansial, atau benda-benda yang dibutuhkan.
Berbagai dukungan material diperoleh dari pemerintah, relawan gereja atau relawan lainnya yang mengulurkan tangan untuk membantu penyintas baik
selama tinggal di pengungsian maupun sesudah penyintas dipulangkan kembali ke kampung halaman.
Partisipan pertama Ibu P.A, memperoleh dukungan material dari pemerintah berupa uang senilai 2 juta. Dukungan uang yang diberikan pemerintah
Universitas Sumatera Utara
bertujuan untuk membantu biaya pendidikan anak sekolah. Setelah memperoleh bantuan uang senilai 2 juta, Ibu P.A menggunakan uang tersebut untuk membayar
uang buku dan uang sekolah anaknya yang duduk dibangku kelas 3 SMA. Selain bantuan yang diperoleh dari pemerintah, pihak lain juga ikut berpartisipasi untuk
memberikan bantuan kepada anak berupa barang seperti permainan dan pakaian seragam sekolah agar anak dapat melanjutkan sekolah meskipun mereka tinggal di
pengungsian. Dukungan material berupa Pelayanan transportasi disediakan oleh
pemerintah baik dari mobil BNPB, Tentara maupun Diakonia atau GBKP. Dukungan material berupa pelayanan transportasi ini diberikan oleh berbagai
pihak karena melihat keadaan tempat sekolah anak yang mempunyai jarak tempuh cukup jauh dari tempat tinggal. Bantuan tersebut dirasakan bermanfaat karena
bantuan ini meringankan beban Ibu P.A supaya tidak perlu lagi mengeluarkan biaya transportasi untuk anaknya pergi ke sekolah
Selain itu, Ibu P.A memperoleh dukungan secara finansial senilai 3 juta. Bantuan secara finansial ini diperoleh dari pemerintah. Pemerintah memberikan
uang senilai 3 juta dengan tujuan penyintas yang tinggal di pengungsian dapat menyewa rumah dan lahan pertanian agar mereka dapat bekerja kembali, namun
dana tersebut kurang cukup untuk menyewa rumah senilai 1,8 juta dan menyewa lahan pertanian senilai 2 juta selama 6 bulan. Ibu P.A merasa bahwa bantuan yang
diperoleh kurang memuaskan sehingga ia menggunakan uang tersebut untuk membiayai kehidupannya sehari-hari yang digunakan untuk membeli nasi seharga
6 ribu. Ibu P.A merasa untuk membiayai makan saja tidak cukup apalagi untuk
Universitas Sumatera Utara
menyewa rumah atau lahan pertanian. Hal ini karena mengingat biaya untuk makan sehari-hari mahal dan sewa rumah serta sewa lahan pertanian yang mahal
sehingga bantuan uang yang diberikan oleh pemerintah dirasakan tidak dapat mencukupi
Selain dukungan material berupa uang, Ibu P.A juga memperoleh dukungan material berupa makanan pokok seperti beras sebanyak 15 kg. Bantuan
material berupa beras ini diberikan kepada satu kepala keluarga sebanyak 15 kg. Ibu P.A memperoleh bantuan beras sampai bulan februari 2015.
Bantuan material yang diperoleh partisipan kedua Ibu P.B, yaitu dukungan secara langsung dari pemerintah, GBKP dan relawan berupa makanan seperti
beras, ikan, minyak dan daging. Bantuan beras yang diperoleh sebanyak 60 kg untuk sekali masak, beras sebanyak ini cukup untuk dibagikan kepada setiap
orang di posko pengungsian klasis GBKP. Ibu P.B memperoleh bantuan dari pihak pribadi berupa makanan daging. Pemberian daging tergantung pada siapa
yang akan memberi, biasanya disalurkan sekitar 25 kg . Bantuan makanan ini biasanya disalurkan ke posko setiap satu kali dalam satu minggu. selain itu,
bantuan yang diperoleh berupa sabun mandi, minuman, susu dan pampers. Anak Ibu P.B juga memperoleh dukungan untuk kebutuhan sekolah dari
pemerintah dalam bentuk barang dan uang. Bantuan dalam bentuk barang berupa tas, buku, dan sepatu. Bantuan dalam bentuk uang diperoleh anak SD dan SMP,
yang duduk di bangku SMP memperoleh senilai 1,5 juta dan anak yang duduk di bangku SD memperoleh uang senilai 1 juta. Bantuan uang untuk anak Ibu P.B
hanya sekali saja diperolehnya. Ibu P.B merasa bantuan yang diberikan belum
Universitas Sumatera Utara
merata. Hal ini karena anaknya yang duduk di bangku kelas 2 SMA seharusnya memperoleh bantuan uang senilai 2 juta namun, tidak diperoleh karena anak Ibu
P.B sekolah di luar tanah karo, terlihat bahwa bantuan yang diberikan oleh pemerintah lebih mengutamakan pada penyintas yang terdampak bencana saja.
Selain untuk memenuhi kebutuhan saat di pengungsian, bantuan untuk keberlangsungan hidup untuk kembali ke kampung halaman juga diperoleh dari
pemerintah berupa beras sebanyak 12 kg per orang dan memperoleh uang senilai 3 juta per kepala keluarga namun, Ibu P.B merasa bantuan uang senilai 3 juta
tidak cukup untuk memenuhi biaya pendidikan anaknya. Bantuan uang yang diperoleh Ibu P.B digunakan untuk membuat modal usaha yaitu menjual makanan
ringan di warung miliknya. Semua bantuan material yang diberikan kepada Ibu P.B dirasakan
bermanfaat karena bantuan utama yaitu makanan dapat terpenuhi selama tinggal di pengungsian. Awalnya, Ibu P.B mengira bahwa tinggal di pengungsian akan
kekurangan makanan namun, pada kenyataannya hal itu tidak terjadi karena begitu banyak orang yang memberikan pertolongan dan memberikan berbagai
bantuan untuk memenuhi kebutuhan selama tinggal di posko pengungsian. Bantuan material yang diperoleh partisipan ketiga Ibu P.C, yaitu dukungan
secara langsung dari gereja, pemerintah serta pihak lainnya berupa berupa makanan yaitu beras bulog. Bantuan dari gererja berupa minyak, gula, beras
selama empat kali bantuan diberikan, sedangkan bantuan yang ia peroleh dari pemerintah hanya beras bulog. Selain itu Ibu P.C juga memperoleh bantuan
material berupa pelayanan kesehatan yang memberikan pengobatan gratis dengan
Universitas Sumatera Utara
mendatangkan dokter-dokter untuk melayani penyintas yang berada di posko pengungsian KWK berastagi. Pengobatan gratis yang diberikan seperti obat-
obatan herbal diperoleh dari papua. Bantuan ini diberikan pada Ibu P.C saat ia sudah kembali ke kampung halamannya.
Bantuan material lainnya diperoleh anak Ibu P.C, yaitu bantuan berupa uang yang diberikan untuk anak kuliah senilai 4,2 juta, anak SMP mendapatkan
senilai 1,5 juta dan anak SD senilai 1 juta. Bantuan ini diberikan oleh pemerintah secara langsung kepada Ibu P.C untuk membiayai pendidikan anaknya, namun ia
merasa sedikit kecewa dengan bantuan yang diberikan tidak sesuai janji untuk memberi bantuan kepada anaknya yang duduk di bangku SMA, namun pada
kenyataannya anak Ibu P.C yang duduk di bangku SMA tidak memperoleh uang yang dijanjikan tersebut senilai 2 juta.
Setelah pulang ke kampung halaman, bantuan material yang diberikan oleh relawan berupa uang dan barang. Uang yang diberikan senilai 600 ribu serta
barang yang diberikan seperti sepatu sekolah, baju sekolah dan buku. Uang yang diberikan senilai 600 ribu dipergunakan untuk membayar uang les selama empat
bulan. Hal ini karena anak Ibu P.C yang duduk dibangku kelas 3 SMA sedang mengikuti les untuk persiapan ujian yang akan anaknya hadapi. Ibu P.C merasa
sangat beryukur dengan adanya bantuan untuk membiayai pendidikan anaknya sekolah. Hal ini karena, ia merasa selama ini berpikir bahwa ia tidak mampu lagi
membiayai anaknya sekolah. Selain bantuan untuk anak, Ibu P.C juga memperoleh bantuan dari dinas
pertanian berupa bibit jeruk. Dukungan material berupa bibit jeruk diharapkan
Universitas Sumatera Utara
sebagai modal awal untuk Ibu P.C bekerja kembali sebagai petani. Bantuan yang diperoleh lainnya berasal dari Kementerian Republik Indonesia, Pusaka Indonesia,
dan Chatolc, bantuan yang diberikan berupa tas yang digunakan untuk persiapan membawa perlengkapan pakaian yang diperlukan apabila erupsi gunung kembali
terjadi. Ibu P.C merasa bantuan yang diberikan sangat dibutuhkan. Hal ini karena, mengingat bahwa Ibu P.C sudah tidak memiliki tas yang besar lagi untuk
membawa perlengkapan pakaian apabila ia diharuskan untuk mengungsi kembali. Bantuan material yang diperoleh partisipan keempat Ibu R,D, yaitu
dukungan secara langsung dari pemerintah serta pihak lainnya. Ibu P.D memperoleh bantuan berupa makanan seperti beras, minyak makan, dan ikan.
Bantuan beras yang diberikan setiap harinya sekitar 4 gram per orang untuk sekali makan. Bantuan ini disalurkan ke posko pengungsian setiap 2 minggu sekali.
Bantuan dari pihak lain yaitu kedutaan besar jerman yang memberikan bantuan makanan berupa daging. Bantuan daging dari pihak lain disalurkan terlebih
dahulu kepada BPBD untuk disebarkan ke posko pengungsian lainnya. Selain bantuan makanan, Ibu P.D juga mendapatkan bantuan kesehatan
berupa obat yang disediakan di posko pengungsian. Ibu P.D dapat meminta obat gratis di bagian logistik posko pengungsian. Selain itu, pemerintah juga
menyediakan layanan kesehatan di rumah sakit buah hati secara gratis diberikan kepada penyintas yang tinggal di pengungsian. Pelayanan kesehatan yang
diperoleh secara gratis oleh Ibu P.D hanya sampai pada bulan 6 tahun 2014. Bantuan kesehatan juga diperoleh dari pihak lain yaitu Stasiun Televisi SCTV
Universitas Sumatera Utara
serta relawan seperti dokter yang tujuannya untuk memberikan bantuan material berupa pelayanan kesehatan bagi penyintas yang tinggal di posko pengungsian.
Ibu P.D merasa bahwa bantuan yang diperoleh dari pemerintah secara merata diberikan kepada seluruh posko pengungsian. Berbeda halnya dengan
bantuan yang diperoleh dari pihak lain. Pihak lain memberikan bantuan sesuai dengan keinginan hati untuk membantu ke posko tertentu saja. Berbagai bantuan
yang diberikan kepada Ibu P.D, bantuan berupa beras, roti, dan uang. Bantuan juga diperoleh dari anggota DPR berupa uang, sabun, dan makanan. Uang yang
diperoleh dipergunakan untuk membeli sirih. Hal ini terlihat juga pada saat di salah satu ruangan, sudah tersedianya bahan untuk menyirih.
Bantuan diperoleh Ibu P.D tidak hanya di pengungsian saja, ia juga memperoleh bantuan saat dipulangkan ke kampung halaman, desa sukanalu.
Bantuan yang diperoleh berupa uang senilai 3 juta. Bantuan uang digunakan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari serta modal untuk bercocok tanam di ladang
sendiri, namun Ibu P.D merasa bahwa bantuan tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup Ibu P.D. Hal ini karena Ibu P.D harus membiayai pendidikan
untuk keempat anak yang masih menjalani pendidikan dibangku SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi.
Bantuan material yang diperoleh partisipan kelima Ibu R,E, yaitu dukungan secara langsung dari pemerintah serta pihak lain. Bantuan yang material
berupa beras, minyak, indomie dan telur serta sabun dan pampers. Bantuan dari pemerintah terakhir kali diberikan pada tanggal 26 juni 2014, pemerintah
memberikan surat pernyataan tersebut. Lalu para penyintas menerimanya pada
Universitas Sumatera Utara
tanggal 10 juli 2014. Setelah beberapa bulan kemudian, pada bulan maret tahun 2015 Ibu P.E mendapatkan bantuan material berupa uang untuk menyewa rumah
1,8 juta dan menyewa lahan pertanian 2 juta untuk menyewa selama 6 bulan. Ibu P.E juga mendapat dukungan dari Dinas Sosial berupa beras dan uang.
Beras yang diberikan sebanyak 4 ons per orang, bantuan ini diberikan selama 1 bulan. Uang yang diberikan senilai lima ribu per orang setiap hari selama dua
bulan. Ibu P.E merasa bersyukur setiap bantuan yang ia dapatkan meskipun hanya sedikit bantuan yang ia peroleh, namun bantuan tersebut harus disyukuri Selain
bantuan material berupa makanan dan dana, Ibu P.E juga memperoleh bantuan material berupa pelayanan kesehatan seperti terapi tubuh yang bermanfaat untuk
merilekskan tubuh agar tidak stress. Bantuan juga diperoleh dari Ibu P.E berupa baju untuk satu kepala
keluarga. Bantuan ini diperoleh dari perusahaan. Terkadang, bantuan dapat diberikan satu baju per orang namun, melihat begitu banyaknya penyintas yang
tinggal di pengungsian, biasanya relawan akan memberikan bantuan untuk per kepala keluarga saja agar bantuan dapat tersalurkan secara merata.
Anak-anak juga mendapatkan berbagai dukungan material berupa uang, alat tulis serta seragam sekolah. Bantuan ini lebih diutamakan bagi anak yang
sedang menjalani pendidikan di sekolah akan tetapi, bantuan untuk anak yang belum masuk sekolah ataupun yang masih balita, akan tetap diberikan bantuan.
Bantuan yang diberikan berupa uang senilai 400 ribu selama 2 periode. Anak Ibu P.E masih berusia 1 tahun tetap memperoleh bantuan uang tersebut. Ibu P.E
mengunakan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari apabila
Universitas Sumatera Utara
uang yang diperoleh berlebih maka ia akan menabung sisa uang tersebut. Bantuan juga diperoleh saat di pengungsian berupa bantuan untuk anak yaitu penyediaan
rumah pintar talita. Bantuan ini sediakan di posko pengungsian selama satu tahun. Bantuan berupa rumah talita yang berada di posko pengungsian digunakan untuk
tempat anak-anak belajar dan membaca. Di tempat ini juga disediakan buku-buku untuk membaca anak, namun setelah penyintas dinyatakan sudah tidak menjadi
pengungsi lagi, rumah talita ini tidak disediakan lagi untuk anak-anak. Bantuan material yang diperoleh partisipan keenam Ibu R,F, yaitu
dukungan secara langsung baik dari pemerintah maupun pihak lain. Ibu P.F akan mendapatkan bantuan relokasi karena tempat tinggalnya yang berada di desa
simacem termasuk wilayah pada zona yang tidak aman sehingga terpaksa harus di relokasi ke desa yang yang lebih aman yaitu di siosar kecamanatan merek.
Bantuan material lainnya berupa makanan seperti beras, minyak, mie, gula, susu untuk anak serta sabun dan pasta gigi serta bahan sembako lain.
Bantuan selalu berdatangan mulai dari awal mengungsi sampai penyintas dinyatakan tidak menjadi pengungsi lagi. Silih berganti dukungan berdatangan ke
posko pengungsian untuk memberikan sembako. Ibu P.F memperoleh bantuan material yang diberikan pemerintah.
Dukungan material berupa dana senilai 3,8 juta yang bertujuan untuk mengganti kerugian rumah senilai 2 juta dan lahan pertanian 1,8 juta. Ibu P.F merasa bahwa
bantuan berupa uang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ibu P.F merasa tidak sanggup untuk menyewa sehingga ia menggunakan uang 3,8 juta untuk disimpan
Universitas Sumatera Utara
atau membiayai kebutuhan anak dan membiayai kebutuhan makan untuk melangsungkan kehidupannya
Dukungan lainnya juga diperoleh anak Ibu P.F. dukungan material berupa perlengkapan sekolah untuk anak seperti seragam sekolah. Bantuan ini
diprioritaskan untuk anak yang sedang menjalani pendidikan SD sampai SMA namun, apabila bantuan yang diberikan berlebih maka bantuan tersebut akan
diberikan kepada anak-anak yang belum masuk sekolah. c.
