Perundingan Linggarjati Agresi dan Diplomasi Indonesia - Belanda a Perundingan Awal Hingga Hooge Veluwe
146 1 Indonesia akan dijadikan negara commonwealth berbentuk federasi
yang memiliki pemerintahan sendiri self government di dalam lingkungan kerajaan Belanda;
2 Masalah dalam negeri diurus oleh Indonesia sedangkan urusan luar negeri diurus oleh pemerintahan Belanda
3 Sebelum dibentuk commonwealth, akan dibentuk pemerintah peralihan selama sepuluh tahun.
Pernyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa pemerintah Belanda belum sepenuhnya mengakui kemerdekaan Indonesia. Atas pernyataan
tersebut pemerintah RI menyampaikan usul balasan pada tanggal 12 Maret 1946 yang berisi antara lain :
• Republik Indonesia harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas Hindia Belanda
• Federasi Indonesia – Belanda akan dilaksanakan dalam masa tertentu, dan urusan luar negeri dan pertahanan diserahkan pada suatu badan
federasi yang terdiri atas orang-orang Indonesia dan Belanda. • Tentara Belanda segera ditarik dari Indonesia dan jika perlu diganti
dengan tentara Republik Indonesia. • Selama perundingan berlangsung semua aksi militer harus dihentikan,
dan pihak Republik akan melakukan pengawasan terhadap pengungsian tawanan
Setelah penjajagan diadakan beberapa kali baik oleh pemerintah Indonesia maupun Belanda yang diwakili Van Mook, maka diadakanlah
perundingan resmi dengan pemerintah Kerajaan Belanda di Hooge Veluwe
, Belanda dari tanggal 14 hingga 25 April 1946. Perundingan ini bertujuan untuk mempertemukan kepentingan RI dan Belanda. Delegasi
Indonesia terdiri dari Mr. Soewandi, dr. Soedarsono, dan Mr. Abdoel Karim Pringgodigdo
. Sementara delegasi Belanda terdiri dari Dr. Van Mook, Prof. Van Arbeck, Dr. Van Royen, Prof. Logemann, Sultan Hamid
II,
dan Soejo Santoso.
Dalam perundingan itu dibicarakan tentang tuntutan adanya pengakuan dari Belanda atas kekuasaan de facto wilayah Indonesia RI yang terdiri
atas Jawa, Madura dan Sumatera. Akan tetapi Belanda hanya mau mengakui kekuasaan RI atas Jawa dan Madura. Akibat Indonesia dan
Belanda saling mempertahankan prinsip, perundingan ini mengalami kegagalan.