SUMBER DAYA MANUSIA Potensi dan Masalah

Laporan Akhir IV -4 Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015

4.1.2 SUMBER DAYA MANUSIA Potensi dan Masalah

Sumberdaya manusia SDM mempunyai peran penting dalam setiap kegiatan pembangunan. Khususnya saat ini, ketika setiap wilayah dihadapkan pada persaingan global, SDM memiliki peran kunci dalam pengembangan sebuah wilayah. Dalam era persaingan global diperlukan SDM yang berkualitas, memiliki ketrampilan serta berdaya saing tinggi. Pentingnya SDM didukung pula oleh kesadaran bahwa pembangunan tidak dapat tergantung sepenuhnya pada sumberdaya alam. Sumberdaya alam yang dimanfaatkan dalam pembangunan pada umumnya merupakan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui, yang pada saatnya nanti akan habis. Sementara SDM adalah modal manusia human capital yang tidak akan pernah habis. SDM memiliki peran utama dalam setiap tahapan kegiatan pembangunan. Tanpa adanya dukungan SDM yang andal kegiatan pembangunan tidak akan berjalan dengan baik meskipun telah didukung sarana dan prasarana serta sumber dana yang memadai. SDM yang berkualitas akan menjadi penentu bagi kinerja keberhasilan pembangunan. Namun demikian perhatian terhadap pentingnya peranan SDM seringkali diabaikan. SDM dalam kegiatan pembangunan selama ini hanya dipandang sebagai penikmat atau pemanfaat kegiatan pembangunan, sementara potensi SDM sebagai pelaku pembangunan masih terabaikan. Hal ini mengakibatkan kualitas SDM cenderung relatif masih rendah. Pengabaian akan pentingnya SDM sebagai pelaku pembangunan mengakibatkan berbagai permasalahan SDM yang cukup krusial, antara lain rendahnya kualitas SDM sehingga tidak atau kurang memiliki daya saing ketika harus berkompetisi dalam memanfaatkan peluang dan kesempatan kerja. Namun dengan adanya komitmen terhadap Millenium Development Goals MDG’s maka perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas SDM semakin meningkat. Dengan konsep pembangunan manusia tersebut diharapkan manusia mampu menjaga keberlangsungan tatanan wilayah dengan meningkatkan kualitas internal dan eksternal untuk memanfaatkan sumberdaya dan informasi yang tersedia untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan beradaptasi secara kreatif terhadap setiap perubahan yang dihadapi. Dilihat dari aspek kependudukan, jumlah penduduk yang cukup besar yakni 262.976 jiwa pada tahun 2010 dan 64,40diantaranya termasuk dalam kelompok usia produktif merupakan salah satu potensi sumber daya daya untuk pengembangan wilayah Kota Dumai.Sementaratingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi merupakan salah satu masalah yang akan muncul di kemudian hari jika tidak dipersiapkan sejak saat ini terkait dengan peningkatan kebutuhan dan fasilitas pelayanan serta lahan yang perlu disediakan untuk dapat menampung pertambahan penduduk yang cukup tinggi. Tingkat pertumbuhan Laporan Akhir IV -5 Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015 penduduk Kota Dumai selama tahun 2007-2011, yakni rata-rata 3,28per tahun relatif tinggi jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduk nasional tahun 2007-2010 yang mencapai rata-rata 1,49 per tahun. Akan tetapi tingkat pertumbuhan penduduk Kota Dumai sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduk Provinsi Riau yang mencapai rata-rata 3,58 per tahun. Tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi untuk jangka pendek masih dapat ditampung dalam lahan yang cukup luas di Kota Dumai.Hal ini dapat dilihat dari tingkat kepadatan penduduk Kota Dumai yang masih sebesar 152 jiwaKm 2 . Meskipun perlu diingat bahwa tidak seluruh lahan yang tersedia memenuh syarat kelayakan sebagai kawasan budidaya sesuai RTRW Kota Dumai. Dalam jangka panjang tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi hendaknya dapat semakin dikurangi sehingga tercapai kondisi wilayah yang memenuhi kriteria daya dukung lahan sebagai tempat kehidupan yang layak. Sementara itu jika dilihat dari indeks pembangunan manusia IPM, kondisi IPM Kota Dumai relatif baik dan menunjukkan peningkatan sejak tahun 2004, yakni 73,70 menjadi 78,25 tahun 2011. Bahkan kondisi IPM kota ini berada di atas IPM nasional 72,77 dan berada di posisi kedua pada skala Provinsi Riau 76,53 setelah Kota Pekan Baru 