Informational Support Menurut House dalam Orford, 1992 menjelaskan bahwa dukungan
informasi terdiri dari 2 bentuk, yaitu dukungan informasi yang berarti memberikan informasi atau mengajarkan sesuatu keterampilan yang berguna
untuk mendapatkan pemecahan masah dan yang kedua adalah berupa dukungan penilaian appraisal support yang meliputi informasi yang membantu seseorang
dalam melakukan penilaian atas kemampuan dirinya sendiri. Selama tinggal di pengungsian, dukungan informasi juga diperoleh Ibu
P.A. Dukungan informasi berupa fasilitas pengajar dan fasilitas tempat untuk tempat belajar anak selama tinggal di posko pengungsian. Berbagai relawan atau
guru yang datang dengan sukarela membantu anak-anak dalam belajar selama di posko pengungsian. Bantuan ini sangat membantu anak dalam menyelesaikan
perkerjaan rumah PR di sekolah. Biasanya, proses belajar mengajar dilakukan setiap hari minggu di salah satu ruangan di posko pengungsian UKA II
Kabanjahe.
Universitas Sumatera Utara
Dukungan informasi berupa arahan kepada Ibu P.A diperoleh untuk mengetahui cara membuat usaha ternak bebek, usaha kursi dan usaha kerupuk.
Informasi ini ditujukan untuk penyintas yang tinggal di tiga desa yang akan di relokasi. Hal ini karena mengingat tiga desa yang akan di relokasi nantinya harus
mempunyai persiapan untuk bekerja kembali, namun tidak untuk bekerja sebagai petani karena keterbatasan pemerintah dalam membantu untuk menyediakan lahan
pertanian kepada seluruh penyintas yang direlokasi sehingga tempat relokasi tidak tersedia lahan pertanian untuk bercocok tanam. Dukungan informasi ini bertujuan
untuk memberikan wawasan agar membentuk kelompok usaha ternak sebanyak 15 orang kemudian informasi untuk lahan usaha ternak dibuat tidak terlalu lebar
agar dapat dikerjakan dengan sebaik mungkin sehingga dapat menghasilkan. Dukungan dalam bentuk acara ini laksanakan selama dua hari, yang dilakukan
secara bergantian dengan penyintas serta dipandu oleh pemerintah. Ibu P.A bersama dengan penyintas lainnya menggunakan bus yang di fasilitasi oleh
pemerintah agar sampai ke tempat tujuan di Medan. Selain itu, dukungan informasi juga diperoleh Ibu P.A dari berbagai pihak
yang membantu. Informasi yang diperoleh Ibu P.A berupa cara untuk membuat kerajinan tangan seperti membuat sumpit, tas, dan gelang yang terbuat dari bahan
plastik dan benang. Ibu P.A merasa bahwa bantuan informasi mengenai kerajinan tangan dapat memberikan wawasan kepadanya, akan tetapi bantuan kerajinan
tangan seperti itu tidak terlalu bermanfaat bagi Ibu P.A. Hal ini karena kerajinan tangan yang sudah dibuat tidak mempunyai pasaran sehingga kemungkinan untuk
Universitas Sumatera Utara
laku sedikit lagi pula, ia juga tidak mempunyai modal untuk melanjutkan kerajinan tangan tersebut.
Bantuan diperoleh partisipan kedua Ibu P.B yaitu, bantuan informasi dari pemerintah dan relawan. Dukungan informasi yang diperoleh berasal dari Dinas
Pertanian. Informasi yang diberikan untuk melihat kondisi tanah di lahan pertanian miliknya. Setelah mengetahui informasi yang diberikan untuk
mengetahui keadaan tanah akibat erupsi Gunung Sinabung sehingga dengan mengetahui informasi ini Ibu P.B mengetahui pekerjaan apa yang akan dilakukan
setelah dipulangkan ke kampung halaman. Selain itu, bantuan yang diperoleh lainnya, berupa dukungan arahan untuk anak Ibu P.B. Dukungan informasi untuk
anak bertujan untuk mengajari anak belajar dan membantu menyelesaikan perkerjaan rumah PR yang dibawa dari sekolah. Biasanya, anak diajari oleh
relawan setiap malam hari. Bantuan diperoleh partisipan ketiga Ibu P.C yaitu, bantuan informasi dari
relawan. bantuan informasi diperoleh anak Ibu P.C dimana anak yang sedang bersekolah memperoleh pengajaran yang diberikan oleh relawan. Dukungan
informasi ini bertujuan untuk membantu agar anak tetap belajar meskipun berada di pengungsian.
Selain bantuan informasi untuk anak, Ibu P.C juga mendapatkan dukungan informasi. Pada saat ia kembali ke kampung halaman, dukungan tetap diberikan
kepada Ibu P.C. Dukungan informasi ini seperti memberikan arahan untuk melakukan simulasi tanggap darurat terhadap bencana alam yang diselenggarakan
oleh pusaka dan pihak lainnya. Bantuan informasi yang diberikan adalah
Universitas Sumatera Utara
membawa barang yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu ke dalam tas yang sudah diberikan kemudian mereka harus pergi ke jambur untuk berkumpul
bersama-sama dengan warga lainnya setelah itu, dari jambur mereka akan berangkat bersama mengikuti petunjuk arah jalan yang sudah dibuat untuk
tanggap darurat bencana. Simulasi ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada Ibu P.C serta penyintas lainnya agar bersama-sama mengikuti petunjuk
jalan dan mempermudah mereka untuk lari apabila erupsi kembali terjadi. Ibu P.C merasa bahwa bantuan informasi ini bermanfaat memberikan arahan untuk
mengingatkan penyintas membawa perlengkapan pakaian yang secukupnya apabila erupsi gunung kembali terjadi dan mengharuskan untuk mengungsi
kembali. Bantuan diperoleh partisipan keempat Ibu P.D yaitu, bantuan informasi
dari pemerintah dan relawan. Dukungan informasi yang diperoleh anak Ibu P.D berupa pengajaran yang diberikan oleh relawan kepada anaknya. Hal ini karena
melihat terbatasnya keadaan di pengungsian sehingga diberikan dukungan terhadap anak dalam mempermudah mengikuti pelajaran di sekolah. Selain itu,
bantuan juga diperoleh Ibu P.D. Bantuan informasi untuk mengarahkan dan membimbing orang tua agar
tetap kuat untuk menjalani kehidupan pasca-bencana alam. Informasi yang diberikan mengenai cara mengatasi dampak yang terjadi akibat bencana alam
kemudian memberikan solusi untuk tetap berupaya menjalani hari-hari yang lebih baik lagi. Ibu P.D merasa bahwa bantuan seperti bimbingan untuk memberikan
Universitas Sumatera Utara
informasi tersebut bermanfaat untuk kesejahteraan psikologis anak maupun orang dewasa.
Bantuan diperoleh partisipan kelima Ibu P.E yaitu, bantuan informasi dari pemerintah dan relawan. Dukungan yang diperoleh Ibu P.E berupa informasi yang
mengarahkan untuk menambah pengetahuan penyintas mengenai cara untuk mengatasi trauma dan mengatasi stress yang dialami akibat bencana alam Gunung
Sinabung. Dukungan informasi bertujuan untuk mengubah pola pikir penyintas mengenai tantangan yang sedang dihadapi bahwa segala sesuatu yang sudah
terjadi di hidupnya akan ada masa depan yang indah menantinya. Selain informasi yang diberikan kepada orang tua, dukungan untuk anak Ibu P.E juga diberikan
berupa pengajaran melalui bermain. Diharapkan dengan bermain anak-anak juga mendapatakan pembelajaran. permainan yang diberikan oleh relawan seperti
bermain ular tangga dan permainan lainnya. Bantuan diperoleh partisipan keenam Ibu P.F yaitu, bantuan informasi dari
relawan mahasiswa dan pemerintah berupa pengarahan mengenai kesehatan untuk anak. Dengan memberikan arahan untuk mengetahui cara hidup sehat
dengan memberi tahu pada saat selesai bermain, maka anak harus membersihkan tubuh dengan cara mandi supaya tubuh anak terhindar dari kuman dan tubuh tetap
sehat. Bantuan informasi ini dilakukan selama 4 hari untuk mengajari anak
mengenai kesehatan. Ibu P.F merasa bantuan kesehatan untuk anak penting diberikan. Hal ini karena melihat keadaan yang ramai, tidak adanya jarak antar
penyintas saat tidur di posko pengungsian. Ibu P.F merasa sangat berterima kasih
Universitas Sumatera Utara
atas bantuan informasi yang diberikan kepada anaknya karena dengan informasi tersebut, anaknya dapat mengubah perilakunya yang awalnya tidak memikirkan
untuk mandi secara teratur namun, sekarang sudah mempunyai inisiatif sendiri untuk mandi setelah ia bermain dengan temannya.
Selain itu, dukungan informasi juga diperoleh Ibu P.F dari pemerintah yaitu, saat pembubaran pengungsi diberikan arahan agar penyintas tidak
bergantung lagi dengan bantuan dari berbagai pihak terutama dari pemerintah. Penyintas harus mencari pekerjaan kembali dan hidup mandiri tanpa bantuan
orang lain untuk membiayai kebutuhan pendidikan anak serta kebutuhan sehari- hari. Pemerintah juga memberikan saran dan mengizinkan penyintas yang
anaknya masih sekolah untuk dititipkan ke sekolah dimana jarak antar sekolah dengan tempat tinggal saat ini tidak terlalu jauh. Anak Ibu P.F diperbolehkan
sekolah disekitar posko tempat tinggalnya, anaknya masuk siang setiap harinya. d.
Companionship Support Dukungan jenis ini merupakan kesediaan untuk meluangkan waktu dengan
orang lain dengan memberikan perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok orang yang tertarik untuk saling berbagi dan kegiatan sosial. Hal ini dapat
mengurangi stres dengan terpenuhinya kebutuhan affiliation dan berhubungan dengan orang lain, dengan menolong seseorang yang terganggu dari kekhawatiran
akan masalah yang ia miliki, atau memfasilitasi perasaan yang positif Cohen dan Wills dalam Orford, 1992
Universitas Sumatera Utara
Bantuan yang diperoleh partisipan pertama Ibu P.A, yaitu berupa dukungan dari relawan. beberapa relawan yang membantu biasanya akan
meluangkan waktu mereka untuk membuat acara di pengungsian. Acara yang dilakukan oleh relawan seperti memasak bersama dengan penyintas. Ibu P.A
merasa bahwa dukungan yang diperoleh tersebut tidak terlalu bermanfaat untuk diberikan kepada Ibu P.A. Hal ini karena mengingat bahwa tanpa adanya bantuan
berupa bahan pokok atau makanan, bantuan untuk membantu dalam memasak juga tidak terlalu bermanfaat maka perlu juga dukungan itu disertai dengan
dukungan berupa material berupa makanan. Dukungan melalui acara kerohanian diperoleh Ibu P.A, seorang yang
beragama Islam jadi, ia mengikuti acara kerohanian berdasarkan agama yang ia anut yaitu Islam. Ibu P.A merasa dukungan berupa acara kerohanian mempunyai
manfaat berarti baginya, ia semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga ia semakin menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam
kehidupan khusunya pada bencana alam yang ia alami, itu semua atas dasar kuasa dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Bantuan yang diperoleh partisipan kedua Ibu P.B, yaitu berupa dukungan dari relawan. Relawan yang memberi bantuan biasanya datang untuk memberikan
acara seperti kebaktian, bernyanyi dan melakukan sesi tanya-jawab. Acara tersebut dilakukan setiap hari sabtu pada saat malam hari di posko pengungsian.
Ibu P.B merasa bahwa acara kerohanian yang diperolehnya dapat memberikan penghiburan. Penghiburan yang dirasakan dapat membuat semangat untuk
menjalani kehidupannya, namun Ibu P.B mengatakan bahwa dukungan yang
Universitas Sumatera Utara
diberikan relawan kepada orang tua khususnya bagi Ibu P.B, tidak terlalu penting sebaiknya, dukungan tersebut diberikan untuk anak-anak saja. Hal ini karena ia
merasa bahwa orang tua tidak sempat lagi untuk meluangkan waktu mengikuti acara yang dibuat oleh relawan tersebut, orang tua hanya memikirkan pekerjaan
yang akan dikerjakan untuk hari besok. Bantuan yang diperoleh partisipan ketiga Ibu P.C, yaitu berupa dukungan
dari relawan. Dukungan kesediaan meluangkan waktu dengan orang lain biasa diberikan para relawan kepadanya seperti acara kerohanian. Acara ini
memberikan ketenagan pada Ibu P.C untuk tetap bersemangat dalam menjalani kehidupannya yang lebih baik lagi.
Selain dukungan seperti acara kerohanian, dukungan berupa hiburan juga diperoleh Ibu P.C seperti permainan dengan berjoget bersama-sama, setiap kali
jogetan mereka paling bagus maka akan diberikan hadiah. Akan tetapi, Ibu P.C merasa bahwa dukungan acara hiburan ini tidak terlalu penting baginya. Hal ini
karena ia merasa bahwa orang tua lebih mementingkan pekerjaan seperti apa yang akan dikerjakan di lahan pertanian miliknya sedangkan anak-anak tidak
memikirkan hal itu, anak-anak lebih membutuhkan hiburan agar tetap bersemangat untuk meraih cita-cita yang diimpikan.
Saat pulang ke kampung halaman, Ibu P.C mendapatkan bantuan berupa gotong-royong bersama penduduk desa kebayaken serta pihak yang membantu
ikut berpartisipasi untuk membersihkan jalanan menuju ke kampung halaman. Hal ini karena jalanan yang menuju ke kampung halaman dipenuhi dengan abu
vulkanik yang tebal sehingga abu vulkani sudah menutupi jalanan yang mengarah
Universitas Sumatera Utara
ke desa kebayaken. Bantuan ini bermanfaat bagi Ibu P.C untuk meringankan pekerjaan membersihkan jalan menuju ke rumahnya. Bantuan ini juga diberikan
upah untuk setiap harinya berupa uang senilai 50 ribu per hari selama satu bulan. Bantuan yang diperoleh partisipan keempat Ibu P.D, yaitu berupa
dukungan dari relawan. Dukungan kesediaan meluangkan waktu dengan orang lain seperti acara kerohanian. Selain itu, pihak lain juga membantu secara pribadi.
Bantuan berupa acara natal bersama yang diselenggarakan oleh salah seorang DPR memberikan undangan, acara tidak hanya untuk memperingati hari natal saja
namun bantuan secara material juga diberikan kepada para penyintas di pengungsian
Bantuan lainnya, diperoleh anak Ibu P.D berupa acara bersama dengan anak-anak. Mereka memperbaiki kamar mandi yang rusak, membersihkan los, dan
bermain bersama dengan anak-anak. Bantuan ini diperoleh dari pihak ketiga yaitu mahasiswa. Sebelum mereka membuat acara bersama dengan anak-anak ini
terlebih dahulu mereka melihat kegiatan anak yang pada saat itu sedang libur sekolah sehingga acara yang dibuat oleh relawan dapat diikuti seluruh anak.
Bantuan yang diperoleh partisipan kelima Ibu P.E, yaitu dukungan dalam meluangkan waktu berupa acara yang diselenggarakan oleh relawan mahasiswa
atau gereja. Ibu P.E seorang yang beragama muslim, ia hanya mengikuti acara kerohanian sesuai dengan agama yang ia anut. Ibu P.E mengikuti acara yang
dibuat oleh relawan yaitu dukungan melalui acara maulid nabi, acara yang dilakukan berasama-sama dengan penyintas lainnya yang merayakan hari besar
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Acara tersebut diselenggarakan sesuai dengan acara maulid pada umumnya, ada yang memberikan ceramah.
Bantuan yang diperoleh partisipan keenam Ibu P.F, yaitu berupa dukungan dari relawan. Dukungan lainnya diperoleh Ibu P.F berupa acara kerohanian yang
diselenggarakan oleh relawan dari gereja untuk memberi ceramah. Biasanya bantuan ini datang setiap minggu. Saat tinggal di posko pengungsian, sudah
tersedia ruangan untuk tempat berkumpul para penyintas. Biasanya, di tempat ini dilakukan ibadah. Ibadah tidak dilakukan di luar lingkungan posko pengungsian
agar anak-anak yang mengikuti acara lain di pengungsian dapat diawasi oleh orang tua.
Kegiatan acara yang diberikan untuk orang tua biasanya acara kerohanian sedangkan untuk kegiatan anak biasanya dilakukan dengan bermain bersama.
