Laporan Akhir IV -10
Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015
4.1.3 EKONOMI Potensi
1. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan positif merupakan modal bagi peningkatan
pengembangan ekonomi kota di masa depan. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Dumai mengalami peningkatan yang cukup tinggi
rata-rata 8,21 per tahun dalam kurun waktu 2000-2010, melebihi laju pertumbuhan Provinsi Riau 7,16 per tahun dan nasional 7,38 per tahun. Dari sisi penawaran,
tingginya laju pertumbuhan ekonomi memberikan makna bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan ekonomi Kota Dumai untuk menghasilkan produk kota baik
berupa barang maupun jasa. Hal ini terlihat dari tingginya laju pertumbuhan sektor-sektor utama ekonomi Kota Dumai yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran 9,25 per
tahun, sektor pengangkutan 8,47 per tahun, sektor jasa-jasa 8,66 per tahun dan sektor bangunan 7,77 per tahun. Keempat sektor tersebut memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi Kota dumai sebesar 87,22. Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi berarti telah terjadi peningkatan investasi, konsumsi
masyarakat, kegiatan eskpor impor dan pembelanjaan pemerintah. Pertumbuhan investasi di Kota Dumai meningkat 6,46 selama tahun 2008-2010.
Peningkatan laju pertumbuhan ini memberikan dampak bagi peningkatan kesempatan dan kerja dan kemakmuran penduduk. Kemakmuran penduduk yang
tercermin pada pendapatan per kapita meningkat 3,66 per tahun selama tahun 2000- 2010. Peningkatan kemakmuran penduduk dan tersedianya lapangan kerja memberikan
kontribusi pada peningkatan daya saing kota Dumai. Dalam tahapan selanjutnya peningkatan daya saing akan berdampak pada peningkatan arus investasi yang
berdampak pada kemajuan ekonomi Kota Dumai.
2. Tingginya laju pertumbuhan sektor perdagangan dan sektor pengangkutan sebagai basis utama ekonomi kota.
Sebagai basis utama ekonomi kota, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi terhadap ekonomi Kota
Dumai sebesar 50,71 tahun 2010 meningkat 3,17 dibandingkan tahun 2000. Dalam kurun waktu yang sama, kedua sektor tersebut mengalami laju pertumbuhan yang relatif
tinggi yaitu 9,25 per tahun dan 8,47 lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Kota Dumai 8,21. Dengan kata lain, perkembangan ekonomi
Kota Dumai sangat bergantung pada sektor sektor perdagangan, hotel dan restoran dan
Laporan Akhir IV -11
Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015
sektor pengangkutan dan komunikasi. Kedua sektor tersebut tidak dapat dilepaskan dari keberadaan pelabuhan Dumai dan posisi geografis kota yang strategis.
Kombinasi status pelabuhan Dumai sebagai pelabuhan internasional, karakter fisik pelabuhan Dumai dan posisinya yang terletak di Selat Malaka yang merupakan jalur
perdagangan internasional menjadikan Pelabuhan Dumai sebagai pelabuhan utama di Provinsi Riau. Arus volume ekspor impor melalui Pelabuhan Dumai mencapai 71,3 dan
64,9 dari keseluruhan total volume ekspor impor Provinsi Riau. Selama tahun 2007-2010, pertumbuhan volume ekspor Kota Dumai meningkat 0,68 er dan volume impor
meningkat 8,7 per tahun. Kondisi ini berdampak pada pertumbuhan sub sektor perdagangan yang meningkat 9,31 dalam kurun waktu 2000-2010. Dalam kurun waktu
yang sama, kegiatan sub sektor perdagangan mendominasi pencapaian nilai tambah yang dihasilkan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kecenderungan yang
meningkat dari 97,32 2000 menjadi 97,91 2010.