78,72. Kondisi IPM yang cukup baik ini merupakan modal utama dalam pengembangan wilayah kota ini. IPM sebagai indikator kualitas hidup manusia mencerminkan tiga komponen, yakni pendidikan yang diwakili oleh angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, kesehatan yang diwakili oleh angka harapan hidup dan ekonomi yang ditunjukkan oleh daya beli penduduk atau konsumsi per kapita yang disesuaikan. Tingkat pendidikan penduduk yang ditamatkan Kota Dumai selama tahun 2007-2010 menunjukkan peningkatan. Namun jika kota ini diharapkan dapat berkembang dengan lebih baikuntuk menuju pusat pelayanan jasa dan perdagangan maka peningkatan kualitas pendidikan merupakan satu hal utama yang perlu segera ditangani. Hal ini mengingat kualitas pendidikan sebagian besar penduduk masih belum memadai, oleh karena penduduk yang berpendidikan SD masih cukup besar yakni 20,86, tidakbelum tamat SD sebesar 17,12 pada tahun 2010. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terlihat pergeseran dan peningkatan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Kota Dumai, pada tahun 2007 penduduk yang berpendidikan SMA sebesar 19,02, meningkat menjadi 22,09 pada tahun 2010, sebaliknya penduduk yang berpendidikan tertinggi SD menurun dari 21,13 tahun 2007 menjadi 20,86 pada tahun 2010. Namun perlu diingat bahwa angka putus sekolah dan angka melanjutkan sekolah khususnya pada jenjang pendidikan SMP dan SMA semakin menurun selama tahun 2008-2012. Semakin meningkatnya angka putus sekolah dan angka melanjutkan sekolah pada jenjang Laporan Akhir IV -6 Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015 pendidikan yang semakin tinggi mengisyaratkan bahwa keterbasatan kemampuan ekonomi keluarga merupakan salah satu penyebab utama, meskipun terdapat banyak faktor yang dapat menjadi penyebab. Keterbatasan ekonomi orang tua akan mengakibatkan anak harus berhenti dari sekolah dan bahkan anak terpaksa membantu orang tua mencari penghasilan, oleh karena semakin tinggi jenjang pendidikan biaya yang harus dikeluarkan orang tua untuk membiayai pendidikan anak-anaknya semakin tinggi. Kondisi ini mungkin menjadi salah satu penyebab semakin tingginya angka putus sekolah dan angka melanjutkan sekolah pada jenjang pendidikan yang semakin tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tercermin daritingkat pendidikan penduduk merupakan salah satu potensi untuk pengembangan wilayah kota ini. Hal ini diperkuat dengan angka melek huruf yang menunjukkan peningkatan selama tahun 2008-2012, bahkan selama empat tahun terakhir angka melek huruf mencapai 100. Hal ini berarti seluruh penduduk Kota Dumai sudah memiliki kemampuan membaca dan menulis. Jika seluruh penduduk sudah melek huruf akan lebih mudah untuk menerima pengetahuan, inovasi maupun teknologi baru yang berkembang cepat di era globalisasi ini. Pengetahuan merupakan kunci keberhasilan atau kemajuan manusia. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan baru akan memudahkan dan mempercepat perkembangan bagi sebuah wilayah, oleh karena penguasaan pengetahuan dan ketrampilan baru akan mendorong tumbuhnya kreativitas untuk mengolah potensi dan sumber daya lokal yang tersedia. Sebagai pusat pelayanan jasa dan perdagangan dibutuhkan pendidikan, ketrampilan dan kreativitas penduduk yang cukup memadai untuk mampu menangkap peluang dan kesempatan yang tersedia. Melihat dari aspek kesehatan, angka kematian bayi per 10.000 kelahiran hidup menunjukkan perkembangan yang semakin baik selama tahun 2002 hingga tahun 2012. Meskipun angka kematian bayi per 10.000 kelahiran hidup pada dua tahun terakhir 2011- 2012 menunjukkan sedikit peningkatan dari 10,5 menjadi 11,1 namun angka kematian bayi tersebut masih berada di bawah angka kematian bayi yang ditargetkan dalam MDGs yakni 11,1 pada tahun 2012, sementara target MDGs sebesar 19 pada tahun 2015, juga berada di bawah target RPJMN 2011-2014 yakni 24 pada tahun 2014. Demikian pula dengan angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup, selama tahun 2002 hingga tahun 2012 menunjukkan perkembangan yang cukup fluktuatif dengan kecenderungan semakin menurun jika dibandingkan antara tahun 2002 dan tahun 2012. Selama tahun 2006-2011 khususnya, perkembangan angka kematian ibu sangat fluktuatif, dari 