Anak-anak merasa sangat senang adanya permainan yang diselenggarakan di posko pengungsian. Hal ini terlihat dari antusias anak-anak dalam mengikuti
segala kegiatan yang dibuat saat di posko pengungsian. Ibu P.F merasa bahwa mengikuti kegiatan kerohanian sangat bermanfaat untuk memberikan pengharapan
yang baru dalam hidupnya. Ibu P.F merasa bahwa keadaannya sekarang hanya menyerahkan semua kepada Tuhan untuk menjalani kehidupannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Bentuk-bentuk Social Support yang dibutuhkan Pada Penyintas Bencana
Alam Gunung Sinabung
a. Emotional or Esteem Support
Dukungan ini melibatkan rasa empati, peduli terhadap seseorang sehingga memberikan perasaan nyaman, perhatian, dan penerimaan secara positif, dan
memberikan semangat kepada orang yang dihadapi Will Fegan dalam Sarafino, 2006. Partisipan kedua Ibu P.B membutuhkan dukungan emotional
yang menunjukkan rasa peduli orang lain terhadap Ibu P.B Hal ini karena ia beranggapan bahwa dukungan yang diberikan tersebut dapat memberikan
penghiburan disaat ia merasa tidak mempunyai semangat lagi namun, dengan adanya bantuan seperti itu ia dapat kembali untuk bersemangat melakukan
aktivitas serta melakukan pekerjaannya kembali sebagai pekerja di ladang orang lain.
Sementara itu, pada partisipan kelima Ibu P.E, membutuhkan dukungan secara emotional seperti perhatian dari pemerintah. Bentuk perhatian seperti
melihat keadaan kehidupan penyintas yang tinggal di posko pengungsian UKA. Ibu P.E merasa salah satu dari tiga desa yang merasakan penderitaan karena ia
tidak dapat ke kampung halaman kembali, kehilangan harta benda, dan kehilangan mata pencarian. Bantuan yang dibutuhkan untuk meringankan perasaan menderita
yang dialami oleh Ibu P.E. Taylor 2009 berpendapat dengan menyediakan kenyamanan dan menjamin dengan mendalam perasaan dan sehingga seseorang
yang menerima dukungan ini akan merasa dicintai dan dihargai.
Universitas Sumatera Utara
Secara keseluruhan, partisipan kedua Ibu P.B dan partisipan kelima Ibu P.E membutuhkan dukungan secara emotional sedangkan pada partisipan lainnya
tidak menunjukkan bahwa mereka membutuhkan bantuan emotional tersebut. b.
Tangible or Instrumental Support Partisipan pertama Ibu P.A merasa hari-hari dalam kehidupannya semakin
sulit dikarenakan pekerjaan dan harta benda yang dimilikinya sudah tidak ia miliki lagi. Pada saat tinggal di pengungsian, Ibu P.A sangat membutuhkan
bantuan dari orang lain untuk meringankan sedikit beban kehidupan yang ia alami. Bantuan yang dibutuhkan Ibu P.A adalah kebutuhan untuk makanan sehari-
hari seperti sembako. Hal ini karena ia merasa sudah kekurangan makanan saat tinggal di pengungsian. Ia tidak diberikan bantuan lagi oleh pemerintah mulai
bulan 6 tahun 2014. Selain itu, Bantuan untuk transportasi anak juga dibutuhkan oleh Ibu P.A. Hal ini karena ia merasa jarak antara pengungsian dengan sekolah
anak jauh sehingga Ibu P.A harus mengeluarkan biaya untuk transportasi anak. Hal ini yang membuatnya merasa semakin sulit secara ekonomi.
Dukungan material lainnya juga dibutuhkan oleh Ibu P.A seperti lahan pertanian, bibit, pupuk dan alat-alat pertanian lainnya agar ia dapat bekerja
kembali sebagai petani. Setelah ia mendapatkan bantuan ini maka ia tidak bergantung lagi untuk bantuan sembako karena dengan adanya pekerjaan maka ia
akan memperoleh hasil dari pekerjaan tersebut dan hasil yang diperoleh dapat menjadi modal untuk bercocok tanam kembali kemudian hasilnya juga dapat
dipergunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari. Selain membutuhkan lahan pertanian, Ibu P.A juga membutuhkan relokasi agart segera diselesaikan karena ia
Universitas Sumatera Utara
adalah salah satu dari warga desa yang tidak diizinkan untuk pulang kembali dikarenakan lahan di desa sudah rusak. Ibu P.A berharap dengan adanya relokasi
dapat memberikan kehidupan yang lebih baik lagi bagi dirinya dan keluarga Bantuan yang dibutuhkan oleh partisipan kedua Ibu P.B, yaitu bantuan
untuk meringankan beban yang ia alami pasca bencana alam. Dukungan material yang dibutuhkan berupa uang sekitar 15 juta per kepala keluarga KK sangat ia
butuhkan. Hal ini karena mengingat bahwa tanah sekitar kampung halamannya tidak dapat tumbuh dengan subur sehingga ia tidak dapat bekerja kembali. Ibu P.B
merasa bahwa bantuan material yang dibutuhkan berupa uang senilai 15 juta tersebut, rencana akan dipergunakan untuk modal menyewa lahan pertanian diluar
kampung halaman sehingga harapannya melalui bantuan uang tersebut ia dapat kembali bekerja sebagai petani dan menghasilkan uang agar dapat memenuhi
kebutuhan makan sehari-hari dan biaya pendidikan anak. Selain membutuhkan uang untuk modal bekerja sebagai petani, Ibu P.B
juga membutuhkan uang untuk membiayai pendidikan anak. Ia merasa bantuan yang paling penting adalah pendidikan untuk anak seperti pedidikan gratis atau
berupa uang yang diberikan secara langsung kepadanya. Hal ini karena ia merasa bahwa biaya pendidikan untuk anak tidak ditanggung penuh oleh pemerintah
sehingga ia harus berupaya sendiri. Ibu P.B juga membutuhkan bantuan berupa jasa pelayanan untuk
membersihkan lahan pertanian agar ia dapat menanam bibit kembali di lahan pertaniannya. Ibu P.B merasa tidak mampu dan takut jatuh sakit apabila harus
membersihkan lahan seorang diri saja. Oleh karena itu, ia butuh jasa untuk
Universitas Sumatera Utara
membantu dalam membersihkan lahannya. Setelah dukungan jasa pelayanan untuk membantu membersihkan lahan, Ibu P.B juga membutuhkan bantuan bibit
agar ia dapat menanam kembali di lahan pertaniannya Bantuan yang dibutuhkan oleh partisipan ketiga Ibu P.C, adalah bantuan
material berupa biaya pendidikan untuk anak sekolah. Ibu P.C merasa bahwa pendidikan anak paling penting. Hal ini karena ia mengingikan keempat anaknya
dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi sampai selesai. Ibu P.C merasa tidak mampu untuk membiayai anaknya kuliah karena melihat kondisi lahan
pertanian belum dapat menghasilkan panenan yang memuaskan. Oleh sebab itu, bantuan untuk pendidikan anak adalah bantuan yang paling penting baginya.
Selain biaya pendidikan untuk anak sekolah, Ibu P.C juga membutuhkan bantuan pupuk untuk lahan pertaniannya. Hal ini karena ia menginginkan agar
tanaman yang sudah ia tanam dapat tumbuh dengan sebur dan menghasilkan buah yang bagus sehingga ia mendapatkan hasil panen yang memuaskan dari tanaman
yang sudah ditanamnya. Bantuan material yang paling dibutuhkan oleh partisipan keempat Ibu P.D,
adalah modal untuk pertanian. Hal ini karena pertanian merupakan sumber kehidupan Ibu P.D, karena dari hasil bertani ia dapat memenuhi kebutuhan sehari-
hari dan membiayai pendidikan untuk anak-anaknya tanpa bertani ia tidak dapat memberikan semua yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. Bantuan modal yang
dibutuhkan untuk lahan pertanian seperti bibit dan pupuk. Selain membutuhkan modal untuk lahan pertanian, Ibu P.D juga
membutuhkan biaya pendidikan untuk anak agar anak-anaknya yang masih duduk
Universitas Sumatera Utara
di bangku perkuliahan, SMA, SMP dan SD agar dapat melanjutkan pendidikan sampai selesai. Selain itu, Ibu P.D juga membutuhkan bantuan berupa sembako
namun, Ibu P.D menyadari bahwa bantuan yang paling penting diberikan padanya yaitu bantuan untuk lahan pertanian. Hal ini karena bantuan lebih efektif apabila
lahan pertanian diberikan maka dapat memberikan pekerjaan kepadanya sehingga ia mendapatkan penghasilan sendiri dari pekerjaannya lalu, dengan bantuan
tersebut ia sudah dapat mandiri tanpa pertolongan orang lain lagi. Bantuan yang dibutuhkan oleh partisipan kelima Ibu P.E, adalah relokasi.
Ia mengharapkan agar pemerintah melihat keadaan warga desa yang akan di relokasi, ia merasa bahwa pemerintah tidak peduli lagi dengan keadaan desa yang
ingin di relokasi karena menganggap bahwa tidak ada lagi pengungsi. Ibu P.E mengharapkan bantuan relokasi dapat segera diselesaikan. Hal ini karena ia ingin
menata kehidupan dari awal kembali sehingga pengharapan untuk kehidupan yang lebih baik dapat dirasakan olehnya.
Selain membutuhkan bantuan relokasi, Ibu P.E juga membutuhkan bantuan berupa uang namun Ibu P.E merasa bahwa bantuan berupa uang akan
cepat habis dan dapat disalahgunakan sehingga ia lebih membutuhkan bantuan material berupa barang yang dapat langsung diterima olehnya. Bantuan material
berupa makanan seperti beras, minyak dan sembako lainnya. Selain makanan, Ibu P.E juga membutuhkan bantuan material berupa perlengkapan untuk mandi
seperti sabun mandi dan sabun cuci.
Universitas Sumatera Utara
Bantuan yang dibutuhkan oleh partisipan keenam Ibu P.F, adalah bantuan material berupa sembako untuk memenuhi kebutuhaan utama. Dengan adanya
bantuan utama berupa makanan, ia merasa menjadi sehat baik fisik maupun psikologis sehingga ia memiliki semangat kembali. Selain itu, Ibu P.F juga
membutuhkan bantuan relokasi. Ia mengharapkan agar relokasi dapat segera selesai dibangun. Hal ini karena ia ingin menempati rumah yang baru bersama
keluarganya dan ia ingin menjalani kehidupan rumah tangga yang seutuhnya. Selain relokasi rumah, Ibu P.F juga membutuhkan bantuan pemerintah
untuk memberikan pembangunan di sekitar rumah seperti bantuan berupa bangunan yang sekolah agar jarak rumah dengan sekolah dekat sehingga tidak
membutuhkan transportasi, lalu ia juga membutuhkan bangunan agar disediakan rumah sakit di siosar. Ia merasa hal ini yang paling utama untuk disediakan oleh
pemerintah. Berdasarkan gambaran diatas, terlihat bahwa keenam partisipan
membutuhkan tangible or instrumental support. Taylor 2009, Tangible support ini termasuk berupa dukungan material, seperti pelayanan, bantuan finansial, atau
benda-benda yang dibutuhkan. Dukungan jenis ini meliputi bantuan yang diberikan secara langsung atau nyata, sebagaimana orang yang memberikan atau
meminjamkan uang atau langsung menolong teman sekerjanya yang sedang mengalami stres.
Universitas Sumatera Utara
c. Informational Support
Partisipan ketiga Ibu P.C, membutuhkan bantuan informasi seperti bantuan informasi dari dinas pertanian. Bantuan informasi yang dibutuhkan mengenai
kondisi lahan pertanian pasca erupsi Gunung Sinabung yang berdampak pada lahan pertanian miliknya. Bantuan berupa informasi ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan atau arahan agar Ibu P.C dapat mengetahui keadaan lahan sehingga dia mengetahui tanaman seperti apa yang akan ditanam kembali.
Secara keseluruhan, terlihat hanya partisipan ketiga Ibu P.C dari enam partisipan lainnya. Ibu P.C menunjukkan bahwa ia membutuhkan infomational
support. Menurut House dalam Orford, 1992 Dukungan informasi ini terdiri dari 2 bentuk, yaitu dukungan informasi yang berarti memberikan informasi atau
mengajarkan sesuatu keterampilan yang berguna untuk mendapatkan pemecahan masah dan yang kedua adalah berupa dukungan penilaian appraisal support
yang meliputi informasi yang membantu seseorang dalam melakukan penilaian atas kemampuan dirinya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
3. Psychological Well-being Pada Penyintas Bencana Alam Gunung
Sinabung
Bencana yang terjadi dapat berdampak secara umum yaitu baik nature dan manmade meliputi kehilangan jiwa, luka-luka, kerusakan infrastruktur, kerusakan
kehidupan dan hasil panen, gangguan produksi, gangguan kehidupan sehari-hari, kehilangan keluarga, gangguan dalam pelayanan umum, kerusakan infrastruktur
secara nasional dan gangguan dalam sistem pemerintahan, penurunan ekonomi nasional, dampak sosiologis dan psikologis setelah bencana terjadi Carter, 1991.
Bencana yang berdampak pada psikologis, yang meliputi shock, stress, cemas, takut, khawatir dan ganguan-ganguan yang berkaitan dengan gejala-gejala
psikologis lainnya dapat terjadi pasca bencana Salzer Bickman. 2005. Penyintas merasakan dampak langsung terhadap bencana alam sangat
membutuhkan bantuan khusunya pada penyintas yang tinggal di pengungsian. Bantuan yang diberikan orang lain kepada penyintas dapat meringankan beban
mereka dan bantuan ini dapat berupa dukungan sosial. Social support adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan yang dirasakan atau bantuan yang diterima
oleh seseorang dari orang lain atau kelompok Sarafino, 2006. Social support yang diterima dapat memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis kepada individu. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana social support mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan stres. Stres yang tinggi dan
berlangsung dalam jangka waktu yang panjang atau lama dapat memperburuk kondisi kesehatan dan menyebabkan penyakit. Tetapi social support yang
diterima oleh individu yang sedang mengalami atau menghadapi stres akan
Universitas Sumatera Utara
membantu individu mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan kesehatannya Baron Byrne, 2000.
Keenam penyintas dituntut untuk meningkatkan kemampuannya dalam realisasi diri pasca bencana alam. Keenam penyintas diharapkan mampu
mengalami pertumbuhan dan memenuhi kebutuhannya sebagai tanda bahwa mereka mampu merealisasikan dirinya setelah dampak bencana yang dialami serta
kehidupannya selama tinggal di pengungsian. Realisasi diri adalah kemampuan individu untuk tetap bertumbuh dengan mampu mengatasi tantangan hidupnya
dan memenuhi kebutuhannya. Kemampuan merealisasikan diri sangat penting dalam menentukan psychological well-being pada keenam penyintas pasca
bencana alam Ryff Singer, 2008. Psychological well-being adalah perasaan yang mengarahkan seseorang
dalam bertindak dan mengembangkan potensi dirinya Walterman, 1984 dalam Ryff, 1989. Psychological well-being melibatkan persepsi seseorang terhadap
setiap tantangan dalam hidupnya Ryff, 1989. Psychological well-being berfokus pada perkembangan manusia dan kemampuan eksistensi seseorang dalam
menghadapi tantangan hidupnya Keyes, Ryff, Shmotkin, 2002. Setiap tantangan pasca bencana alam yang berdampak dalam kehidupan akan mempengaruhi
psychological well-being
pada keenam
penyintas. Tantangan
akan diinterpretasikan dengan cara yang berbeda pada setiap individu. Penilaian
tersebut turut berperan dalam menentukan apakah seseorang kehilangan atau memperoleh psychological well-being Ryff Singer, 1996. Selain dukungan
sosial yang diperoleh dan yang dibutuhkan, status sosial ekonomi seperti tempat
Universitas Sumatera Utara
tinggal dan finansial seseorang juga berpengaruh kepada psychological well- being.
1. Penerimaan Diri
Setelah bencana alam yang terjadi menimbulkan kisah traumatis akibat dampak dalam kehidupan, keenam partisipan dapat menerima keadaannya. Ryff
dan Keyes 1995 mengungkapkan bahwa seseorang yang menerima dirinya akan bersikap positif terhadap dirinya, mengetahui dan menerima seluruh aspek dalam
dirinya baik aspek positif maupun negatif, dan menanggapi masa lalu secara positif.
Partisipan pertama Ibu P.A merasa mulai senang dengan keadaan yang sekarang, dan sudah menerima keadaan dengan pikiran yang terbuka untuk
menata kehidupan yang lebih baik. Ibu P.A membandingkan dirinya dengan orang lain yang kurang mampu daripada dirinya sehingga hal ini yang membuat ia dapat
mensyukuri setiap rencana Tuhan YME karena masih diberikan nafas kehidupan untuk tetap bertahan menjalani tantangan hidup pasca bencana alam yang telah
terjadi. Selain itu, Ibu P.A juga merasakan pasca-bencana alam yang terjadi membuat dirinya semakin kuat untuk menghadapi setiap tantangan hidup yang ia
alami saat ini. Hal ini karena ia merasa bahwa Tuhan memberikan kekuatan agar dapat menghadapi setiap cobaan hidup.