Status pelabuhan Dumai sebagai pelabuhan internasional dan besarnya volume angkutan barang pada kegiatan kepelabuhan yang memberikan kontribusi besar terhadap
nilai tambah sektor pengangkutan dan komunikasi. Dalam kurun waktu 2000-2010 hasil kegiatan subsektor angkutan laut mendominasi perolehan nilai tambah yang dihasilkan
oleh sektor pengangkutan dan komunikasi dengan kecenderungan yang semakin meningkat dari 74,31 2000 menjadi 90,19 2010.
3. Potensi kawasan industri mendorong kemajuan perkembangan sektor industri di masa mendatang
Kota Dumai memiliki 4 empat wilayah peruntukan Kawasan Industri yang sedang dikembangkan, yaitu Kawasan Industri pelintung seluas 5.083 Ha, kawasan Industri Lubuk
Gaung seluas 2.158 Ha, Kawasan Industri Bukit Kapur seluas 500 Ha dan Kawasan terpadu Dock Yard seluas 300 Ha. Kawasan industri ini diharapkan akan mendorong
perkembangan kegiatan industri dan mempunyai efek pengganda bagi sektor ekonomi yang lain melalui keterkaitan produksi dan konsumsi. Keterkaitan produksi berkaitan
dengan kebutuhan bahan baku bagi industri hulu dan industri hilir yang ada dalam kawasan industri. Keterkaitan konsumsi berkaitan dengan berkembangnya kegiatan
ekonomi yang melayani kebutuhan tenaga kerja sektor industri.
Sampai tahun 2010 kontribusi sektor industri terhadap ekonomi non migas masih relatif rendah yaitu 5,03 dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi 8,78 per tahun.
Tingginya laju pertumbuhan ini mencerminkan potensi pasar yang cukup besar bagi sektor industri. Dengan pemanfaatan kawasan industri secara optimal diharapkan
Laporan Akhir IV -12
Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015
perkembangan sektor industri akan terus mengalami peningkatan. Berdasarkan skala usaha, industri yang berkembang di Kota Dumai meliputi industri besar, industri
menengah dan industri kecil dengan laju pertumbuhan unit usaha sebesar 6,72 per tahun selama 2008-2010. Laju pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri besar yaitu
20,34 per tahun. Dari jumlah unit usaha, industri kecil mendominasi unit usaha industri di Kota Dumai yaitu 89,49 sedangkan sisanya merupakan industri besar dan menengah.
Sebaliknya dari sisi penyerapan tenaga kerja, industri besar mendominasi dalam kemampuan menyerap tenaga kerja yaitu 80,20 dari keseluruhan jumlah tenaga kerja
sektor industri. Demikian juga dari nilai investasi yang ditanamkan, kontribusi industri besar mencapai 99,04 terhadap total nilai investasi industri Kota Dumai.
4. Berkembangnya kegiatan pertanian dalam arti luas yang memberikan jaminan ketahanan pangan bagi penduduk kota Dumai dan sebagai sumber bahan baku industri.
Meskipun berstatus kota, penggunaan lahan Kota Dumai didominasi oleh pemanfaatan untuk kegiatan sektor pertanian. Kegiatan sektor pertanian yang ada di Kota
Dumai meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Kontribusi sektor pertanian terhadap ekonomi non migas mencapai 7,02
tahun 2010 dengan kecenderungan yang menurun dibandingkan tahun 2000 10,20. Laju pertumbuhan nilai tambah yang dihasilkan sektor pertanian 4,23 per tahun selama
2000-2010. Keberagaman kegiatan pertanian menjadi keuntungan bagi Kota Dumai dalam terjaminannya ketahanan pangan yiatu terpenuhinya pangan yang cukup, baik secara
jumlah maupun mutu, serta aman, merata, dan terjangkau. Apabila ketahanan pangan terjamin akan memberikan jaminan bagi penduduknya untuk hidup sehat dan produktif
yang diperlukan bagi kemajuan pembangunan Kota Dumai. Selain itu, keberadaan kegiatan pertanian merupakan sumber bahan baku bagi industri pengolahan makanan
yang berkembang di Kota Dumai baik untuk skala kecil maupun besar dan menengah.
