Laporan Akhir II -159
Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015
3. Jumlah dan Macam Pajak dan Retribusi Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan dalam hal ini perusahaan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang berdasarkan
perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan dalam hal ini perusahaan. Jumlah pajak dan retribusi daerah yang dipungut di Kota Dumai mengalami peningkatan seiring dengan adanya
perubahan peraturan perpajakan. Beberapa pajak yang dahulu dipungut oleh pemerintah pusat, saat ini menjadi pajak daerah, antara lain PBB dan pajak BPHTB. Besar kecilnya hasil
pajak dan retribusi daerah akan mempengaruhinya besaran Pendapatan Asli Daerah, yang nantinya akan mencerminkan kemampuan keuangan daerah dalam mencukupi kebutuhan
pembangunannya.
2.4.4. SUMBER DAYA MANUSIA A.
Ketenagakerjaan Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM merupakan kunci keberhasilan
pembangunan nasional dan daerah. Hal ini dapat disadari oleh karena manusia sebagai subyek dan obyek dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM diarahkan
agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga mampu memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu
dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional.
Kualitas sumberdaya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas sumberdaya
manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat sejauh mana beban ketergantungan
penduduk.
1. Rasio Lulusan S1S2S3
Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan daerah adalah menyangkut kualitas sumber daya manusia SDM. Kualitas SDM ini berkaitan
erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar negeri. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat
Laporan Akhir II -160
Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015
pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah
dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaiakan S1, S2 dan S3. Jumlah lulusan S1S2S3 di Kota Dumai semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2007 jumlahnya mencapai 4.090 orang, tetapi pada tahun 2010 meningkat hingga 7.454 orang. Rasio lulusan S1S2S3 di Kota Dumai pada tahun 2007 sebesar 182,49 dan pada tahun 2010
rasio lulusan S1S2S3 naik menjadi 303,25. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4.4.1 Rasio Lulusan S1S2S3 di Kota Dumai
Tahun 2007-2012 Indikator
Tahun 2007
2008 2009
2010 2011
2012
Jumlah lulusan S1S2S3 4.090
4.090 4.429
7.454 Jumlah Penduduk
224.121 236.778
250.367 245.803
Rasio Pekerja Lulusan S1S2S3
182,49 172,73
176,90 303,25
Sumber : Dumai Dalam Angka, Diolah
2. Rasio Ketergantungan
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan terlihat pada
perubahan komposisi penduduk menurut umur yang tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak produktif. Penduduk usia tidak produktif usia 0-14 tahun dan
usia 65 tahun ke atas merupakan beban atau tanggungan dalam pembangunan. Sedangkan usia produktif 14-64 tahun merupakan modal dalam pelaksanaan pembangunan di segala
bidang, dengan harapan produktivitas dan efektivitas yang terjadi ditunjang pula dengan sarana dan prasarana pembangunan. Rasio ketergantungan dependency ratio atau angka
beban ketergantungan adalah suatu angka yang menunjukkan besar beban tanggungan kelompok usia produktif atas penduduk usia non produktif. Apabila dilihat dari komposisi usia
produktif yaitu 15-65 tahun dan usia tidak produktif 0-14 tahun dan 65 tahun keatas maka dapat diketahui bahwa angka ketergantungan dependency ratio Kota Dumai pada tahun 2011
adalah 55,28 , yang artinya setiap 100 orang yang berusia kerja dianggap produktif mempunyai tanggungan sebanyak 55 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif
lagi. Rasio sebesar 55,28 ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda penduduk tua. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2011, penduduk usia kerja di Kota
Dumai masih dibebani tanggungjawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua. Data selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Laporan Akhir II -161
Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015
Tabel 2.4.4.2 Rasio Ketergantungan di Kota Dumai Tahun 2007-2010
Indikator Tahun
2007 2008
2009 2010
2011
Penduduk usia 15 th + Usia 64 tahun 41.301
85.053 89.942
90.355 93.619
Penduduk Usia 15-64 tahun 148.100
151.725 160.425
163.448 169.357
Rasio Ketergantungan 27,89
56,06 56,06
55,28 55,28
Sumber : Dumai Dalam Angka, Diolah
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2007 rasio ketergantungan di Kota Dumai sebesar 27,89. Dari tahun 2007, rasio ketergantungan semakin melonjak naik hingga 55,28
pada tahun 2011. Data komposisi penduduk menurut kelompok umur di Kota Dumai selama kurun waktu tahun 2007 sampai 2011 dapat dilihat grafik berikut.
Gambar 2.4.4.1 Grafik Rasio Ketergantungan
Laporan Akhir III -1
Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Dumai 2011 – 2015
BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
3.1 KINERJA KEUANGAN PERIODE 2005-2010
Pada tahun anggaran 2005 – 2006 Kota Dumai melaksanakan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sebagai penjabaran dari paket regulasi keuangan bidang pengelolaan keuangan negara. Sedangkan mulai tahun 2007
dalam pengelolaan keuangan daerah Kota Dumai mengacu kepada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 yang merupakan penjabaran paket regulasi keuangan bidang pengelolaan keuangan negara.
Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah Kota Dumai merupakan manifestasi dari hasil musyawarah yang sekaligus merupakan harapan dari masyarakat Kota Dumai. Sejalan
dengan pernyataan kebijakan ekonomi nasional maupun Provinsi Riau, maka upaya-upaya peningkatan perekonomian Kota Dumai diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas dan berdimensi pemerataan agar mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang mendasar terutama pengangguran dan kemiskinan. pertumbuhan ekonomi
tersebut, diwujudkan melalui usaha mengembangkan sektor jasa, perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM, serta pertanian agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan
memanfaatkan sumberdaya yang ada.
3.2 KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN 2005-2010
3.2.1. PENDAPATAN DAERAH
Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah diarahkan untuk mengoptimalisasi sumber- sumber pendapatan melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah,
optimalisasi aset dan kekayaan pemerintah dengan menganut prinsip 1. Tidak memberatkan masyarakat 2 Potensial artinya lebih menitik beratkan pada potensinya dari pada jumlah atau
jenis pungutan yang banyak, 3 Tidak merusak lingkungan 4 Mudah diterapkandiaplikasikan, mudah dilaksanakan, 5 Penyesuaian pendapatan baik mengenai tarif dan materinya.
Dibawah ini digambarkan penerimaan pendapatan Kota Dumai dari tahun 2005 sd 2010.