213 pada tahun 2006 sempat turun menjadi 67 tahun 2008, kemudian naik lagi menjadi 172 pada tahun 2011 dan turun menjadi 84,3 pada tahun 2012. Angka tersebut berada di atas target RPJMN 2014 sebesar 118 dan target MDGs 2015 sebesar 102. Tetapi jika dibandingkan dengan kondisi nasional, angka Laporan Akhir IV -7 Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015 kematian ibu melahirkan di Kota Dumai relatif rendah. Pada tahun 2011 angka kematian ibu melahirkan pada tingkat nasional sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.Namun demikian kondisi tersebut menjadi isyarat penting bagi pemerintah Kota Dumai untuk tetap mewaspadai angka kematian ibu melahirkan dan selalu berupaya untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator yang dapat mencerminkan derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu melahirkan menjadi gambaran tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi masyarakat khususnya ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil dan melahirkan. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi merupakan salah satu modal utama untuk meningkatkan kualitas hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Sumber daya manusia yang berpendidikan tinggi memiliki peluang lebih banyak untuk memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai dan relatif baik untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup layak. Dengan terpenuhinya kebutuhan hidup layak maka tingkat kesehatan penduduk pun semakin meningkat. Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, diikuti oleh meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, kemampuan memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, kemampuan mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya Peluang dan Ancaman Dalam penataan ruang, pengembangan wilayah Kota Dumai diarahkan dan direncanakan sebagai pusat jasa dan perdagangan. Dari aspek kependudukan dengan kualitas hidup penduduk Kota Dumai yang cukup baik dibandingkan wilayah lain di sekitarnya maupun tingkat regional, maka peluang tersebut dapat dimanfaatkan oleh penduduk kota ini. Kualitas hidup penduduk yang dimaksud tercermin dari indeks pembangunan manusia IPM. Dengan jumlah penduduk yang relatif banyak disertai tingkat pendidikan yang relatif baik diharapkan penduduk kota ini mampu mempersiapkan diri untuk dapat terlibat dalam kegiatan jasa dan perdagangan yang akan semakin berkembang pada tingkat regional. Namun, perlu dicatat bahwa untuk mendukung perkembangan Kota Dumai yang cukup pesat sebagai pusat pelayanan jasa dan perdagangan diperlukan tenaga kerja yang memiliki kualitas yang tinggi sehingga mampu bersaing dengan daerah lain di sekitarnya. Penduduk kota ini diharapkan dapat menjadi tenaga kerja berkualitas.Kualitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui pelatihan ketrampilan dan penguasaan teknologi. Melalui penguasaan teknologi serta Laporan Akhir IV -8 Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015 ketrampilan yang memadai diharapkan penduduk kota ini dapat mengambil peluang dan manfaat dari Kota Dumai yang akan semakin berkembang pesat terkait dengan fungsi kota sebagai pusat pelayanan jasa dan perdagangan. Selain itu dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, Kota Dumai diarahkan sebagai pelabuhan barang bagi daratan daerah belakangnya hinterland yang terhubung dengan jalur utama Koridor Sumatera yang menghubungkan berbagai Pusat Ekonomi Nasional bahkan dapat terhubung hingga ke Pulau Jawa. Kota Dumai memiliki fungsi dan peran sebagai pintu gerbang dari laut pelabuhan utama bagi salah satu kluster industri dan simpul perkebunan karet serta perkebunan sawit berikut hinterland lainnya, termasuk Pekanbaru. Pada skala regional kualitas hidup penduduk Kota Dumai yang cukup baik diharapkan mampu bersaing untuk mengisipeluang kerja dan lapangan kerja yang tersedia dengan semakin berkembangnya kegiatan pelayanan jasa dan perdagangan. Namun perlu dipertimbangkan pula bahwa dengan kegiatan pelayanan jasa dan perdagangan yang semakin berkembang di masa depan maka dimungkinkanmigrasi masuk ke wilayah Kota Dumai akan semakin intensif. Migrasi masuk yang semakin intensif untuk memanfaatkan peluang dan kesempatan kerja yang tersedia