Pada partisipan kedua Ibu P.B, mampu mengenali diri sendiri apa adanya. Perubahan yang terjadi dalam hidupnya berdampak pada setiap aspek
kehidupannya. Ibu P.B menyadari akan kekurangan dan kelebihan yang ia miliki, kekurangan yang dimilikinya yaitu semakin malas dan sudah patah semangat. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini karena Ibu P.B sudah merasa tidak punya pengharapan terhadap lahan pertanian yang tidak dapat ditanami tumbuhan dengan subur. Lalu, ia juga merasa
bahwa sudah tidak tersedianya simpanan uang untuk membiayai anaknya untuk sekolah. Di sini lain, Ibu P.B menyadari pasca bencana alam ia berupaya untuk
tetap bersemangat dengan bekerja kembali dengan membuka usaha di warung dengan menjual jajanan untuk anak-anak. Ibu P.B juga menyadari akan kelebihan
yang ia miliki adalah ia tidak pernah sakit lagi pasca bencana yang terjadi. Pada partisipan ketiga Ibu P.C merasakan dampak khususnya dampak
secara ekonomi. Hal ini karena saat terjadinya erupsi Gunung Sinabung berdampak pada seluruh tanaman yang ada di lahan pertanian Ibu P.C, sekitar 2
ton jeruk gagal untuk di panen karena terlalu banyak yang terkena abu vulkanik. Saat pertama sekali mengetahui kejadian tersebut, ia merasa sudah putus asa
dengan kehidupannya, ia merasa sudah tidak ada harapan,dan merasa khawatir tidak dapat makan namun, setelah satu tahun kejadian erupsi sinabung, ia sudah
merasa sedikit-sedikit dapat menerima kenyataan yang terjadi dalam kehidupannya. Perasaan yang dirasakan adalah ia tidak merasa sendiri untuk
menghadapi tantangan yang bencana alam, ia merasa masih banyak orang yang merasakan apa yang ia rasakan bahkan orang lain lebih banyak merasakan
kerugian akibat erupsi Gunung Sinabung. Setelah Ibu P.C menyadari dan menerima setiap tantangan yang terjadi di
dalam hidupnya, ia merasa bahwa kesehatan lah yang paling utama, ia harus menjaga kesehatan dirinya sendiri untuk dapat melakukan tujuan hidupnya yaitu
bekerja untuk mencari penghasilan sehari-hari demi memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan anak yang sedang menuntut ilmu. Kesadaran terhadap kesehatan ini karena selama di pengungsian, ia sering jatuh sakit. Hal ini karena terlalu banyak
memikirkan kerugian yang dialami serta kekhawatirannya terhadap masa depan anaknya.
Ibu P.C menyadari kelemahan dan kelebihan yang ia miliki setelah dampak bencana alam, ia menyadari bahwa ia mempunyai kelemahaan yaitu
sudah merasa putus asa dan tidak ingin kembali bekerja namun, satu hal yang dapat menjadi suatu dorongan untuk dirinya agar tidak berlarut-larut dalam
kesedihan yang ia rasakan, yaitu mengingat masa depan anak. Ibu. P.C berupaya selalu menjadikan anak-anak sebagai dorongan agar ia kembali bangkit dan mulai
bekerja kembali untuk berjuang memenuhi pendidikan yang tinggi agar anaknya berhasil nantinya. Ibu P.C menyadari bahwa ia memiliki kelebihan yaitu kuat
dalam menghadapi setiap tantangan yang ia hadapi. Pada partisipan keempat Ibu P.D, merasa bahwa ia memiliki kelemahan
yaitu merasa sudah lemah. Hal ini karena akibat bencana yang terjadi mata pencarian Ibu P.D sudah berkurang, ia tidak memiliki modal lagi untuk menanam
kembali. Meskipun lemah secara perekonomian, hal ini tidak membuat Ibu P.D lupa untuk mengingat apapun peristiwa hidup yang dialaminya, khususnya
bencana alam yang berdampak pada kehidupannya bahwa semuanya adalah rencana yang terbaik diberikan oleh Tuhan.
Setelah Ibu P.D menyadari akan kekurangan yang ia miliki sebagai seorang yang sudah lemah namun, hal itu tidak membuatnya berhenti untuk
berupaya, ia mampu untuk menerima masa lalu secara positif setelah kejadian
Universitas Sumatera Utara
erupsi Gunung Sinabung. Ibu P.D berupaya untuk meminjam modal kepada saudaranya yang lain untuk dapat menanam kembali.
Pada partisipan kelima Ibu P.E, memahami keadaan bahwa ia harus bangkit dari keadaan yang terpuruk. Ibu P.E seorang yang mampu menilai dirinya
baik secara negatif maupun positif. Ibu P.E memiliki kelemahan yaitu kurang dapat bersyukur dan kurang mampu untuk menerima keadaan pasca bencana alam
yang berdampak pada kehidupannya sehari-hari terlebih karena hilangnya pekerjaan suami Ibu P.E yang dahulunya bekerja sebagai pemborong namun
sekarang hanya menjadi tukang kuli bangunan. Selain kelemahan, Ibu P.E juga memiliki kelebihan yang ada pada dirinya
yaitu ia memiliki kelebihan untuk melayani masyarakat melalui pekerjaannya sebagai bidan. Ibu P.E seorang bidan PTT di tempatkan di desa simacem. Saat
bencana alam terjadi, Ibu P.E juga ikut untuk mengungsi karena ia merupakan penduduk desa simacem meskipun harta benda yang ia miliki tidak terlalu banyak,
ia tetap merasakan dampak akibat bencana alam yang terjadi di desa tempat ia tinggal dan bekerja. Ibu P.E merasa senang dengan pekerjaan yang berprofesi
sebagai bidan karena melalui pekerjaannya ia dapat mengobati orang yang sedang sakit. Ibu P.E merasa puas dan bangga pada diri sendiri karena dapat melihat
orang yang diobati sembuh dengan obat yang ia berikan. Pada partisipan keenam Ibu P.F, merasa bahwa bantuan yang diberikan
secara langsung bantuan ini dapat mempengaruhi dirinya. Ibu P.F merasa dengan bantuan yang diperolehnya dapat memberikan semangat hidup yang baru. Apalagi
dalam bentuk dukungan emotional seperti pemberian semangat. Ibu P.F dapat
Universitas Sumatera Utara
menerima masa lalu dengan positif karena selama ia tinggal di posko pengungsian UKA, ia sudah menganggap seperti kampung sendiri yaitu desa simacem.
Meskipun Ibu P.F sudah menerima keadaan, namun terkadang ia masih merasa sedikit iri apabila melihat panenan dari hasil ladang orang lain tempat ia bekerja,
ia merasa kecil hati karena hasil tenaga sendiri namun, yang merasakan hasil panen adalah orang lain.
Sewaktu tinggal di desa simacem, Ibu P.F dapat menanam diladang miliknya sendiri, meskipun harus mengutang pupuk saat di desa simacem, ia tetap
bisa menanam. Lalu, ia merasa saat panen tiba, ia dapat pergi bersama keluarga ke pekan-pekan untuk menikmati hasil penen namun, sekarang tidak dirasakan
olehnya lagi. Hal ini karena tidak adanya hasil panen yang dinikmati lagi, hanya upahan yang diperolehnya setiap hari. Akan tetapi, dibalik semua yang terjadi
didalam kehidupannya, Ibu P.F masih bisa menerima dengan lapang dada, ia dapat beryukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa ia masih dapat menikmati
rezeki setiap hari dan sampai pada saat ini ia masih dapat bertahan hidup pasca bencana yang dialaminya. Secara keseluruhan, terlihat bahwa keenam partisipan
merasa senang, masih dapat bersyukur kepada Tuhan YME yang masih memberikan kekuatan serta kesehatan, dan dapat menilai diri baik secara positif
maupun negatif pasca bencana alam. 2.
Hubungan Positif dengan Orang lain Setelah bencana alam terjadi, keenam partisipan merasakan bahwa mereka
menjalin hubungan yang positif dengan orang lain. Dimensi hubungan positif dengan orang lain menjelaskan mengenai kemampuan untuk membangun
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang menyenangkan, dekat, intim, dan penuh kasih sayang dengan orang lain Ryff 1989 Sebaliknya, Individu yang memiliki skor rendah dalam
dimensi hubungan positif dengan orang lain merupakan sosok yang kurang akrab, cenderung tidak memiliki kepercayaan dalam menjalin hubungan dengan orang
lain, sulit untuk bersikap hangat, terbuka, dan peduli terhadap orang lain. Individu merasa terisolasi dan frustasi Selain itu, individu juga cenderung tidak memiliki
keinginan untuk membuat suatu komitmen dalam menjalin hubungan dengan orang lain Ryff dan Keyes, 1995. Keenam partisipan mempunyai perbedaan
dalam menjalin hubungan yang positif dengan orang lain. Partisipan pertama Ibu P.A, merasa bahwa ia kurang memiliki hubungan
yang baik dengan sesama dan ia merasa bahwa hubungan baik tidak terlalu penting lagi. Ibu P.A merasa bahwa hal yang paling penting adalah mengurus diri
sendiri serta keluarga. Ibu P.A sudah merasakan bahwa tidak adanya sistem kebersamaan, keluarga dan adat istiadat pasca bencana alam yang terjadi karerna
ia merasakan begitu banyak masalah kecil yang menjadi masalah besar yang dapat memicu pertengkaran antara pengungsi misalnya, salah paham dalam
mengutarakan pendapat yang membuat orang lain sakit hati oleh karena itu, Ibu P.A merasa lebih baik mementingkan diri sendiri dan tidak terlalu berhubungan
dengan orang lain agar menghindari pertengkaran. Pada partisipan kedua Ibu P.B, merasa bahwa hubungan dengan sesama
pengungsian terjalin dengan baik. Ibu P.B seorang yang memahami dan memelihara setiap berhubungan dengan sesama temannya. Selama ia tinggal di
pengungsian, Ibu P.B tidak pernah bertengkar dengan temannya. Hal ini karena ia
Universitas Sumatera Utara
sudah mengenal karakter teman selama di pengungsian. Ibu P.B termasuk penyintas yang sudah dapat pulang kembali ke kampung halamannya dikarenakan
status Gunung Sinabung sudah menurun artinya siaga. Setelah ia pulang ke kampung halaman, hubungan dengan orang lain juga terjalin dengan baik namun,
ia sudah tidak menginginkan tinggal di situasi yang penuh dengan keramaian seperti saat tinggal di pengungsian dahulu. Ia lebih memilih untuk tinggal di
rumah, bekerja di warungnya, dan hanya memiliki beberapa teman saja untuk diajak bercerita. Ibu P.B juga sudah malas pergi ke pesta. Hal ini karena ia sudah
tidak mempunyai semangat lagi untuk menjalin hubungan dengan orang lain, ia memilih untuk memikirkan kehidupannya agar lebih baik lagi.
Pada partisipan ketiga Ibu P.C, membina hubungan dengan cara mengetahui dan memahami karakter teman menjadi suatu hal yang penting agar
hubungan yang terjalin dapat lebih baik. Ibu P.C merasa banyak permasalahan yang dihadapi dalam berhubungan dengan sesama penyintas di pengungsian
namun, ia tidak mengambil hal itu menjadi suatu masalah dan menjadi pikiran. Ibu P.C memilih untuk menerima temannya dengan apa adanya agar hubungan
terjalin dengan harmonis. Rasa iri hati sering menjadi permasalahan saat berhubungan dengan sesama penyintas. Rasa ini timbul karena adanya bantuan
yang datang kepada Ibu P.C, ia mendapatkan banyak bantuan secara material berupa uang karena ia mempunyai anak yang sedang menjalani pendidikan dari
jenjang SD sampai Kuliah. Sehingga apapun bantuan yang diberikan setiap jenjang pendidikan, ia pasti mendapatkannya akan tetapi, ada saja orang yang
berkata-kata kasar terhadapnya, merasa bahwa bantuan yang diberikan tidak adil
Universitas Sumatera Utara
karena hanya Ibu P.C saja yang mendapatkan uang tersebut. Ibu P.C sudah mengerti dengan sifat iri yang dimiliki temannya sehingga ia tidak terlalu
memikirkan hal tersebut. Selain itu, salah paham yang terjadi saat berhubungan dengan sesama juga terjadi saat berhubungan dengan sesama. Ibu P.C sebisa
mungkin untuk mencari setiap solusi dari permasalahan antar sesama pengungsi namun, yang ia dapat hanya perkataan kasar saja. Ia juga tidak mengambil
permasalahan dengan orang lain menjadi suatu pikiran atau perasaan yang tidak enak di dalam hati. Ibu P.C tetap akan berusaha untuk memberikan perhatian pada
temannya agar tetap terjalin hubungan yang baik. Hal ini karena ia merasa bahwa mereka yang ada di pengungsian khususnya desa kebayaken dianggapnya sudah
seperti saudara sendiri. Pada partisipan keempat Ibu P.D, merasa bahwa hubungan positif dengan
sesama pengungsi kurang terjalin dengan baik. Hal ini karena setiap orang yang berada di pengungsian merasa sudah stress sehingga hal kecil dapat menjadi
pertengkaran. Pertengkaran terjadi pada sesama pengungsi karena adanya perbedaan persepsi dalam menanggapi suatu hal, misalnya mengenai memasak
dapat menjadi pertengkaran karena perbedaan cara memasak bumbu masakan kemudian pertengkarang juga terjadi karena terlalu lama memasak. Melihat
permasalahan tersebut, Ibu P.D sudah merasa terbiasa, ia menganggap masalah dalam hubungan dengan orang lain dijadikan suatu hal yang biasa karena dapat
diselesaikan. Ibu P.D seorang yang tidak ingin adanya pertengkaran, ia memilih untuk menghidar dengan cara tidak menanggapi orang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pada partisipan kelima Ibu P.E, merasa tidak menjalin hubungan positif dengan orang lain. Hal ini karena tidak adanya rasa saling memahami dan
mengerti antar sesama penyintas yang tinggal di pengungsian. Ibu P.E merasakan hubungan yang kurang baik pada sesama penyintas. Selama di pengungsian orang
lebih mementingkan dirinya sendiri, melihat adanya perbedaan pada agama yang dianut, dan tidak adanya rasa kekeluargaaan yang terjalin seperti waktu dahulu
tinggal di kampung simacem. Ibu P.E merasa apabila ia mencoba menjalin hubungan dengan orang lain namun, kenyataanya hubungan tersebut kurang
terjalin dengan baik maka ia tidak terlalu memperdulikan masalah seperti itu. Hubungan yang tidak baik dengan orang lain bukan menjadi masalah baginya.
Ibu P.E lebih baik menghindar dari masalah tersebut agar tidak terjadi pertengkaran.
Pada partisipan keenam Ibu P.F, mempunyai hubungan positif dengan orang lain. Biasanya, saat istirahat makan siang ibu-ibu yang bersuku karo
melakukan kebiasaan makan sirih, saat berkumpul dengan teman-temannya, Ibu P.F saling berbagi cerita dan pengalaman dalam hal pekerjaan. mereka
mengeluhkan keadaan mereka yang saat ini hanya sebagai pekerja di ladang orang, Ibu P.F merasa tidak dapat maju apabila hanya bekerja di ladang orang
saja. Bertukar pikiran dapat dilakukan namun, tidak untuk memberikan saran ataupun semangat kepada teman sesama penyintas yang tinggal di pengungsian.
Hal ini karena melihat keadaan sesama pengungsi merasakan dampak yang sama akibat bencana alam. Ibu P.F tidak memberi penguatan kepada sesama pengungsi
Universitas Sumatera Utara
karena ia juga merasakan hal yang sama begitu pula sebaliknya, temannya sesama tidak memberikan penguatan kepada Ibu P.F.
Selama satu setengah tahun tinggal di pengungsian, hubungan sesama yang dirasakan oleh Ibu P.F semakin kurang baik, pebedaan pemahaman menjadi
suatu masalah yang memicu retaknya hubungan dengan orang lain. Hal ini karena mengikuti perkembangan di kota yang lebih mementingkan diri sendiri dari pada
orang lain. Ibu P.F merasa tidak terlalu mementingkan hubungan terjalin positif
dengan orang lain namun, ia lebih mementingkan agar ia mendapat pekerjaan sebagai upahan di lahan pertanian orang lain. Ibu P.F merasa tidak ada rasa
kekeluargaan yang terjalin selama tinggal di pengungsian. Hal ini karena Ibu P.F lebih mementingkan untuk mencari kerja supaya mendapakan modal untuk hidup
ke kampung yang baru yaitu siosar. Ibu P.F merasa bahwa rasa kekeluargaan sudah jarang kecuali saat ia mengikuti acara pesta, ia dapat bercerita bersama
keluarga, namun itu pun dia ikuti hanya setegah hari saja, setengah hari lagi ia pakai untuk mengejar upahan.