5. Tingkat kemiskinan relatif rendah dan cenderung menurun Tingkat kemiskinan yang mencerminkan gambaran kondisi kesehateraan penduduk
Kota Dumai relatif rendah dan cenderung menurun. Pada tahun 2005 tingkat kemiskinan Kota Dumai mencapai 8,64 menurun menjadi 6,45 tahun 2010. Tingkat kemiskinan ini
lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Riau 9,48 dan nasional 13,33. Kondisi ini memberikan gambaran adanya peningkatan kesejahteraan penduduk Kota Dumai
seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita. Dengan kata lain disparitas pendapatan antar penduduk di Kota Dumai relatif rendah dan
Laporan Akhir IV -13
Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015
cenderung menurun selama 2000-2010. Kondisi ini memberikan jaminan pasar bagi kegiatan ekonomi yang berkembang di Kota Dumai. Dengan tingkat kesejahteraan yang
relatif tinggi dan merata, penduduk Kota Dumai mampu melakukan kegiatan konsumsi yang tidak hanya terbatas bagi produk-produk primer, tetpai juga produk sekunder dan
tersier. Peningkatan konsumsi penduduk akan meningkatkan perkembangan kegiatan ekonomi yang ada dan membangkitkan kegiatan ekonomi baru sesuai dengan tahapan
kesejahteraannya.
Masalah 1. Penurunan perkembangan sektor pariwisata
Penurunan laju perkembangan sektor pariwisata ditunjukkan dengan menurunnya jumlah kunjungan wisata ke Kota Dumai selama 2007-2012 sebesar 52.496 orang dengan
laju pertumbuhan -13,27. Penurunan ini dapat dimungkinkan oleh berkurangnya daya tarik obyek wisata Kota Dumai dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Riau.
Penurunan perkembangan sektor pariwisata dalam jangka panjang dapat menghilangkan peluang sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dan pendapatan penduduk Kota Dumai.
Hal ini disebabkan sektor pariwisata mempunyai efek pengganda terhadap pengembangan sektor-sektor ekonomi lain melalui pembelanjaan yang akan dilakukan
oleh wisatawan. Selain itu berkembangnya sektor pariwisata juga dapat meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan asli daerah.
Peluang 1. Peluang pengembangan industri, perdagangan dan jasa pelayanan pelabuhan berskala
internasional di masa mendatang Berbagai arahan kebijakan nasional RTRW Nasional dan MP3EI dan provinsi Riau
menempatkan Kota Dumai sebagai kawasan industri, Pusat Perdagangan Jasa, Pusat Kegiatan dan Alih Muat Angkutan Laut Nasional Internasional, Angkutan CPO dan
Migas. Dalam kaitan ini pelabuhan Kota Dumai diarahkan sebagai pelabuhan hub internasional yang berfungsi khususnya untuk melayani kegiatan alih muat angkutan laut
nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan yang sangat luas, serta merupakan simpul dalam sistem jaringan transportasi laut internasional.
Berbagai arahan kebijakan tersebut akan memberikan peluang bagi perkembangan kegiatan industri, perdagangan dan jasa kepelabuhan berskala internasional di masa
mendatang. Kondisi ini akan memberikan efek pengganda yang besar bagi pengembangan ekonomi Kota Dumai secara keseluruhan dan peningkatan kesejahteraan penduduknya.
Laporan Akhir IV -14
Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015
2. Pertumbuhan ekonomi wilayah hinterland Pelabuhan Dumai Sebagai kota yang berbasis pada kegiatan pelabuhan maka perkembangan ekonomi
Kota Dumai sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi wilayah hinterland pelabuhan. Hinterland Pelabuhan Dumai meliputi wilayah Provinsi Riau yang mempunyai
potensi di sektor pertambangan minyak, perkebunan, kehutanan, industri pengolahan dan pariwisata dan berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Bengkalis, Kota Dumai,
Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Kota Pekanbaru. Selama kurun waktu 2007-2011, pertumbuhan
ekonomi kabupaten Kota di Provinsi mengalami pertumbuhan yang positif. Hal ini berarti terjadi peningkatan produksi kawasan hinterland tersebut yang dipasarkan melalui
Pelabuhan Dumai sehingga meningkatkan aktivitas sektor perdagangan dan sektor pengangkutan sebagai basis ekonomi Kota Dumai.
