Untuk menghasilkan perangkat penilaian tersebut, maka diperlukan perencanaan penilaian hasil belajar dan merancang perangkat penilaian
berbasis kelas.
1. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar
Merencanakan penilaian
hasil belajar
yang baik,
harus memperhatikan
prinsip-prinsip evaluasi
dan prosedur
merencanakan seperti yang telah dijabarkan pada unit kegiatan belajar satu. Selain itu dalam penilaian, pemahaman akan klasifikasi
hasil belajar seperti yang telah diuraikan pada komponen kegiatan belajar satu menjadi titik tolak perencanaan penilaian. Oleh karena
itu jenjang tujuan pembelajaran hendaknya dipahami dengan baik. Perencanaan penilaian hasil belajar menurut Gronlund 1985 dalam
Zaenal Arifin 2009, h. 91-102 dari beberapa langkah: a Menentukan Tujuan Penilaian
Dalam kegiatan penilaian, tentu guru mempunyai maksud atau tujuan tertentu. Tujuan penilaian harus dirumuskan secara jelas
dan tegas serta ditentukan sejak awal, karena dasar untuk menentukan arah mencakup ruang lingkup materi, jenismodel,
dan karakter alat penilaian. Ada empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk
memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran formatif, untuk menentukan keberhasilan peserta didik sumatif, untuk
mengindentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran diagnostik, atau untuk menempatkan posisi
peserta didik sesuai dengan kemampuannya penempatan. Tujuan penilaian yang dirumuskan harus sesuai dengan jenis
penilaian yang akan dilakukan, seperti penilaian formatif, sumatif, diagnostik, penempatan atau seleksi.
b Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-
nilai yang direfleksikan dalam kegiatan berfikir dan bertindak. Peserta didik dianggap kompeten apabila dia memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaran.
Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar.
Jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang
terdapat didalam silabus dan RPP. Dengan kata lain, pada tahap
ini harus diidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran yang akan diukur dengan tes atau non tes. Untuk memudahkan kegiatan
tahap ini, dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi hasil belajar yang akan diuji berdasarkan pada taksonomi tujuan
pembelajaran yang biasa dikenal sebagai Taxonomy Bloom yang dikemukakan oleh Benyamin S Bloom. Hasil belajar yang
dikelompokkan dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor.
c Menyusun Kisi-kisi Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan
distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Kisi-kisi adalah
rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan butir tes dan atau non tes.
Tujuannya adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan tesnon tes dan bagian-bagiannya, sehingga
perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi guru dalam menyusun butir-butir tes non tes.
Kisi-kisi atau dapat disebut tabel spesifikasi menjadi penting dalam pengembangan dan penyusunan tes non tes, karena
didalamnya terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam mengembangkan instrumen. Dalam penyusunan kisi-kisi harus
memenuhi persyaratan tertentu, antara lain:
Representatif yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai sampel perilaku yang akan dinilai.
Komponen-komponennya harus terurai, jelas, dan mudah dipahami.
Soal dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
Dari persyaratan-persyaratan yang dikemukakan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa, dalam konteks penilaian hasil
belajar, kisi-kisi disusun berdasarkan silabus mata pelajaran atau RPP. Jadi guruevaluator harus melakukan analisis silabusRPP
terlebih dahulu sebelum menyusun kisi-kisi soal.
Format kisi-kisi tidak ada yang baku, dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya, format kisi-kisi soal dapat
dibagi menjadi dua komponen pokok, yaitu komponen identitas dan komponen pokok.
Contoh : KISI-KISI PENULISAN SOAL TES PRESTASI BELAJAR
Sekolah :
KelasSemester :
Standar Kompetensi :
Jenis SoalKinerja :
Jumlah butir :
No Kompetensi
Dasar Materi
Indikator No.
Soal Kinerja
Gambar 26. Contoh Format Kisi-kisi Dalam kisi-kisi, guru harus memperhatikan domain hasil belajar
yang akan diukur, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya domain meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
d Mengembangkan Draf Instrumen Menulis butir-butir instrumen Mengembangkan draf instrumen adalah kegiatan penulisan butir
tesnon tes dengan menjabarkan indikator menjadi pertanyaan- pertanyaan atau aspek kinerja yang karakteristiknya sesuai
dengan pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan atau aspek kinerja harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif.