Ibu P.F merasa hubungan positif tidak terlalu terjalin dengan baik karena ia sudah sibuk untuk mencapai target upahan ke ladang orang. Ibu P.F merasa ada
perbedaan saat berada di kampung halaman tempat ia tinggal dengan hidup di kota. Saat hidup di kampung, masih terjalin adat istiadat namun setelah ia bekerja
dan tinggal di pengungsian, ia merasa sudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru, yang lebih mementingkan diri sendiri dari pada orang lain. Secara
keseluruhan, terlihat bahwa keenam partisipan kurang menjalin hubungan yang
Universitas Sumatera Utara
positif dengan orang lain. Keenam partisipan merasa lebih baik menghindar dari orang lain agar tidak terjadi permasalahan dengan orang lain.
3. Otonomi
Setelah bencana alam, telihat perbedaan pada keenam partisipan dalam berotonomi. Ryff dan Keyes 1995 mengungkapkan bahwa otonomi ialah suatu
kemampuan untuk menentukan arah hidupnya sendiri, bersikap mandiri, mampu menolak tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara tertentu,
mengelola setiap perilakunya, dan mengevaluasi dirinya berdasarkan standar personal.
Pada partisipan pertama Ibu P.A, merasa apabila bantuan yang dibutuhkan dapat disalurkan langsung maka ia akan mampu bekerja sendiri untuk
mendapatkan penghasilan agar tidak bergantung pada orang lain lagi. Ibu P.A merasa mampu menentukan arah hidupnya sendiri meskipun tidak adanya bantuan
yang diberikan orang lain kepadanya. Ia akan bekerja sebagai petani walaupun hanya bekerja setengah hari. Hal ini karena ia ingin memenuhi kebutuhan sehari-
hari untuk makan. Ibu P.A kemungkinan meyakini bahwa kehidupan pasca bencana akan
lebih baik karena ia merasa harus dapat mandiri meskipun tidak mendapatkan bantuan lagi dari pemerintah ataupun pihak lainnya. Tantangan yang dialaminya
saat ini mengharuskan Ibu P.A untuk tetap berjuang dalam hidupnya, ketika ia tidak memperoleh bantuan dari orang lain, Ia mampu untuk berupaya sendiri
dengan bekerja di ladang orang kembali dan memenuhi kebutuhan hidup bersama keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
Pada partisipan kedua Ibu P.B, yakin dengan kehidupannya dapat lebih baik lagi pasca bencana alam yang terjadi Hal ini karena ia yakin bahwa ada
hikmah pada setiap kejadian yang sudah terjadi dalam hidupnya. Saat ini Ibu P.B hanya bergantung kepada Tuhan YME yang sudah merencanakan yang terbaik
untuk kehidupannya. Pada partisipan ketiga Ibu P.C, upaya yang dilakukan Ibu P.C adalah
menanam jeruk, menanam kentang, cabai dan kol meskipun ia melihat harga pasaran untuk tanaman tersebut menurun ia tetap berupaya untuk menanamnya.
Ibu P.C juga yakin dengan upaya menanam dapat menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan biaya pendidikan anaknya.
Pada partisipan keempat Ibu P.D. merasa bahwa pasca bencana alam mengakibatkan dampak terhadap lahan pertanian milikinya menjadi rusak,
berbagai bantuan yang diharapkan tidak kunjung datang sehingga melihat keaadaan tersebut Ibu P.D tetap akan berupaya sendiri untuk menanam di lahan
pertaniannya meskipun bantuan yang dibutuhkan tidak diberikan kepadanya. Ibu P.D akan berupaya sendiri tanpa mengharapkan bantuan dari pemerintah.
Sebelum ia dipulangkan ke kampung halaman, ia mencoba untuk menanam sendiri dengan berupaya meminta pinjaman modal pupuk dari saudara yang
tinggal di Kecamatan Naman. Ibu P.D meminta pinjaman pupuk sebanyak 200 kg. Pada partisipan kelima Ibu P.E, mampu menentukan arah hidupnya sendiri
meskipun tidak ada bantuan yang diperolehnya lagi. Ibu P.E merasa dapat menjalani kehidupan sendiri tanpa pertolongan orang lain, ia dapat menjalani
hidup dengan mengharapkan pada gaji yang diterima setiap bulan sekali serta ia
Universitas Sumatera Utara
hanya mengharapkan gaji dari suami meskipun suami Ibu P.E hanya seorang tukang bangunan, ia tetap merasa beryukur. Hal ini karena setiap harinya ia
mendapatkan rezeki yang tidak pernah henti-hentinya diberikan oleh Tuhan YME. Pada partisipan keenam Ibu P.F, dukungan yang diberikan kepada Ibu P.F
membuat dirinya mampu untuk menentukan arah hidupnya sendiri, ia mampu berlapang dada atas kejadian yang dialami, mampu mengelolah setiap prilaku
secara sadar dengan membuat aktivitas dalam kehidupan dengan bekerja dan mengurus keluarga. Ibu P.F menyakini bahwa ia dapat menjalani kehidupan yang
lebih baik pasca bencana alam yang berdampak terhadap kehidupannya. Ibu P.F merasa tidak dapat merencanakan sesuatu untuk kehidupannya setelah di relokasi
nantinya. Hal ini karena ia merasa sudah tidak dapat berpikir dan tidak dapat bertukar pikiran juga dengan keluarga lainnya dikarenakan keluarga Ibu P.F juga
merasakan hal yang sama, sama-sama merasakan penderitaan. Secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa keenam partisipan dapat terlihat
dimensi otonomi yang menekankan pada kemampuan individu untuk menentukan diri sendiri, mandiri, serta melakukan evaluasi atas dirinya berdasarkan standar
pribadinya Ryff, 1989. 4.
Penguasaan Lingkungan Ryff dan Keyes 1995 menyebutkan bahwa individu yang mampu
menguasai lingkungan menunjukkan bahwa individu memiliki keyakinan untuk menguasai dan mampu mengelola lingkungannya, memanfaatkan kesempatan
dengan efektif, dan mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan nilai dan kebutuhannya.
Universitas Sumatera Utara
Setiap kali partisipan pertama Ibu P.A mengahadapi tantangan, cara untuk mengatasinya adalah menerima dengan cara menjalani setiap tantangan dalam
kehidupannya tersebut, Ibu P.A yakin bahwa segala sesuatunya berasal dari Tuhan maka Tuhan juga lah yang akan memberikan jalan keluar untuk setiap tantangan
yang sedang dihadapinya. Setiap tantangan yang ada di dalam hidupnya, ia yakin dan mempercayai bahwa masih ada Tuhan yang melindunginya untuk tetap kuat
menghadapi setiap tantangan tersebut. Ketika dihadapkan pada permasalahan Ibu P.A juga akan berbagi cerita dengan orang lain sehingga ia mendapatkan jalan
keluar untuk menyelesaikan masalahnya. Sementara itu, pada partisipan kedua Ibu P.B, pasca erupsi Gunung
Sinabung yang berdampak pada lahan pertanian yang tidak terlihat tanaman tumbuh dengan subur. Ibu P.B menghadapi tantangan bahwa ia tidak dapat
menanam kembali di lahan pertanian miliknya, dengan tantangan seperti ini ia mampu memilih dan menciptakan pekerjaan yang lain untuk mendapatkan
penghasilan dengan cara bekerja di ladang orang lain ngaron. Ia akan memilih untuk bekerja di ladang orang lain apabila lahan pertanian miliknya belum dapat
tumbuh dengan subur. Tantangan yang dihadapi Ibu P.B saat ini adalah tidak dapat menanam
kembali di lahan pertanian miliknya. Hal ini berdampak pada kesehatannya secara psikologis yaitu stress, cara Ibu P.B menghadapi tantangan tersebut agar tetap
membuat dirinya sehat secara psikologis dengan cara mengingat anak yang masih sekolah karena dengan hal ini ia akan kembali bersemangat.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, terlihat pada partisipan ketiga Ibu P.C. Setelah ia diperbolehkan pulang ke kampung halaman kembali ia harus menghadapi
tantangan bahwa lahan pertaniannya ditutupi dengan abu vulkanik karena erupsi kembali terjadi. Melihat keadaan tersebut, Ibu P.C merasa lelah setiap kali harus
menghadapi tantangan bahwa tanaman yang sudah ditanam, tidak dapat tumbuh dengan subur karena dampak abu vulkanik, namun dibalik pengalamannya selama
menghadapi tantangan tersebut, ia mengatasinya dengan cara menanam jauh dari rumahnya, tepatnya dekat dengan hutan. Hal ini dilakukan Ibu P.C agar ia
menanam dan mempunyai penghasilan. Selain mengatasi masalah dengan menanam di tempat yang jauh dari
gunung, Ibu P.C juga mempunyai cara untuk mengelolah tanaman agar berhasil dipanen yaitu dengan cara tidak menanam tanaman terlalu banyak. Ia menganggap
apa yang dikerjakan sedikit-sedikit, namun lama kelamaan akan menjadi bukit, pasti berhasil nantinya. Apabila erupsi kembali terjadi, maka tindakan yang
dilakukan Ibu P.C adalah mengikis tanah agar dapat ditumbuhi oleh tanaman yang baru untuk bercocok tanam kembali, meskipun abu vulkanik yang menutupi
lahannya begitu tebal, ia akan tetap berupaya mengikisnya. Ibu P.C tidak hanya mengikis tanah di daerah lahan pertaniannya saja, ia juga akan mengikis abu yang
menutupi halaman rumahnya. Selain itu terlihat pada partisipan keempat Ibu P.D, sebelum ia diresmikan
kembali ke kampung halaman, ia sudah terlebih dahulu pulang ke kampung untuk menanam kentang dan membersihkan kopi meskipun harus mengeluarkan biaya
Universitas Sumatera Utara
yang tidak sedikit namun ia tetap berupaya untuk bekerja meskipun jarak yang cukup jauh harus ditempuh dari pengungsian menuju ke desa sukanalu.
Sedangkan pada partisipan kelima Ibu P.E, terlihat bahwa apabila Ibu P.E dihadapkan dengan masalah yang terjadi dalam kehidupannya maka ia akan
mampu untuk memilih dan menciptakan lingkungan yang lebih baik lagi. Ketika Ibu P.E dihadapkan dalam permasalahan menjalin hubungan dengan anggota
keluarga saat tinggal di ruangan pengungsian namun hubungan itu tidak terjalin dengan positif maka hal yang akan Ibu P.E lakukan adalah Ibu P.E akan mencari
cara untuk pindah ke ruangan yang jauh dari orang-orang atau keramaian sehingga ia tidak menjalin komunikasi lagi dengan orang tersebut dan mencari tempat yang
nyaman menjadi pilihan untuk tempat tinggalnya bersama dengan anak dan suami. Ibu P.E merasa cara yang dilakukan untuk memilih lingkungan tempat
yang lebih aman ini agar terhindar dari permasalahan antar sesama penyintas yang berada di pengungsian.
Sama halnya dengan partisipan keenam Ibu P.F, saat tinggal di pengunsian Ibu P.F tinggal di ruangan yang ramai yang membuat Ibu P.F merasa tidak
nyaman dan merasa sudah jenuh. Hal ini karena terlalu banyak percakapan yang tidak sesuai dengan hati sehingga dapat membuat stress dan kebisingan. Melihat
keadaan yang seperti itu, Ibu P.F menciptakan lingkungan yang baru dengan berpindah tempat tinggal ke satu ruangan kecil namun lebih nyaman untuk
ditempatin bersama keluarga. Ibu P.F merasa dengan lingkungan baru ini ia dapat membangun keluarga
yang harmonis, antar keluarga dapat rukun kembali, dan anak-anak dapat disiplin
Universitas Sumatera Utara
di rumah. Lingkungan yang baru dapat membuka pemikiran yang terbuka untuk mencapai target yang sudah direncanakan. Ibu P.F juga dapat melihat anak-anak
bermain di dalam ruangan dan ia juga dapat menanam bunga. Cara ini ia lakukan untuk memberikan kesegaran dalam pikirannya agar tetap bersemangat menjalani
kehidupan sehari-hari seperti menyiram bunga, masak dan melakukan kegiatan lainnya.Ibu P.F merasa tinggal di tempat yang baru sudah seperti rumah tangga
yang utuh, sudah kembali seperit dahulu waktu tinggal di kampung halaman. Secara keseluruhan, terlihat bahwa keenam partisipan memiliki skor tinggi
pada dimensi penguasaan lingkungan dengan menunjukkan bahwa individu memiliki keyakinan untuk menguasai dan mampu mengelola lingkungannya,
menggunakan kesempatan dengan efektif, dan mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan nilai dan kebutuhan dirinya Ryff dan Keyes, 1995.
5. Tujuan Hidup
Setelah bencana alam yang berdampak pada kehidupan keenam partisipan tidak membuat putusnya harapan untuk keberlangsungan hidup yang akan mereka
jalani. Ryff dan Keyes 1995 mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki tujuan hidup adalah mereka yang memiliki tujuan hidup yang jelas, kehidupan
yang lebih terarah, dan memiliki target yang hendak dicapai dalam kehidupannya. Salah satu tujuan hidup partisipan pertama Ibu P.A adalah bekerja di ladang
kembali agar mempunyai pendapatan dari hasil bercocok tanam. Adanya penghasilan Ibu P.A digunakan untuk membiayai pendidikan anak sekolah. Ibu
P.A juga mempunyai rencana lain yaitu membuat usaha kelompok ternak, rencana ini diusulkan oleh pemerintah. Hal ini karena tidak tersedianya lahan pertanian di
Universitas Sumatera Utara
kampung yang baru yaitu siosar oleh sebab itu, ia diusulkan untuk mengikuti rencana tersebut.
Setelah adanya bantuan dari pemerintah, berupa modal untuk membuat usaha kelompok ternak. Ibu P.A akan berusaha untuk bekerja dengan baik sesuai
dengan cara berternak yang sudah diajarkan kepada Ibu P.A. Usaha ternak yang berhasil nantinya akan membantunya untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak
dan memenuhi kebutuhan sehari-hari agar ia dan keluarga dapat hidup dengan sehat.
Sementara pada partisipan kedua Ibu P.B, setelah bencana alam yang dialami oleh Ibu P.B membuat dirinya tetap berupaya untuk bekerja kembali. Ibu
P.B juga menganggap bahwa kesehatan merupakan hal yang utama dan berharga untuk dijaga agar ia dapat bekerja kembali. Ia berencana akan bekerja sebagai
petani untuk mendapatkan penghasilan yang akan dipergunakan membiayai kebutuhan keluarga serta pendidikan anaknya.
Sama halnya dengan partisipan ketiga Ibu P.C, setelah bencana alam yang terjadi di kehidupannya, ia merasa semakin terdorong untuk tetap semangat dalam
bekerja agar ia dapat memberikan pendidikan yang tinggi untuk anak-anaknya. Ibu P.C merasa bahwa ia bertanggung jawab untuk membiayai pendidikan anak
sampai pada jenjang perkuliahan. Hal ini karena ia beranggapan bahwa anaknya harus mempunyai pendidikan yang tinggi. Selain itu, Ibu P.C juga mempunyai
harapan supaya Gunung Sinabung tidak erupsi kembali sehingga ia dapat mencapai target yang sudah ia rencanakan dengan bekerja kembali dan memenuhi
kebutuhan pendidikan anak.
Universitas Sumatera Utara
Pada partisipan keempat Ibu P.D,akan berupaya membersihkan lahan pertanian agar ia dapat bercocok tanam kembali. Ibu P.D merencanakan setelah
adanya bantuan maka ia kembali akan bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Ibu P.D akan menggunakan uang dari hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari seperti membeli minyak makan dan memenuhi kebutuhan untuk perlengkapan mandi seperti sabun.
Selain itu, Ibu P.D juga mampu untuk membuka usaha sendiri dari modal yang diberikan oleh pemerintah senilai 3,8 juta. Setelah bantuan yang dibutuhkan
sudah diperoleh Ibu P.D maka ia akan merasa senang. Hal ini karena sudah terbuka lowongan bagi orang lain untuk bekerja di lahan pertanian miliknya
maupun lahan pertanian milik temannya. Setiap orang yang punya lahan pertanian dikampung biasanya akan saling membantu untuk membersihkan, merawat atau
memanen. Lain halnya dengan partisipan kelima Ibu P.F, memiliki tujuan setelah
adanya bantuan material berupa relokasi ke siosar, ia berencana untuk membangun kehidupan yang dimulai dari awal kembali. Ibu P.E merasa akan
mempunyai pengharapan hidup yang baru apabila adanya bantuan relokasi yang diberikan kepadanya.