Apabila wilayah Provinsi Riau dibagi menjadi 3 kawasan yaitu 1 kawasan utara meliputi Rokan Hulu, Bengakalis, Rokan Hilir dan Kota Dumai; 2 kawasan tengah meliputi
Kota Pekanbaru, Pelalawan, Kampar dan Siak; 3 Kawasan Selatan meliputi Kuantan Singingi, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir. Sesuai dengan potensi fisiknya, masing-masing
kawasan tersebut mempunyai spesialisasi produksi dibandingkan bagian wilayah yang lain. Kawasan utara Provinsi Riau mempunyai spesialisasi produksi karet, kelapa sawit,
kopi, minyak dan perikanan. Kawasan tengah Provinsi Riau mempunyai spesalisasi produksi dalam komoditas kelapa sawit, kayu bulat, minyak serta industri kayu lapis.
Kawasan selatan Provinsi Riau mempunyai spesalisasi produksi dalam komoditas karet, kelapa, industri kayu gergajian dan perikanan. Untuk menjamin kelancaran pegerakan
dibutuhkan infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas antara Pelabuhan Dumai dan wilayah hinterlandnya.
Tantangan 1. Ketergantungan ekonomi Kota pada kondisi ekonomi wilayah hinterland pelabuhan
Sebagai kota yang berbasis pada ekonomi pelabuhan, perkembangan ekonomi kota Dumai dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi wilayah hinterland pelabuhan dan
infrastruktur yang mendukung konektivitas Kota Dumai dengan wilayah hinterland pelabuhan. Apabila terjadi penurunan kegiatan ekonomi wilayah hinterland akan
berpengaruh terhadap penurunan kegiatan kepelabuhan yang selanjutnya berdampak pada penurunan kegiatan perdagangan dan sektor pengangkutan yang merupakan basis
ekonomi kota. Demikian juga apabila kondisi infrastruktur yang mendukung konektivitas
Laporan Akhir IV -15
Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015
kOta Dumai dengan wilayah hinterland pelabuhan Dumai memburuk akan menghambat kelancaran arus pergerakan barang dari wilayah hinterland ke pelabuhan Dumai.
2. Daya saing ekonomi kota dalam menghadapi pasar global Konsekuensi dari keterlibatan Indonesia pada berbagai perjanjian perdagangan bebas
adalah Indonesia harus liberalisasi perdagangan liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil secara bebas dan arus modal yang lebih bebas. Selain
peluang, Indonesia menghadapi tantangan untuk meningkatka daya saing baik pada produk yang dihasilkan, tenaga kerja yang berkualitas dan infrastruktur yang memadai.
Pelabuhan sebagai salah berperan strategis dalam menghadapi persaingan dari negara- negara lain. Semakin baik kualitas pelayanan pelabuhan semakin besar volume angkutan
barang dan penumpang yang dapat dilayani maka semakin besar effek pengganda terhadap ekonomi Kota.
Sebagai kota berbasis pada kegiatan pelabuhan dan berperan sebagai pintu gerbang perdagangan internasional, maka daya saing ekonomi Kota Dumai sangat bergantung
pada daya saing pelabuhan Dumai yang merupakan wewenang pemerintah pusat PT Pelindo. Hal ini menjadi tantangan Kota Dumai untuk bekerja sama dengan PT Pelindo
dalam meningkatkan daya saing pelabuhan. Di samping itu, tantangan yang dihadapi oleh Kota Dumai adalah penataan ruang yang mampu kawasan perdagangan dan kawasan
komersial pendukung jasa kepelabuhan yang mampu bersaing dalam skala internasional.
4.1.4 INFRASTRUKTUR