Masalah Irian Barat Percobaan Demokrasi 1950 -1957

173 pembangunan Tugu Monumen Nasional Monas Jakarta, Jembatan Ampera Palembang, dan penyelenggaraan Games Of The New Emerging Forces Ganefo dengan terlebih dahulu membangun Stadion Gelora Senayan, Jakarta. Dalam kaitannya dengan pelaksaaan politik luar negeri yang anti imperialisme, rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia oleh Inggris pada 1961 ditentang Presiden Soekarno. Negara Federasi Malaysia, meliputi Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah. Indonesia menentang, karena rencana tersebut dianggap sebagai “Proyek Neokolonialisme Inggris” yang membahayakan “Revolusi Indonesia yang belum selesai”. Indonesia dan Filipina menuntut agar PBB melakukan penelitian ulang tentang kehendak rakyat di wilayah bersangkutan terhadap rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia. Negara Federasi Malaysia terbentuk pada 16 September 1963, sebelum hasil penelitian PBB diumumkan. Pembentukan ini ditentang Indonesia dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuala Lumpur pada 17 September 1963. Presiden Soekarno menyampaikan pidato Komando Ganyang Malaysia dengan nama “Dwi Komando Rakyat” pada 3 Mei 1964. Isi Dwikora: a. Perhebat ketahanan revolusi b. Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaysia, Singapura, Sabah, Serawak, Brunei untuk menggagalkan negara boneka Malaysia. Untuk pelaksanaan Dwikora dibentuklah: 1. Komando Siaga 16 Mei 1964 yang diperluas menjadi Komando Mandala Siaga 2. Pasukan sukarelawan Dwikora Selajutnya dalam rapat umum anti pangkalan militer asing yang diadakan di Jakarta pada 7 Januari 1965, Presiden Soekarno mengeluarkan komando agar Indonesia keluar dari PBB. Keluarnya Indonesia dari PBB disebabkan persengketaannya dengan Malaysia. Indonesia menolak masuknya Malaysia ke dalam PBB. Pada tanggal 7 Januari 1965, Malaysia diterima sebagai anggota tidak tetap dari Dewan Keamanan PBB. Politik konfrontasi terhadap Malaysia dan keluarnya Indonesia dari PBB telah mengisolasi Indonesia dari masyarakat internasional.

b. Masalah Irian Barat

Masalah Irian Barat yang seharusnya diselesaikan satu tahun sesudah KMB, ternyata berlarur-larut dan terkesan Belanda mengulur-ulur waktu. Perundingan bilateral antara Indonesia – Belanda dalam kurun waktu 50 – 53 tidak membuahkan hasil. Akhirnya pemerintah Indonesia mengambil langkah perjuangan diplomasi lain; seperti: memasukkan masalah Irian 174 Barat dalam agenda Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung, Sidang Dewan Keamanan, pemutusan hubungan diplomatik serta pembatalan secara sepihak kerja sama Uni Indonesia – Belanda pada tahun 1954 dan 1956. Selain upaya diplomasi, pemerintah Indonesia juga menjalankan konfrontasi terhadap aktivitas ekonomi dan politik Belanda. Perjuangan pembebasan Irian Barat mencapai puncaknya pada tahun 1962, karena pada tanggal 15 Agustus 1962 Indonesia dan Belanda menandatangani perjanjian New York. Isi pokok perjanjian adalah : a. Selambat-lambatnya tanggal 1 Oktober 1962, pemerintahan sementara UNTEA akan tiba di Irian Barat untuk serah terima pemerintahan dari Belanda b. Pemerintahan sementara akan menggunakan tenaga bantuan sipil dan militer Indonesia dan beberapa tenaga Belanda yang diperlukan. c. Angkatan perang Belanda berangsur-angsur dikembalikan d. Sejak 31 Desember 1962, bendera Indonesia mulai berkibar di samping bendera PBB e. Pemulangan anggota sipil dan militer Belanda sudah harus selesai 1 Mei 1963 dan saat itu Indonesia menerima Irian Barat dari pemerintahan sementara. Sebagai bagian dari Persetujuan New York, Indonesia wajib melaksanakan penentuan pendapat rakyat. Penyelenggaraan pepera dilaksanakan dalam tiga tahap : Tahap I : dilaksanakan 24 Maret 1969 untuk konsultasi dengan dengan dewan-dewan kabupaten TahapII : pemilihan anggota Dewan Musyawarah Pepera dari 8 kabupaten. Terpilih 1.026 anggota, 43 orang diantaranya perempuan. Tahap III : pelaksanaan Pepera di kabupaten-kabupaten sejak 14 Juli 1969 dan berakhir di Merauke 4 Agustus 1969. Hasil Pepera ini di bawa ke New York oleh utusan Sekretaris Jenderal PBB, Duta Besar Ortis Sanz, untuk dilaporkan dalam Sidang Umum PBB ke-24 tanggal 19 Nopember 1969.

c. Peristiwa Gerakan 30 SeptemberPKI