Sedangkan pada partisipan keenam Ibu P.F, ia memiliki semangat yang tinggi untuk bekerja sebagai upahan di ladang orang lain, ia tidak memikirkan lagi
seperti apa ladang yang ia kerjakan dan dimana tempat ia bekerja, jarak yang jauh akan tetap ditempuhnya untuk mendapatkan uang upahan. Hal ini karena Ibu P.F
Universitas Sumatera Utara
ingin fokus untuk mencapai target setiap hari harus mendapatkan uang untuk upahan, dengan hasil upahan ia dapat membiayai sekolah anaknya.
Ibu P.F sudah terfokus untuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti biaya gas, listrik dan kebutuhan pokok lainnya. Hal ini karena
ia tidak mempunyai uang simpanan lagi. Dahulu waktu pertama sekali mengungsi, Ibu P.F masih mempunyai modal dari peliharaannya yang sudah dijual namun,
uang dari hasil jualan ternak sudah dipakai untuk biaya makan selama tinggal di posko pengungsian. Ibu P.F tidak menyadari bahwa ia tidak dapat kembali ke
kampung halamannya sehingga uang tersebut tidak di simpan olehnya. Hal ini juga yang membuatnya terpacu untuk mencari modal kembali.
Secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa keenam partisipan memiliki tujuan hidup untuk bekerja kembali agar mendapatkan penghasilan sehingga
harapannya dengan penghasilan yang didapatkan, mereka dapat melangsungkan kehidupan sehari-hari serta membiayai pendidikan anak mereka.
6. Pertumbuhan Pribadi
Setelah bencana alam yang berdampak kepada kehidupan keenam partisipan maka pertumbuhan pribadi pada partisipan akan mengalami penurunan.
Ryff dan Keyes 1995 menjelaskan bahwa individu yang mengalami pertumbuhan personal memiliki perasaan akan perkembangan yang berlanjut,
melihat dirinya semakin bertumbuh, terbuka atas pengalaman baru, merealisasikan potensi diri, melihat perubahan yang positif dalam diri dan
perilakunya sepanjang waktu, serta berubah dalam cara merefleksikan diri sehingga menjadi lebih mengenali dirinya dengan efektif.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan pribadi yang dialami oleh Ibu P.A yaitu ia ingin terbuka untuk pengalaman baru dengan mengikuti usulan dari pemerintah dalam membuat
usaha ternak. Usaha ternak yang akan dibuat oleh Ibu P.A adalah ternak lele atau ternak bebek. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa Ibu P.A kembali lagi
untuk bekerja menjadi petani. Ia masih ingin merealisasikan potensi dirinya sebagai petani karena profesi itulah yang ia jalani selama ini.
Sedangkan pada partisipan kedua Ibu P.B, menyadari bahwa sekarang ia tidak mampu untuk mencari pekerjaan lain selain bertani. Selama ini, Ibu P.B
hanya bekerja sebagai petani dan mempunyai usaha warung kecil-kecilan di rumahnya. Ia hanya mengharapkan pada kemampuannya untuk bertani saja. Ia
tidak terbuka terhadap pengalaman yang baru. Hal ini karena ia merasa sudah tidak dapat berpikir dengan terbuka lagi.
Lain halnya dengan partisipan ketiga Ibu P.C, pasca-bencana alam membuat perubahan dalam kehidupan yang dijalani Ibu P.C. Perubahan ini
berdampak terhadap dirinya serta perubahan terhadap kondisi lahan pertanian tempat ia bekerja. Ibu P.C merupakan seorang yang dapat terbuka terhadap
pengalaman yang baru dari orang lain yang sudah berhasil, ia seorang yang dapat mengikuti perkembangan agar dapat berhasil menjadi seorang pentani. Hal yang
dilakukannya adalah memberi pupuk musa agar tanaman yang sudah ditanam olehnya dapat tumbuh subur meskipun abu vulkanik sewaktu-waktu datang
kembali serta hujan yang menguyuri tanamanannya namun, apabila menggunakan pupuk tersebut tanah yang terkena abu vulkanik tidak mengeras.
Universitas Sumatera Utara
Sama halnya dengan partisipan keempat Ibu P.D, setelah bencana alam yang terjadi, Ibu P.D ingin membuat usaha selain bertani yaitu membuka usaha
ternak. Pengalaman baru ini awalnya diusulkan oleh pemerintah untuk dapat direalisasikan oleh Ibu P.D agar ia dapat bekerja kembali dan mempunyai
penghasilan dari usaha ternak tersebut. Hal ini karena melihat kondisi lahan pertanian tidak cukup subur untuk ditumbuhi oleh tanaman sehingga hasil yang
dipanen tidak terlalu memuaskkan untuk di jual ke pasar. Setelah dipulangkan ke kampung halaman, ia sudah mulai melakukan pekerjaannya sebagai petani.
meskipun ia sudah kembali bekerja, ia masih tetap berminat untuk membuat usaha ternak seperti yang diusulkan oleh pemerintah. Hal ini karena Ibu P.D merasa
bahwa mengerjakan usaha ternak tidak terlalu susah untuk dirawat dan tidak harus dijaga setiap saat.
Sedangkan pada partisipan kelima Ibu P.E, ia tidak berkeinginan untuk berkembang lagi karena ia sudah mempunyai pekerjaan sebagai bidan PTT di
desa simacem. Ibu P.E digaji setiap bulan sehingga ia tidak terlalu terbuka dengan pengalaman baru. Ia hanya melayani orang yang sedang sakit dengan sebaik
mungkin sehingga pelayanannya bermanfaat bagi orang lain Sama halnya yang dirasakan oleh partisipan kelima Ibu P.E, partisipan
keenam Ibu P.F merasa bahwa ia tidak dapat berpikir maju untuk kedepan. Hal ini karena ia tidak mempunyai lahan pertanian lagi dan modal sendiri juga sudah
tidak ada lagi. Sehingga ia hanya berupaya untuk mencapai target yaitu mendapatkan kerja sebagai pekerja di lahan pertanian orang untuk mendapatkan
uang yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Secara keseluruhan, terlihat perbedaan antara keenam partisipan yaitu Ibu P.A, Ibu R. C, dan Ibu P.D mengalami pertumbuhan pribadi sedangkan pada Ibu
P.B, Ibu P.E, dan Ibu P.F tidak mengalami pertumbuhan pribadi. Hal ini karena mereka merasa terbatas dalam hal perekonomian untuk terbuka terhadap
pengalaman baru.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19. Gambaran Kemunculan Social Support dan Psychological Well-
being Pada Partisipan No
Bentuk Social Support
Social Support yang diperoleh Kemunculan Pada
Setiap Partisipan
1 Emotional or
Esteem support Memperoleh semangat dan penguatan dari
relawan 4 P
Memperoleh perhatian dari relawan 2 P
Memperoleh kasih sayang dan perhatian dari keluarga Ibu P.F yang berada di medan
1 P
2 Tangible or
Instrumental Support
Memperoleh dana dari pemerintah atau gereja yang digunakan untuk membiayai pendidikan
anak sekolah seperti biaya buku dan uang sekolah
4 P
Memperoleh barang dari relawan berupa permainan dan satu paket pakaian seragam
sekolah anak 3 P
Memperoleh bantuan pelayanan transportasi untuk anak berangkat dan pulang sekolah
dikarenakan jarak yang jauh dari sekolah dengan tempat pengungsian
1 P
Memperoleh bantuan pelayanan kesehatan dengan pengobatan gratis, dan obat gratis
yang diperoleh dari dokter relawan serta pemerintah
2 P
Memperoleh dana untuk menyewa rumah dan menyewa lahan pertanian dari pemerintah
2 P Memperoleh makanan selama tinggal di
pengungsian 5 P
Memperoleh bantuan
makanan dari
pemerintah setelah dipulangkan ke kampung 1 P
Universitas Sumatera Utara
halaman Memperoleh dari pemerintah berupa bantuan
dana untuk modal kelangsungan hidup. 1 P
Memperoleh bantuan modal untuk bertani berupa bibit jeruk setelah dipulangkan ke
kampung halaman 1 P
Memperoleh bantuan dari relawan yaitu barang berupa tas untuk mempersiapkan
pakaian apabila gunung meletus kembali 1 P
Memperoleh bantuan
relokasi dari
pemerintah 1 P
3 Informational
Support Memperoleh arahan melalui pengajaran untuk
anak dalam membantu tugas sekolah dari relawan pengajar
5 P
Memperoleh fasilitas pengajar dan fasilitas untuk tempat belajar anak di posko
pengungsian 2 P
Memperoleh saran dan arahan dari pemerintah untuk mengetahui cara membuat
usaha ternak, usaha kursi dan usaha kerupuk 1 P
Memperoleh arahan dari relawan untuk mengetahui cara pembuatan kerajinan tangan
1 P Memperoleh bantuan informasi untuk
mengetahui kondisi
tanah pada
lahan pertanian sehingga ia dapat mengupayakan
dan mempersiapkan sendiri dengan kondisi tanah tersebut
1 P
Memperoleh arahan serta petunjuk dengan melakukan simulasi tanggap darurat terhadap
bencana alam Gunung Sinabung, yang 1 P
Universitas Sumatera Utara
diperoleh dari pusaka serta pihak lainnya. Memperoleh arahan serta bimbingan agar
orang tua tetap kuat untuk menjalani kehidupan pasca bencana
2 P
Memperoleh pengetahuan mengenai cara hidup sehat dengan mandi setiap kali selesai
bermain, yang diperoleh dari mahasiswa 1 P
Memperoleh saran
serta arahan
dari pemerintah untuk dapat hidup mandiri karena
pemerintah sudah meresmikan bahwa tidak ada status orang yang mengungsi lagi.
1 P
4 Companionship
Support Memperoleh dukungan melalui acara
memasak bersama dengan relawan 2 P
Memperoleh dukungan melalui acara kerohanian bersama dengan relawan di posko
pengungsian 4 P
Memperoleh penghiburan melalui kegiatan kerohanian yang dibuat oleh relawan
2 P Memperoleh acara gotong-royong bersama
untuk membersihkan desa bersama relawan 2 P
Untuk anak acara bermain bersama diperoleh dari relawan
1 P Memperoleh dukungan berupa acara
kerohanian bersama seperti acara besar maulid yang diselenggarakan oleh relawan.
1 P
Universitas Sumatera Utara
No Bentuk
Social Support Social Support yang dibutuhkan
Kemunculan Pada Setiap Partisipan
1 Emotional or
Esteem support Membutuhkan semangat serta penghiburan
agar ia dapat semangat untuk kembali bekerja kembali
2 P
2 Tangible or
Instrumental Support
Membutuhkan bantuan
makanan atau
sembako 3 P
Membutuhkan bantuan transportasi untuk anak sekolah.
1 P
Membutuhkan bantuan modal lahan pertanian seperti pupuk, bibit dan alat-alat pertanian
4 P
Membutuhkan dana yang akan dipergunakan untuk modal menyewa lahan pertanian serta
membiayai pendidikan anak. 1 P
Membutuhkan bantuan relokasi 3 P
Membutuhkan pendidikan gratis untuk anak atau dana untuk pendidikan anak
3 P
Membutuhkan jasa
pelayanan untuk
membersihkan lahan
pertaniannya di
kampung. 1 P
Membutuhkan bantuan dari pemerintah untuk membangun gedung sekolah dan rumah sakit
1 P
3 Informational
Support Membutuhkan informasi berupa arahan untuk
mengetahui tanaman atau pupuk seperti apa yang sesuai pada kondisi tanah yang sudah
terkena abu vulkanik 1 P
4 Companionship
Support
Universitas Sumatera Utara
No Dimensi
Gambaran Psychological Well-being
Kemunculan Pada Setiap Partisipan
1 Penerimaan Diri
Menerima keadaan dengan terbuka untuk menata kehidupan.
1 P
Merasa beryukur kepada Tuhan YME karena dapat bertahan hidup
3 P
Menyadari sisi negatif pada dirinya yaitu kurang rasa beryukur atas kejadian yang
menimpahnya 1 P
Merasa semakin kuat menghadapi cobaan yang diberikan Tuhan
3 P
Menyadari kekurangan semakin malas dan patah semangat pasca bencana alam
1 P
Menyadari kekurangan yang ia miliki namun, ia tetap bersemangat dengan cara bekerja
kembali 3 P
Merasa dirinya sehat secara fisik 1 P
Merasa mampu menerima keadaan pasca bencana alam
3 P
Merasa tidak sendiri merasakan dampak bencana alam
1 P
Menyadari kesehatan paling penting untuk dijaga
1 P
Menyadari sisi positif pada dirinya yaitu mampu
melayani masyarakat
melalui pekerjaannya sebagai bidan di desa simacem.
1 P
Merasa puas dan bangga pada dirinya sendiri karena dapat menyembuhkan orang yang sakit
1 P
Menyadari bahwa dukungan secara emotional memberikan semangat hidup
1 P
Universitas Sumatera Utara
2 Hubungan
Positif dengan Orang Lain
Merasa hubungan yang positif tidak terlalu penting terjalin
2 P
Merasa hubungan dengan sesama terjalin dengan baik
4 P Lebih mementingkan diri sendiri serta
keluarga sendiri 3 P
Tidak merasa adanya sistem kebersamaan, keluarga, dan adat istiadat pasca bencana
alam 3 P
Lebih memilih untuk menghindari dari orang lain agar tidak terjadi pertengkaran
2 P
Memahami dan
memelihara hubungan
dengan menerima karakter teman 2 P
Merasa tidak ingin menjalin hubungan dengan orang lain
1 P
Merasa malas pergi ke pesta 1 P
Memaafkan orang lain yang menyakiti perasaannya
1 P
Menunjukkan adanya perbedaan pada agama yang dianut
1 P
3 Otonomi
Berupaya untuk mandiri dengan bekerja untuk mendapatkan pengahasilan sendiri.
5 P
Mencoba menanam kembali meskipun tanah dinyatakan belum dapat tumbuh dengan
subur 1 P
Mampu menentukan arah tujuan dengan bekerja sebagai pekerja di lahan pertanian
orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari
1 P
Universitas Sumatera Utara
Bantuan yang diperoleh dapat menjadikannya mandiri
1 P
Merasa bahwa dirinya hanya yakin kepada Tuhan YME
3 P
Merasa ada hikmah dibalik kejadian yang terjadi
1 P
Meyakini setiap upaya yang dilakukan akan menghasilkan buah
1 P
Setelah relokasi diberikan, partisipan merasa pasrah dengan keadaan yang terjadi.
1 P
4 Penguasaan
Lingkungan Cara menghadapi setiap tantangan dengan
cara menerima dan menjalani setiap tantangan dalam kehidupannya
1 P
Mempercayai bahwa Tuhan memberikan kekuatan kepadanya
1 P
Mampu memilih dan menciptakan pekerjaan yang lain yaitu dengan membuka warung
dirumah 1 P
Mampu memilih pekerjaan lainnya dengan bekerja di ladang orang sebagai upahan.
1 P
Menghadapi tantangan dengan cara belajar dari pengalaman
1 P
Mengatasi masalah abu vulkanik yang datang sewaktu-waktu maka partisipan menanam di
tempat yang jauh dari gunung 1 P
Mengelolah lahan pertanian apabila terkena abu vulkanik dengan menanam sedikit namun
dapat dirawat dengan mengikis abu 2 P
Mencari solusi
dengan memilih
dan menciptakan lingkungan baru yaitu tinggal di
2 P
Universitas Sumatera Utara
ruangan yang lebih aman agar tidak berhubungan
dengan orang
lain yang
dianggap mengganggu ketenangannya. Memilih untuk tinggal di tempat yang lebih
aman untuk menghidari pertengkaran. 2 P
5 Tujuan Hidup
Memiliki harapan untuk dapat bekerja sehingga menghasilkan uang yang akan
digunakan untuk membiayai pendidikan anak 5 P
Memiliki tujuan untuk membuat usaha kelompok ternak.
1 P Bekerja dengan baik sesuai dengan arahan
yang sudah diberikan pemerintah agar menghasilkan pendapatan yang memuaskan
sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk keluarga.
1 P
Menganggap bahwa kesehatan paling utama agar ia dapat bekerja kembali
1 P
Berharap dengan hasil pendapatan dari bekerja dapat digunakan untuk membiayai
kebutuhan keluarga serta pendidikan anak. 4 P
Memiliki harapan agar gunung tidak erupsi kembali agar ia tetap dapat bekerja
1 P
Bantuan yang
diberikan memberikan
pengharapan pada kehidupan partisipan untuk membangun kehidupan yang lebih baik
1 P
Fokus untuk mencari uang dan modal hidup di tempat tinggal yang baru yaitu siosar
1 P
6 Pertumbuhan
Pribadi Merasa tidak mampu terbuka terhadap
pengalaman baru selain mengikuti usulan dari pemerintah dalam membuat usaha ternak
1 P
Universitas Sumatera Utara
Merasa tidak mampu terbuka terhadap pengalaman baru
3 P
Menyadari hanya dapat bekerja sebagai petani serta membuka warung miliknya.
