Organisasi Pergerakan Kedaerahan 1 Kehidupan ekonomi dan politik masa kolonial

127 • Memperkuat daya rakyat Hindia untuk dapat mempertahankan Tanah Air dari serangan musuh • Memperbesar pengaruh pro Hindia di dalam pemerintahan • Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia terutama dengan memperkuat mereka yang ekonominya lemah. Dengan demikian secara tegas dinyatakan bahwa Indische Partij berdiri di atas landasan Indische Nationalisme Nasionalisme Indonesia dengan semboyan Indonesia untuk bangsa Indonesia, pergerakan ini berusaha membangunkan rasa cinta tanah air dan mempersiapkan kemerdekaan. Apa yang dijalankan Indische Partij adalah politik tegas, seperti yang tercantum dalam anggaran dasarnya. Ketegasan ini menggambarkan dari ketegasan yang mendirikannya, E.F.E Douwes Dekker. Ia sebagai peranakan Hindia yang akan terus menetap di Hindia merasa wajib menetapkan nasib tanah airnya bersama dengan kaum terpelajar bumiputera. Jelas tindakan ini meminta syarat yaitu kebulatan tekad. Ia bersedia mengikuti tindakan Douwes Dekker alias Multatuli dalam membela nasib rakyat Indonesia terhadap politik penghisapan pemerintah Belanda di Indonesia. Dan ia percaya bahwa nasibnya juga tidak akan jauh berbeda dengan nasib Multatuli kalau ia tetap melanjutkan cita-citanya. Akan tetapi ingatan itu tidak mengurungkan niatnya tidak mengendorkan kemauannya karena keyakinannya membela kebenaran, ia bersedia memberikan pengorbanan yang diminta oleh cita-cita. Sikap pemerintah Belanda terhadap partai ini berbeda, jika dengan Budi Utomo dan Sarekat Islam hati-hati, pemerintah Hindia Belanda bersikap tegas terhadap Indische Partij. Permohonan yang diajukan kepada Gubernur JEnderal untuk memperoleh pengakuan hukun ditolak pada tanggak 4 Maret 1913. Artinya keberadaan Partai Hindia di larang karena dinilai membayakan pemerintah HIndia Belanda. Kejadian ini menjadi peringatan baik bagi Indische Partij maupun partai-partai lainnya bahwa kemerdekaan itu harus diperjuangkan sendiri bukan mengharap hadiah dari Belanda.

d. Organisasi Pergerakan Kedaerahan 1

Jong Java Pada mulanya organisasi yang didirikan pada tanggal 7 Maret 1915 oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman, dan Sunardi ini bernama Trikoro Darmo. Tujuan perkumpulan ini adalah mencapai Jawa Ray a dengan cara memperkokoh rasa persatuan antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Akan tetapi karena nama Trikoro Darmo menunjukkan unsur Jawasentris yang membuat para pemuda Sunda dan Madura merasa kurang senang, pada kongres organisasi di kota Solo tahun 1918, namanya diubah menjadi Jong Java sejak 12 Juni 1918. 2 Jong Sumatranen Bond 128 Organisasi ini didirikan oleh para pelajar Sumatra yang berada di Jakarta pada tanggal 9 Desember 1917. Tujuan organisasi ini adalah mempererat hubungan antara pelajar-pelajar yang berasal dari Sumatra, mendidik pemuda Sumatra untuk menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan mengembangkan budaya Sumatra. Tokoh-tokoh Jong Sumatranen, antara lain adalah Moh. Hatta dan Muhammad Yamin. 4 Sumpah Pemuda Tahun 1928 Didahului oleh penyelenggaraan Kongres Pemuda I pada 30 April 1926, yang dihadiri oleh wakil-wakil pergerakan kebangsaan dari berbagai daerah di Indonesia, para tokoh pemuda itu kemudianj menindaklanjutinya dengan membentuk Perhimpunan Pelajar- Pelajar Indonesia PPPI di Jakarta pada bulan September 1926. Pada tanggal 27-28 Oktober 1928, diadaka Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta. DalamJ kongres tersebut hadirpara wakil dari organisasi Jong\ Sumatranen Bond, Jong Celebes, JongAmbon, Jong Java, JongBatak, Jonglslamieten Bond, Sekar Rukunj dan organisasi pemuda lainnya dari berbagai wilayah di Indonesia. Kongres Pemuda II ini lebih istimewa dibanding Kongres Pemuda I karena dalam setiap presentasi, para pembicara menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar yang wajib digunakan untuk kegiatan tersebut. Ada tiga hal penting yang menjadi agenda utama dan kemudian menjadi hasil keputusan bersama dalam kongres itu, yaitu sebagai berikut. Ikrar Sumpah Pemuda, yaitu