Selain itu guru harus mengenal siswa agar dapat memperkirakan taraf kesukaran, kompleksitas, serta gaya pemahaman yang
paling sesuai dengan siswa. Butir instrumen diperlukan kemampuan untuk membahasakan
gagasan dalam bahasa verbal yang jelas dan mudah dipahami. Maksudnya, penulisan soal membutuhkan bahasa yang lugas dan
tidak berbelit-belit. Selanjutnya adalah kemampuan dalam teknik penulisan soal, kemampuan dalam hal ini harus menguasai teknik
penulisan butir-butir instrumen yang baik dan benar, perlu juga diketahui mengenai ciri masing-masing jenis soal, tata cara
penulisannya, kelebihan dan kekurangannya sehingga objektivitas soal dapat terjamin seperti sub kegiatan belajar berikutnya.
Komponen Identitas
Komponen Pokok
e Uji-coba dan Analisis Kegiatan uji coba dilakukan sebagai dasar untuk memperbaiki
dan memilah butir instrumen yang memadai untuk disusun menjadi sebuah tesnon tes. Secara garis besar, tujuan uji-coba
adalah untuk mengetahui butir instrumen yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta butir instrumen
mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya. Kegiatan uji coba dapat dilakukan dengan kesesuaian butir
instrumen dengan hasil belajar yang akan diukur apakah butir instrumen telah mengukur apa yang akan diukurvalid.
Selanjutnya dapat dilakukan analisis butir instrumen dari aspek bahasa, sehingga dapat dimungkinkan kesalahan siswa dalam
merespon karena faktor bahasa. Sedangkan uji coba dan analisis secara empiris membutuhkan proses yang panjang mulai dari
ahli, siswa secara perorangan, siswa secara kelompok kecil dan sekelompok siswa sesuai dengan situasi nyata di lapangan.
Diperlukan pula perangkat uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.
f Revisi dan Merakit Instrumen Baru Langkah selanjutnya adalah mengkonfirmasikan butir instrumen
yang valid dengan kisi-kisi. Apabila sudah memenuhi syarat dan telah mewakili semua materi yang akan diujikan, selanjutnya
dirakit menjadi sebuah perangkat tesnon tes. Sedangkan yang belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan
kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan. Revisi soal dapat dilakukan dengan memperbaiki bahasa pada
butir instrumen secara total. Untuk soal-soal yang valid dan telah mencerminkan semua pokok bahasan serta aspek kemampuan
yang hendak diukur dapat dirakit menjadi sebuah tesnon tes yang valid dan dilanjutkan dengan merakit tesnon tes hasil
revisi. Selanjutnya terkait urutanpenomoran, dalam suatu tesnon tes pada umumnya urutan dilakukan menurut tingkat
kesukaran yaitu dari yang mudah sampai yang sulit, dari yang sederhana menuju kompleks.
BAB IV MATERI PEMBELAJARAN 2
Penelitian Tindakan Kelas
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas PTK
Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan penelitian- penelitian formal yang sudah banyak dilakukan. Metode penelitian
deskriptif, eksperimen, dan ex post facto adalah tiga penelitian formal yang sudah banyak kita kenal. PTK mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan penelitian-penelitian itu. Beberapa karakteristik PTK antara lain:
Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual. Berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya mendeskripsikan
masalah. Data diambil dari berbagai sumber.
Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst. Partisipatif, dilakukan sendiri.
Kolaboratif, dibantu rekan sejawat. Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai berikut :
PTK:
Dilakukan sendiri oleh guru Memperbaiki pembelajaran secara langsung
Hipotesisnya disebut hipotesis tindakan Tidak menggunakan analisis statistik yang rumit
Tidak terlalu memperhatikan validitas dan reliabilitas instrumen Sampel tidak perlu representatif
Penelitian Formal: Dilakukan oleh orang lain
Mengembangkan teori, melalui generalisasi Biasanya mempersyaratkan hipotesis
Menuntut penggunaan analisis statistik Instrumen harus valid dan reliabel
Sampel harus representatif
Cara Memulai PTK Uraian tentang cara memulai PTK berikut ini akan menambah pemahaman
Anda tentang prinsip-prinsip PTK. Kalau Anda sudah biasa mengajar, melakukan PTK bukan hal yang asing. PTK hanyalah alat untuk membantu
Anda memperbaiki pembelajaran secara sistematis. Jadi Anda fokus saja pada perbaikan pembelajaran, dan tanpa disadari Anda akan melakukan
langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh peneliti PTK. Setelah menyelesaikan
bagian ini Anda akan dapat menulis ―proposal sederhana‖