1 P
Menyadari bahwa ia melayani orang sakit dengan baik sehingga pelayanannya dapat
bermanfaat bagi banyak pihak. 1 P
Terbuka terhadap pengalaman baru dengan belajar dari pengalama orang lain yang sudah
berhasil menyuburkan tanah dengan pupuk 1 P
Terbuka terhadap pengalaman baru dengan membuka usaha ternak
2 P
Merealisasikan potensi dirinya dengan cara bekerja di lahan pertanian orang lain untuk
mencapai target berupa uang 1 P
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1.A. Bentuk-Bentuk Social Support yang diperoleh Pada Seluruh
Partisipan
Bentuk Social Support yang
diperoleh penyintas
1. Emotional or Esteem Support
1. Memperoleh dukungan penguatan P.A 3. Memperoleh dukungan rasa kepedulian P.B P.C
2. Memperoleh dukungan semangat P.A, P.C, P.F 4. Memperoleh pencerahan yang positif P.F
2. Tangible or Instrumental Support; Dukungan yang diberikan langsung dan nyata
1.Bantuan dana untuk anak kuliah 4,5 juta, anak SMA senilai 2 juta, anak SMP 1,5 juta dan anak SD 1 juta P.A, P.B, P.C
2.Anak memperoleh barang berupa permainan anak dan buku P.A P.B
3.Anak memperoleh bantuan tas, sepatu dan seragam sekolah 4.Bantuan pelayanan transfortasi anak sekolah bus disediakan
oleh GBKP, BNPB dan tentara P.A 5.Bantuan dana untuk menyewa rumah dan lahan pertanian dari
pemerintah 6. Bantuan makanan P.A, P.B, P.C, P.D, P.E, P.F
7.Bantuan modal untuk kembali ke kampung halaman berupa beras dan dana senilai 3 juta P.B P.D
8. Pelayanan kesehatan 9.Setelah pulang ke kampung halaman diberi dana senilai 600
ribu, pupuk jeruk dan bantuan berupa tas untuk tanggap darurat bencana
10.Bantuan untuk anak balita berupa dana senilai 400 ribu selama 2 bulan P.E
11.Bantuan penyediaan rumah pinta talita P.E 12.Bantuan untuk orang tua berupa pakaian P.E
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1.B. Bentuk-Bentuk Social Support yang diperoleh Pada Seluruh
Partisipan
Bentuk Social Support yang
diperoleh penyintas
3. Informational Support; Dukungan yang diberikan berupa informasi
1.Dukungan arahan untuk membantu anak belajar menyelesaikan tugas sekolah P.A, P.B, P.C, P.D, P.E, P.F
2.Pemerintah mengusulkan membuat kelompok usaha sebanyak 15 orang P.A
3.Mempelajari cara membuat kerajinan tangan seperti sumpit dan tas P.A
4.Bantuan diperoleh dari dinas pertanian untuk mengetahui PH tanah dilahan pertanian miliknya P.B
5.Informasi mengenai kerugian akibat bencana alam P.B 6.Dukungan arahan untuk melakukan simulasi tanggap darurat
terhadap bencana alam yang sewaktu-waktu akan datang kembali P.C
7.Dukungan memberikan nasehat, bimbingan kepada orang tua agar dapat mengatasi masalah atau trauma yang sedang dihadapi
P.D P.E 8.Dukungan informasi agar partisipan dapat hidup mandiri yang
diperoleh dari pemerintah P.F
4. Companionship Support; Dukungan kesediaan meluangkan waktu dengan orang lain.
1.Memasak bersama P.A 2.Membuat acara kerohanian seperti perkumpulan gereja dan
perkumpulan mesjid P.A, P.B, P.C P.F 3.Acara gotong-royong bersama warga untuk membersihkan
jalanan arah ke kampung P.C, P.D P.F 4.Acara natal bersama P.D
5.Acara maulid nabi P.E
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2. Bentuk-Bentuk Social Support yang dibutuhkan Pada Seluruh
Partisipan dan Mengapa membutuhkan Social Support Tertentu
Bentuk Social Support yang
diperoleh penyintas
1. Emotional or Esteem Support
1.Butuh dukungan berupa penghiburan agar bersemangat kembali P.A
2.Butuh dukungan perhatian khususnya apada 3 desa yang direlokasi karena merasa paling terdampak secara langsung P.E
3.Butuh dukungan semangat karena merasa sudah suntuk dan jenuh sehingga perlu adanya semangat untuk membuka pola pikir
yang lebih positif R.F
2. Tangible or Instrumental Support; Butuh dukungan secara langsung dan nyata
1.Butuh bantuan makanan karena merasa sudah kekurangan makanan semenjak bantuan sudah berhenti diberikan pada bulan
6 tahun 2014 P.A, P.D, P.E, P.F 2.Butuh bantuan transportasi anak karena jarak antara sekolah
dengan tempat tinggal anak jauh P.A 3.Butuh bantuan relokasi untuk menata kehidupan yang lebih
baik karena lahan di desa sudah rusak dan tidak diizinkan untuk pulang kembali P.A, P.E, P.F
4.Butuh bantuan untuk lahan pertanian berupa bibit, pupuk dan alat-alat pertanian agar partisipan dapat bekerja kembali
sehingga tidak bergantung lagi kepada bantuan orang lain P.A, P.C, P.D
5.Butuh bantuan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan untuk sekolah anak karena partisipan merasa
bahwa lahan pertanian tidak dapat digunakan untuk bekerja sehingga penghasilan berkurang P.B P.E
6.Butuh bantuan dana pendidikan anak dan butuh pendidikan gratis karena partisipan merasa bahwa bantuan diberikan kepada
anak tidak ditanggung penuh oleh pemerintah dan partisipan juga merasa tidak mampu membiayai pendidikan anak akan tetapi
partisipan tetap menginginkan anaknya tetap melanjutkan pendidikan P.B, P.C, P.D
7.Butuh bantuan jasa pelayanan untuk membantu membersihkan lahan pertanian agar partisipan dapat menanam kembali P.B
8.Butuh bantuan untuk membangun gedung di tempat relokasi seperti rumah sakit dan sekolah agar jarak yang ditempuh dekat
dengan rumah atau tempat tinggal P.C P.D
3. Informational Support; Butuh dukungan informasi berupa arahan mengenai tanaman yang sesuai dan pupuk yang sesuai pada
lahan pertanian yang sudah terpapar abu vulkanik sehingga tanaman dan pupuk yang ditanam dapat tumbuh dengan subur dan
menghasilkan buah yang bagus P.C
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3.A. Psychological Well-being Pada Seluruh Partisipan
Psychological Well- being Pada
Penyintas 1. Penerimaan Diri
1.Menilai masa lalu secra positif; a. Merasa lebih senang dengan keadaan sekarang, b. Pikiran terbuka untuk melakukan hal yang
positif P.A, c. Merasa mampu menerima keadaan dengan cara berupaya sendiri untuk meminjam modal dari orang lain P.D, d.
Merasa bantuan yang diberikan memberikan semangat hidup yang baru bagi partisipan, dan e. Sudah menganggap bahwa tempat
pengungsian seperti kampung sendiri P.F
2.Membandingkan diri dengan orang lain yang tidak mampu sehingga partisipan dapat bersyukur kepada Tuhan atas kejadian yang dialami
P.A, P.C, P.F
3.Menyadari kelebihan yang dimiliki; a. Semakin kuat menghadapi setiap tantangan hidup P.A P.C, b. Menyadari bahwa Tuhan yang
memberikan cobaan dan kekuatan P.A, c. Sehat secara fisik maupun psikologis P.B, d. Merasa harus bangkit dari keterpurukan,
dan e. Dapat melayani masyarakat yang sedang sakit P.E
4.Menyadari kekurangan yang dimiliki; a. Semakin malas dan tidak memiliki semangat P.B, b. Merasa putus asa dan tidak ingin bekerja
P.C, c. Menyadari diri sudah menjadi lemah pasca-bencana alam karena sudah tidak memiliki modal untuk menanam kembali P.D,
dan d. Merasa kurang bersyukur dan kurang dapat menerima karena suami partisipan kehilangan pekerjaan pasca-bencana alam P.E
5.Berupaya untuk semangat dalam bekerja dan membuka usaha P.B
2. Hubungan Positif dengan Orang lain
1. Kurang terjalin hubungan yang positif; a. Tidak ada sistem kebersamaan, tidak ada sistem keluarga, dan tidak ada sistem adat istiadat,
b. Lebih mementingkan diri sendiri P.A, P.E, P.F , dan c. Memiliki perbedaan pandangan dapat memicu adanya konflik namun partisipan
lebih memilih untuk menghindar dari konflik P.D, P.E, P.F
2. Hubungan dapat terjalin dengan positif ; memahami karakter teman dan memelihara hubungan yang baik, dan menganggap masih merasa saudara
dan satu kampung halaman P.B P.C
3. Otonomi
1.Mampu bersikap mandiri; a. Tidak membutuhkan bantuan dari orang lain apabila bantuan sudah diberikan bantuan dan tanaman sudah berhasil
P.A, b. Bekerja serta berupaya untuk menanam setengah meter pada lahan pertanian serta tetap akan menanam meskipun harga pasaran
menurun P.A P.C, c. Berusaha menanam meskipun bantuan tidak diberikan dan meskipun tanah dinyatakan oleh pemerintah belum dapat
tumbuh dengan subur P.D, P.E, d. Berusaha mencari pinjaman bibit dari orang lain agar ia dapat kembali berladang P.D, e. Hanya
mengharapkan gaji sendiri dan gaji suami meskipun bantuan tidak diberikan lagi P.E, dan f. Menentukan arah hidup dengan membuat
aktivitas dengan bekerja dan mengurus keluarga.
2.Yakin akan kehidupan dengan usaha yang dilakukan akan menjadi lebih baik pasca-bencana alam yang dialami; percaya hanya kepada kehendak
Tuhan P.B P.C
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3.B. Psychological Well-being Pada Seluruh Partisipan
Psychological Well- being Pada
Penyintas 4. Penguasaan Lingkungan:
Memiliki keyakinan untuk mengatasi masalah
1.Menerima setiap tantangan hidup karena meyakini bahwa Tuhan akan memberikan pertolongan P.A
2.Mampu memilih dan menciptakan konteks sesuai dengan nilai dan kebutuhan dirinya dengan bekerja dilahan pertanian milik orang lain
yang akan mengingat anak sekolah agar tetap semangat kerja P.B, 3. Mampu mengelolah lingkungan P.B
4.Mencoba untuk menanam sedikit namun dapat menghasilkan dan agar dapat lebih mudah dibersihkan apabila erupsi kembali terjadi P.C
5. Mencoba menanam tumbuhan jauh dari lokasi gunung P.C 6.Melakukan cara dengan mengikis tanah yang terpapar oleh abu
vulkanik P.C 7.Mencoba untuk pulang ke kampung halaman untuk membersihkan
dan berladang kembali meskipun jarak antara pengungsian dan tempat bekerja jauh P.D
8.Apabila terjadi masalah dengan sesama pengungsi, partisipan memilih untuk pindah ke ruangan lain yang lebih nyaman, jauh dari
keramaian agar terhindar dari masalah P.E P.F
5. Tujuan Hidup: mempunyai tujuan hidup yang jelas
1.Tujuan untuk bekerja di lahan pertanian P.A, P.B, P.D, P.F 2.Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pendidikan anak
P.A, P.B, P.C, P,D P.F 3.Membuat usaha kelompok ternak lele dengan cara bekerja dengan baik
agar menghasilkan yang baik P.A
4. Berupaya untuk melanjutkan usaha warung P.B
5.Memiliki harapan agar gunung tidak erupsi kembali sehingga partisipan dapat kembali bekerja di lahan pertanian miliknya P.C
6.Bantuan yang diberikan senilai 3 juta dipergunakan untuk membuka modal bertani kembali sehingga memberikan manfaat juga bagi orang
lain karena sudah membuka lowongan kerja P.D 7.Mempunyai harapan apabila bantuan relokasi sudah diberikan
langsung untuk membangun kehidupan yang dimulai dari nol kembali P.E
8. Mengumpulkan modal untuk tinggal di tempat relokasi yang baru P.F
6. Pertumbuhan Pribadi
1.Mampu terbuka untuk pengalaman baru; mengikuti usulan pemerintah dengan membuka usaha ternak karena merasa bahwa bertani belum dapat
diharapkan P.A P.D 2.Mampu terbuka terhadap pengalaman baru dengan cara belajar dari
pengalaman orang lain menggunakan pupuk musa untuk memberikan kesuburan pada tanaman yang berada pada lahan yang sudah terpapar abu
vulkanik P.C
3. Bekerja sesuai potensi diri sabagai petani kembali P.A P.F 4.Tidak mampu terbuka terhadap pengalaman baru karena sudah tidak
tahu akan bekerja apa selain bertani dan tidak memiliki modal lagi P.B P.F
5.Tidak dapat terbuka terhadap pengalaman baru karena sudah memiliki profesi sebagai bidan PTT puskesmas di desa simacem P.E
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan diuraikan
kesimpulan dari penelitian kemudian pada akhir bab juga terdapat saran-saran praktis dan metodologis yang berguna bagi penelitian dengan tema social support,
psychological well-being, penyintas bencana alam.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk social support yang diperoleh pada penyintas bencana
alam Gunung Sinabung
Untuk mengatasi dampak fisik dan psikologis yang dialami oleh penyintas pasca-bencana alam Gunung Sinabung, partisipan mendapatkan social support
dari significant others mereka. Adapun bentuk-bentuk social support yang
diperoleh keenam partisipan sebagai berikut: 1 emotional or esteem support
yaitu dukungan penguatan, bentuk rasa kepedulian, dukungan semangat dan
pencerahan mengenai hal yang positif, 2 tangible or instrumental support yaitu
dukungan dana untuk anak sekolah, dukungan berupa barang untuk anak seperti permainan dan buku, tas, sepatu dan seragam sekolah, bantuan rumah pintar talita
untuk tempat belajar anak di posko pengungsian, bantuan langsung juga diberikan kepada anak berupa pelayanan transportasi bus untuk anak sekolah, dukungan
lainnya juga diperoleh berupa dana untuk partisipan yang kehilangan tempat tinggal seperti rumah dan lahan pertanian agar mereka dapat menyewa di tempat
Universitas Sumatera Utara
lain, bantuan pelayanan kesehatan, bantuan pakaian untuk untuk orang tua, bantuan makanan selama tinggal di pengungsian dan bantuan lain juga diberikan
kepada tiga partisipan yang dapat kembali ke kampung halaman yaitu bantuan dana sebagai modal untuk hidup di kampung, bantuan beras, bantuan pupuk dan
satu partisipan memperoleh bantuan berupa tas untuk persiapan diri terhadap
bencana yang sewaktu-waktu akan datang kembali, 3 informational support
yaitu dukungan yang diberikan berupa informasi serta arahan untuk membantu anak belajar, dukungan informasi mengenai usulan dari pemerintah untuk
membuat usaha kepada partisipan, dukungan informasi mengenai cara membuat kerajinan tangan, mengetahui Ph tanah dilahan pertanian serta kerugian akibat
bencana alam, dan pasca-bencana alam banyak sekali yang memberikan bimbingan serta arahan kepada orang tua agar dapat menghadapi setiap tantangan
hidup, cara mengatasi strees, dan hidup mandiri tanpa bantuan orang lain, dan bantuan lainnya juga diperoleh salah satu partisipan setelah kembali ke kampung
halaman berupa informasi mengenai simulasi tanggap darurat terhadap bencana
alam, dan 4 companionship support yaitu dukungan kesediaan meluangkan
waktu dengan orang lain seperti memasak bersama, acara kerohanian yang dilakukan di posko pengungsian maupun diluar posko pengungsian dan bantuan
lainnya yang diperoleh tiga partisipan yang sudah kembali ke kampung halaman yaitu bantuan berupa gotong-royong bersama relawan membersihkan kampung
partisipan.