di kota ini akan menimbulkan permasalahan baru jika para migran pekerja tersebut memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan kualitas tenaga kerja setempat yang berasal dari Kota Dumai dan sekitarnya. Sebagai konsekuensinya tenaga kerja migran tersebut akan mampu bersaing untuk memanfaatkan peluang dan masuk dalam lapangan kerja yang tersedia karena kemampuan yang lebih memadai.Sementara tenaga kerja setempat akan semakin terpinggirkan karena tidak memiliki kualifikasi serta ketrampilan yang cukup memadai untuk dapat bersaing dengan tenaga kerja migran di sektor yang lebih formal dengan penghasilan yang lebih memadai. Bahkan kemungkinan yang akan terjadi adalah pengangguran. Pengangguran akan membawa beberapa akibat turunan yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup penduduk, antara lain kemiskinan, rawan gangguan kesehatan, ketidakmampuan membiayai pendidikan. Tenaga kerja migran akan menjadi ancaman bagi Kota Dumai ketika pekerja migran tidak memiliki kemampuan dan ketrampilan yang memadai dan lebih berkualitas dibandingkan dengan tenaga kerja migran. Dengan demikian tenaga kerja setempat perlu dipersiapkan sejak awal untuk dapat bersaing dengan pekerja migran. Dalam jangka pendek diperlukan pelatihan yang cukup intensif untuk meningkatkan ketrampilan penduduk terkait dengan penguasaan teknologi untuk mempersiapkan tenaga kerja setempat agar mampu bersaing dengan tenaga kerja migran. Sebagai pusat pelayanan jasa dan perdagangan tentu tenaga kerja yang dibutuhkan memiliki kualifikasi yang lebih baik. Laporan Akhir IV -9 Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015 Namun perlu dicatat pula bahwa tenaga kerja yang masuk ke Kota Dumai kemungkinan memiliki kemampuan dan ketrampilan yang kurang memadai, sehingga tidak mampu bersaing memanfaatkan peluang kerja di sektor formal akan menimbulkan masalah tersendiri. Ketidakmampuan pendatang untuk masuk dalam peluang kerja yang tersedia akan berakibat pada kebutuhan akan lahan sebagai tempat tinggal. Keterbatasan ekonomi para pendatang karena tidak mampu memasuki sektor ekonomi formal secara tidak langsung berpengaruh terhadap tingkat penghasilan yang diperoleh migran. Tingkat penghasilan yang relatif rendah akan berakibat pada keterbatasan kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal. Bukan tidak mungkin di masa datang dengan migrasi masuk yang cukup tinggi, Kota Dumai akan dipenuhi oleh permukiman liar yang tidak beraturan,seperti halnya Kota Batam,dengan lingkungan dan sanitasi yang kurang memadai. Hal ini hendaknya perlu dipertimbangkan oleh pemerintah Kota Dumai untuk mempersiapkan lahan juga tempat hunian layak dan nyaman bagi penduduk Kota Dumai. Selain itu perlu dipertimbangkan bahwa kehadiran pekerja migran juga akan membawa konsekuensi pada munculnya berbagai permasalahan yang terkait kesehatan khususnya HIVAIDS. Seperti telah diketahui pada umumnya kota-kota besar yang tumbuh berkembang menjadi kota industri, masalah HIVAIDS menjadi salah satu masalah utama kesehatan bagi penduduk kota.Munculnya HIVAIDS merupakan akibat turunan dari perkembangan kota yang tidak memberi ruang dan kesempatan yang terbuka luas bagi penduduk yang tidak memiliki kualitas dan kemampuan yang memadai dalam penguasaan teknologi. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa keterbatasan ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi mengakibatkan penghasilan yang diterima penduduk juga kurang memadai. Hal ini mengakibatkan kemampuan ekonomi penduduk juga terbatas, penduduk tidak dapat mampu memenuhi kebutuhan untuk hidup secara layak. Keterbatasan ekonomi seringkali mengakibatkan penduduk menjadi rentan untuk masuk dalam kategori miskin. Kondisi ini menciptakan lingkaran kemiskinan yang seringkali sulit untuk diputus. Seseorang yang terjerat dalam lingkaran cenderung untuk memanfaatkan segala cara untuk mendapat uang, bahkan salah satu cara dengan terlibat dalam prostitusi. Menjadi pekerja seks menjadi awal pintu masuk bagi penyakit HIVAIDS. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah Kota Dumai untuk mempersiapkan kemungkinan semakin berkembangnya penyakit HIVAIDS. Laporan Akhir IV -10 Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015

4.1.3 EKONOMI Potensi