sebagai berikut: Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia mengaku, berbahasa satu, bahasa Indonesia. • Menetapkan lagu Indonesia Raya karya W.R. Supratman sebagai lagu kebangsaan Indonesia. • Menetapkan bendera Merah Putih sebagai bendera nasional Indonesia. Sumpah Pemuda yang menjadi bagian terpenting dalam Kongres Pemuda Indonesia II itu, merupakan puncak kebulatan tekad para pemuda Indonesia untuk bersatu dalam satu ikatan kebangsaan. Peristiwa ini kemudian menjadi modal dasar yang sangat berharga dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda, karena dari sinilah berkembang semangat serta kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan demi meraih cita-cita kemerdekaan. 129 Kata “Indonesia” pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli antropologi bernama J.R. Logan pada tahun 1850 dalam karangannya yang berjudullfe Ethnology of the Indian Archipelago. Menurut J.R. Logan, Indonesia adalah nama dari pulau-pulau atau kepulauan Hindia dan penduduknya adalah bangsa Indonesia. Istilah tersebut kemudian digunakan oleh Adolf Bastian pada tahun 1884 untuk merujuk kepulauan Nusantara. Sejak tahun 1884, sejumlah guru besar dari Universitas Leiden, seperti Van Volenhoven dan R.A. Kern, mempopulerkan nama Indonesia dengan sebutan Indonesie-Indonesier- Indonesisch di dalam karya-karya mereka. Ketika pergerakan nasional Indonesia berkembang, para tokohnya merasa sangat perlu menggunakan nama Indonesia sebagai identitas resmi perjuangan bangsa. Indische Vereeniging Perhimpunan Hindia, yang kemudian berubah menjadi Perhimpunan Indonesia Indonesische Vereeniging, adalah pergerakan kebangsaan pertama yang mempopulerkan nama Indonesia dalam politik ketatanegaraan. Melalui organisasi tersebut disebutkan bahwa Indonesia sama dengan Nederlands Indie, sebagai pengertian ketatanegaraan bagi negara Indonesia yang akan datang. Indonesia tidak hanya mempunyai arti telah tercapainya tujuan bangsa, akan tetapi tercapainya sebuah kesatuan dan kekuasaan untuk mewujudkan diri sendiri sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Pada tahun 1927, Nazir Datuk Pamuntjak, yang mewakili Perhimpunan Indonesia dalam Kongres Liga Anti Penindasan Imperialisme dan Kolonialisme di Brussel, memberikan penjelasan kepada para undangan tentang nama Indonesia, yang dikatakannya sebagai nama Kepulauan Hindia, yang terdiri dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan banyak pulau-pulau kecil lainya dengan jumlah seluruh penduduknya sekitar 50 juta. Propaganda Perhimpunan Indonesia kemudian diikuti oleh munculnya Partai Nasional Indonesia tahun 1927 di Bandung, di mana organisasi ini juga turut memperkuat propaganda tentang Indonesia Raya. Puncak dari perjuangan membentuk identitas Indonesia adalah peristiwa “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928. Kemudian, sejak tahun 1940, anggota Volksrrad M.H. Thamrin mengajukan mosi agar kata-kata Nederlands Indie dan Inlander dihapuskan dari semua undang- undang dan peraturan-peraturan, digantikan dengan kata lndonesie, Indonesier, dan Indonesische. Hal tersebut dimaksudkan sebagai usaha untuk meninggikan derajat dan identitas resmi bangsa Indonesia. 5 Perhimpunan Indonesia Organisasi ini didirikan oleh pelajar-pelajar Indonesia di Negeri Belanda pada tahun 1908, antara lain R.N Noto Suroto dan Sutan Kasayangan. Pada awalnya organisasi ini bernama Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia. Sebelumnya organisasi ini hanya bersifat 130 sosial dan berjuang mengurus kepentingan bersama orang-orang perantauan Indonesia di negeri Belanda. Tujuan organisasi ini ialah memperbaiki dan meningkatkan kepentingan bersama orang Indonesia di Negeri Belanda dan memelihara hubungan dengan Hindia Belanda. Pada tahun 1922, namanya kemudian diubah menjadi Indonesiche Vereeniging, lebih dikenal dengan nama Perhimpunan Indonesia, atau PI. Sejalan dengan kebangkitan nasionalisme dari bangsa-bangsa terjajah di kawasan Asia dan Afrika pada masa itu, PI kemudian secara tegas memasuki kegiatan politik dan mulai memperlihatkan corak perjuangan yang radikal. Salah satu bentuk sikap radikal PI adalah mengubah nama majalahnya, yaitu Hindia Poetra dengan nama Indonesia Merdeka. Diantara tokoh-tokoh PI yang terkemuka terdapat Iwa Kusuma Sumantri, R. Sartono, Moh. Hatta, R. Sastromuljono, dan Gunawan Mangunkusumo. Adapun landasan perjuangan mereka adalah pemikiran nasional-demokratis, non-kooperasi, dan anti kolonial dalam upaya pembelaan terhadap nasib bangsa Indonesia. 