Universitas Sumatera Utara
2. Bentuk-bentuk social support yang dibutuhkan pada penyintas bencana
alam Gunung Sinabung dan mengapa membutuhkan social support
tersebut
Berbagai bantuan akan efektif dan bermanfaat diberikan kepada penyintas apabila bantuan tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka. Penyintas bencana
alam baik yang masih tinggal di pengungsian maupun penyintas yang sudah dipulangkan kembali ke kampung halaman, membutuhkan beberapa bentuk social
support, sebagai berikut 1 emotional or esteem support yaitu dukungan berupa
penghiburan, perhatian dan semangat agar dapat kembali bersemangat menjalani kehidupan yang dimulai dari nol kembali, dan agar partisipan dapat membuka
pola pikir ke arah yang lebih positif. 2 tangible or instrumental support yaitu
butuh bantuan makanan yang menjadi kebutuhan utama, butuh bantuan berupa pelayanan transfortasi anak sekolah agar meringankan beban dana bagi partisipan,
butuh bantuan relokasi agar partisipan dapat menjalani kehidupan rumah tangga yang lebih baik, butuh bantuan lahan pertanian agar partisipan dapat kembali
bekerja sebagai petani, butuh dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta dana untuk pendidikan anak, butuh bantuan jasa pelayanan untuk membantu
membersihkan lahan pertanian saat kembali ke kampung halaman, dan butuh bantuan untuk membangun gedung sekolah dan gedung rumah sakit di tempat
relokasi yang baru agar jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dari tempat tinggal
mereka di desa siosar, dan 3 informational support yaitu butuh dukungan
informasi berupa arahan mengenai tanaman yang sesuai dan pupuk yang sesuai pada lahan pertanian yang sudah terpapar abu vulkanik sehingga tanaman dan
Universitas Sumatera Utara
pupuk yang ditanam dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang bagus
Seluruh partisipan memiliki kebutuhan yang berbeda sehingga social support yang paling dibutuhkan akan berbeda pula, terlihat dari keenam partisipan
penelitian, pada partisipan yang di relokasi lebih membutuhkan emotional or esteem support dan tangible or instrumental support sedangkan pada partisipan
yang dapat kembali ke kampung halaman atau tidak di relokasi ke desa siosar, mereka lebih membutuhkan tangible or instrumental support dan informational
support dimana terlihat bahwa mereka sama-sama membutuhkan bantuan namun pada partisipan yang di relokasi lebih merasakan dampak kehilangan secara
langsung sehingga butuh adanya dukungan agar mereka tetap semangat menjalani setiap tantangan hidup yang akan mereka hadapi saat ini.
3. Psychological well-being pada penyintas bencana alam Gunung Sinabung
Keenam partisipan terlihat psychological well-being yang cukup baik meskipun mereka sulit untuk menerima atau merealisasikan dirinya di tengah
tantangan hidup setelah dampak bencana alam yang dialami. Keenam partisipan membutuhkan proses dan waktu untuk dapat melakukan penerimaan atas keadaan
dirinya serta mensyukuri semua yang terjadi dalam hidupnya sebagai pemberian Tuhan.
Keenam partisipan terlihat merasa tidak nyaman tinggal di pengungsian sehingga aktivas untuk berhubungan dengan sesama menjadi kurang baik.
Keenam partisipan menyadari bahwa mereka dahulu dapat menjalin hubungan yang baik pada orang lain namun setelah tinggal di pengungsian, hubungan
Universitas Sumatera Utara
dengan orang lain menjadi tidak baik. Hal ini karena kondisi di pengungsian yang ramai tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas sosial dengan baik namun
dibalik hubungan yang tidak terjalin dengan positif, keenam partisipan tetap berupaya untuk memelihara hubungan yang lebih baik dengan cara menerima
kekurangan dan kelebihan orang lain. Setelah bencana alam, terlihat pada keenam partisipan dalam berotonomi
dimana mereka mampu untuk menentukan arah hidupnya sendiri ke arah yang lebih baik dengan berupaya untuk mencari pekerjaan sendiri setelah adanya
bantuan maupun sesudah bantuan tidak lagi diberikan kepada mereka. Keyakinan mereka untuk dapat hidup mandiri berasal dari keyakinan kepada Tuhan YME,
yang akan memberikan rezeki kepada partisipan. Selama tinggal di pengungsian, keenam partisipan juga menghadapi
tantangan dalam hidup baik dari aktivitas pekerjaan maupun aktivitas sosial. Cara menghadapi setiap tantangan yang dihadapi, partisipan pertama meyakini dengan
berpengharapan kepada Tuhan bahwa segala sesuatunya sudah diatur oleh-Nya. Sementara pada kelima partisipan lainnya, beranggapan ketika dihadapkan pada
tantangan, mereka akan berupaya untuk memilih atau menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Dari dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi, keenam partisipan akan mengarahkan aktivitasnya untuk tujuan hidup yang mereka yakini mampu
untuk mencapainya yaitu bekerja untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan membiayai pendidikan anak. Hal ini pula yang membuat keyakinan pada tiga
partisipan dapat mengembangkan diri mereka secara pribadi namun tiga partisipan
Universitas Sumatera Utara
lainnya menunjukkan tidak dapat untuk berkembang secara pribadi dikarenakan sudah memiliki pekerjaan tetap sebagai bidan, bekerja sebagai wiraswasta dan
partisipan menganggap bahwa dirinya hanya memiliki keahlian sebagai petani Secara keseluruhan, terlihat dimensi psychological well-being pada
keenam penyintas bencana alam. Keenam partisipan menunjukkan bahwa diri mereka semakin mampu menerima diri, pada dimensi menjalin hubungan yang
positif tiga diantara enam partisipan kurang dapat menjalin hubungan positif dengan orang lain selama tinggal di pengungsian dan tiga partisipan lainnya dapat
menjalin hubungan yang positif, keenam partisipan tetap berotonomi, semakin mampu mengatasi masalah baik masalah pribadi maupun lingkungan sekitar dan
memiliki tujuan hidup yang lebih terarah dan pada dimensi pertumbuhan pribadi partisipan pertama, ketiga, dan keempat mengalami petumbuhan pribadi
sedangkan partisipan kedua, kelima, dan keenam tidak mengalami pertumbuhan pribadi.
Universitas Sumatera Utara
B. SARAN 1. Saran Praktis
a. Bagi NGO Non Governmental Organization, pemerintah dan masyarakat
luas yang menangani bencana alam. Kepada pihak terkait disarankan untu memberikan social support yang dibutuhkan penyintas, seperti 1
emotional or esteem support berupa penghiburan, perhatian dan semangat agar mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara positif, 2 tangible
or instrumental support berupa bantuan makanan, pelayanan transfortasi, relokasi, lahan pertanian, dana untuk modal hidup atau membuka usaha
dan pendidikan anak, jasa pelayanan untuk membantu membersihkan lahan, dan butuh bantuan untuk membangun gedung sekolah dan gedung
rumah sakit, dan 3 informational support berupa dukungan informasi mengenai tanaman yang sesuai dan pupuk yang sesuai pada lahan
pertanian yang sudah terpapar abu vulkanik sehingga tanaman dan pupuk yang ditanam dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang
bagus b.
Bagi penyintas bencana alam, diharapkan dengan adanya bantuan yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan mereka maka bantuan tersebut
dapat memberikan manfaat yang positif pula kepada mereka sehingga penyintas dapat merealisasikan dirinya seperti dapat menerima diri serta
tantangan yang sedang dihadapi, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, dapat berotonomi, menguasai lingkungan, mempunyai tujuan
Universitas Sumatera Utara
hidup, dan dapat mengalami pertumbuhan pribadi serta dapat mengurangi dampak psikologis akibat bencana alam yang dialami.
c. Bagi penyintas bencana alam, sebaiknya dapat lebih mengetahui setiap
kebutuhannya serta dapat mengungkapkan setiap harapannya agar orang lain dapat memberikan social support yang lebih tepat untuk mereka.
2. Saran Metodologis
a. Penelitian ini menggunakan data partisipan dari penyintas perempuan
untuk memperoleh data yang mendalam sesuai dengan tujuan peneliti, perempuan juga termasuk orang yang sering berhubungan dengan
peristiwa atau kegiatan kemasyarakatan sedangkan pria cenderung lebih berfokus pada lingkungan profesi, akan tetapi penelitian akan kaya apabila
partisipan tidak hanya penyintas perempuan. Oleh karena itu sebaiknya perlu dilakukan penelitian terhadap penyintas laki-laki.
b. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif fenomenologi. Penelitian
selanjutnya diharapkan dapat meneliti menggunakan penelitian kuantitatif untuk melihat pengaruh social support terhadap psychological well-being
pada penyintas bencana alam.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, D.F. 2 Februari 2014. Gunung sinabung masih berstatus awas. Diunduh dari
http:regional.kompas.comread201402021530566Gunung.Sinabung. Masih.Berstatus.Awas. Tanggal akses: 15 Oktober 2014.
Arnold, P. dan C. Adrian. 1986. Rainwater Harvesting. London: Intermediate Technology Publishing.
Assifa, F. 10 Oktober 2014. Gunung sinabung masih berpotensi meletus. Diunduh dari
http:regional.kompas.comread2014101022582631Gunung.Sinabung. Masih.Berpotensi.Meletus. Tanggal akses: 15 Oktober 2014
Baron, P.A Byrne. 2000. Sosial Psychology 9th Edition. New York: Allyn Bacon.
Berita Satu. 14 Oktober 2014. Ribuan hektare lahan pertanian di sinabung rusak. Diunduh dari http:www.beritasatu.comnasional217328-ribuan-
hektare-lahan-pertanian-di-sinabung-rusak.html. Tanggal akses : 21 Oktober 2014.
Berita satu. 16 Oktober 2014. Akibat erupsi sinabung, industri pariwisata karo terpuruk. Diunduh dari http:www.beritasatu.comnasional217666-
akibat-erupsi-sinabung-industri-pariwisata-karo-terpuruk.html. Tanggal
akses : 21 Oktober 2014. Berita Satu. 19 Oktober 2014. Abu vulkanik gunung sinabung selimuti
Kabanjahe. Diunduh dari http:www.beritasatu.comnasional218541-abu- vulkanik-gunung-sinabung-selimuti-kabanjahe.html. Tanggal akses : 21
Oktober 2014.
Berita Satu. 29 Oktober 2014. Pengungsi erupsi sinabung kekurangan bantuan logistik.
Diunduh dari
http:www.beritasatu.comnasional221027- pengungsi-erupsi-sinabung-kekurangan-bantuan-logistik.html.
Tanggal akses : 30 Oktober 2014.
Bishop, G. D. 1997. Health Psychology: Integrating Mind and Body. Boston: Allyn Bacon.
Bnpb. 2007.
Definisi dan
jenis bencana.
Diunduh dari
http:www.bnpb.go.idpengetahuan-bencana. Tanggal akses : 6 Desember 2014.
Carter. N. 1991. Disaster management: A disaster manager’s handbook, Manila : ADB.
Universitas Sumatera Utara
Danieli, Yael,et.al. 1996. International Responses to Traumatic Stress. New York : Baywood Publishing Company, Inc.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Upaya Kesehatan Jiwa dan Psikososial untuk Kesiagaan Bencana. Jakarta: Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Di Matteo, M. R. 1991. The Psychology of Health, Illness, and Medical care.
Pasific Grove, California: Brooks Cole Publishing Company. Gempa BNPB. Desember 2014. Ketangguhan bangsa dalam menghadapi
bencana Vol
4 No
3 Tahun
2013. Diunduh
dari http:bnpb.go.iduploadsmigrationpubs589.pdf. Tanggal akses : 15
Oktober 2014 Juneman. 2005. Psikologi Pelayanan Penyintas Bencana. Jakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Mercu Buana. Keyes, C. L. M., Shmotkin, D., Ryff, C. D. 2002. Optimizing Well-Being: The
Empirical Encounter of Two Traditions. Journal of Personality and Social Psychology, 826, 1007-1022.
Lavigne, Franck., Coster, Benjamin De., Juvin, N., Flohic, F., Gaillard, J.C., Texier, P., Morin, J., Sartohadi, J. 2007.
People’s behavior in the face of vocanic hazards: Perspective from javaness communities, indonesia,
Journal of Volcanology and Geothermal Research, 172, 273-287. Lestari, Kurniya. 2007 Hubungan Antara Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial
Dengan Tingkat Resiliensi Penyintas Gempadi Desa Canan, Kecamatan Wedi,Kabupaten Klaten. Semarang.
Liputan 6. 17 Oktober 2014. Dampak erupsi 1 tahun gunung sinabung. Diunduh dari
http:palingaktual.com1093835dampak-erupsi-1-tahun-gunung- sinabungread. Tanggal akses : 22 Oktober 2014.
Moleong. 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Namora Hasnida. 2009. Dukungan Sosial pada Pasien Kanker, Perlukah?. Medan: USU Press.
Norris, F.H., Galea, S., Friedman, M.J., Watsan, P.J. 2006. Methods for disaster mental health research. New York: The Guilford Press.
Orford, J. 1992. Community Psychology: Theory and practiceI. New York: John Wiley and Sons, Ltd.
Universitas Sumatera Utara
Poerwandari. 2007 Pendekatan Kualitataif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia: Lembaga Pengembangan
Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi LPSP3. Retnaningsih, H. 2003.
‘Leetusan Gunung Sinabung dan Penanganan Bencana Di Indonesia’, Info Singkat Kesejahteraan Sosial, Vol.V, No.
18IIP3D1September 2013
Ryff, C. 1989. Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology,
57, 1069-1081. Ryff, C.D Essex, M.J 1992. The interpretation of life experience and well-
being : The sample case of relocations psychological and aging, 7 : 507- 517.
Ryff, C. D. Keyes, C. L. 1995. The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69. 719-727.
Ryff, C.D. Singer, B. 1996. Psychological Well-Being: Meaning, Measurement, and Implications for Psychotherapy Research. Psychother
Psychosom, 651, 14-23. Ryff, C.D. Singer, B. 2008. Know Thyself and Become What You Are: A
Eudaimonic Approach to Psychological Well-Being. Journal of Happiness Studies, 9, 13-39.
Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology: Biopsychososial Interaction 5
th
edition. New York: Mc Graw-Hill Inc Boston. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. Taylor., Peplau., Sears 2000. Social Psychology 10th edition. New Jersey:
Prentice Hall International Inc. Taylor, E Shelley. 2009. Health Psychology 7
th
edition. New York: Mc Graw Hill Inc.
Undang-Undang Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Wassenhove, L.N. 2006 ‘Humanitarian aid logistics: Supply chain management
in high gear’, Journal of the Operational Research Society, Vol. 57, No. 5, pp.475
–489. Widiastuti, R., Aththorick Alief T. Marliya. 2007. Tumbuhan Anggrek Hutan
Gunung Sinabung. Medan: Pustaka Bangsa Press
Universitas Sumatera Utara
Wikipedia,B 10 September 2014. Gunung sinabung. Diunduh dari http:id.wikipedia.orgwikiGunung_Sinabung.
Tanggal akses
: 6
Desember 2014. Wiryasaputra, T. S. April 2006. Pelayanan Psikologis Paska Bencana
Traumatik PPBT. Diunduh dari http:bencana-jembeP.Blogspot.com 2006 01 pelayanan- psikologis- paska-bencana.Html. Tanggal akses: 10
November 2014.
Whybark, D.C. 2007. ‘Issues in managing disaster relief inventories’, International Journal of Production Economics, Vol. 108, Nos. 1
–2, pp.228
–235. Yayasan Pulih JICA. 2006. Bersama Meraih Asa. Pusat Krisis Psikologi:
Universitas Indonesia. Young, B.H., Ford, J.D. Watson, P.J. 2005. Survivor of human caused and
natural disaster. Diunduh dari http:apahelpcentre.orgarticle. Tanggal akses: 10 November 2014
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA
A. Latar belakang kehidupan partisipan
1. Data pribadi partisipan mengenai nama, usia, tempat kelahiran, latar
belakang pendidikan dan pekerjaan, latar belakang tempat tinggal. 2.
Data mengenai status sudah menikah atau belum jika sudah, Data mengenai suami seperti nama dan latar belakang pekerjaan
3. Data anak-anak mengenai jumlah anak, latar belakang pekerjaan atau
pendidikan anak. 4.
Kegiatan sehari-hari partisipan selama tinggal di pengungsian 5.
Pengalaman yang dialami oleh partisipan saat bencana alam gunung sinabung terjadi
6. Dampak yang terjadi dalam hidup partisipan pasca-erupsi gunung
sinabung 7.
Perasaan yang dirasakan oleh partisipan pasca bencana alam
B. Emotional or esteem support
8. Perkataan yang dikatakan orang saat menemui partisipan setelah bencana
menimpahnya dan keluarga. 9.
Bentuk ungkapan atau kepedulian yang partisipan butuhkan untuk mengurangi beban yang dirasakan saat ini.
10. Mengapa bantuan tersebut dibutuhkan oleh partisipan
11. Perasaan partisipan ketika orang memperdulikannya.
C. Tangible or Instumental support