6 Manifesto Politik Tahun 1925 Apabila diperhatikan lebih seksama, organisasi-organisasi yang berdiri sebelum tahun 1920 tidak ada yang menggunakan istilah Indonesia. Peristiwa penting yang berkaitan erat dengan perkembangan paham nasionalisme dan kebangsaan di kemudian hari adalah terjadinya perubahan corak pergerakan nasional yang ada di Indonesia sejak tahun 1925. Hal tersebut dimulai dari penetapan asal nama Indonesia sebagai identitas bangsa melalui pemasyarakatan istilah “indische “ dan if Indonesische “ untuk nama awal Indonesia. Perubahan politik yang terjadi pada masa ini ditandai dengan masuknya Perhimpunan Indonesia PI ke dalam kancah perjuangan politik murni, yang kemudian menandai perjuangan kebangsaan pada Masa Radikal. Pihak PI memelopori gerakan kebangsaan yang bersifat radikal dan non-kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda dan secara tegas menyatakan tuntutan kemerdekaan sepenuhnya bagi Indonesia. Garis perjuangan yang ditetapkan oleh PI sekaligus merupakan dasar perjuangan yang mengembangkan sikap anti kolonialisme bagi pergerakan-pergerakan kebangsaan lainnya yang berdiri setelah tahun 1925. 7 Partai Komunis Indonesia PKI Paham komunisme yang dikembangkan oleh Karl Marx masuk Indonesia sejak tahun 1913. Paham tersebut dibawa oleh H.J.F.M. Sneevliet, seorang anggota Partai Buruh Sosial Demokrat dari Belanda yang diasingkan ke Indonesia. Bekerjasama dengan H.W. Dekker dan P. Bergsma, Sneevliet mendirikan organisasi yang diberi nama Indische Sociaal Democratiesch Vereeniging ISDV pada tahun 1914. 131 Setelah gagal mengadakan penyusupan paham komunis ke dalam tubuh PI, sasaran ISDV berikutnya adalah Sarekat Islam yang memiliki massabesar Dengan menggunakan strategi infltrasi atau taktik “Block Within” Blokd Dalam, ISDV berhasil mengadakan penyusupan ke dalam tubuh SI. Ada beberapa hal yang menyebabkan ISDV berhasil menyusup ke dalam tubuh SI : • Central Sarekat Islam CSI sebagai badan koodinasi pusat masih sangat lemah kekuasaannya. Tiap-tiap cabang SI berdiri sendiri- sendiri secara bebas. Para pemimpin local yang kuat mempunyai pengaruh yang menentukan di dalam SI cabang. • Kondisi kepartaian pada saat itu memungkinkan orang untuk sekaligus menjadi anggota lebih dari satu partai. Hal itu disebabkan pada mulanya organisasi-organisasi itu didirikan bukan sebagai partai politik melainkan sebagai suatu organisasi guna mendukung berbagai kepentingan sosial, budaya dan ekonomi. Akibat penyusupan tersebut, SI terpecah menjadi 2 golongan, yaitu golongan yang tidak terpengaruh ISDV SI Putih dan golongan yang terkena pengaruh ISDV SI Merah. Hal ini menyebabkan SI memutuskan hubungan dengan ISDV pada tahun 1917. Akan tetapi, Sneevliet telah berhasil merekrut Semaun dan Darsono, yang kemudian menjadi tokoh komunis terkemukadi Indonesia. Pada tahun 1920, ISDV berganti nama menjadi Partai Komunis Hindia, yang kemudian berubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia. Tulang punggung partai ini adalah kelompok SI Merah yang berhaluan komunis, yang pada tahun 1924 berganti nama menjadi Sarekat Rakyat dan beradadi bawah komando PKI. Setelah tumbuh menjadi partai yang besar, PKI merasa dirinya cukup kuat untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda, Pemberontakan yang dipimpin oleh Sardjono dan Sugono itu pecah pada 15 Nopember 1926 di Jakarta, Jawa Barat, JawaTengah, dan Jawa Timur Pemberontakan tersebut berhasil ditumpas oleh Pemerinta Kolonial Belanda dalam waktu satu minggu. Pemberontakan PKI tersebut memberikan dampak yang amat merugikan bagi pergerakan nasional Indonesia. Setelah pemberontakan tersebut, pemerintah kolonial melakukan tindakan penindasan dan pengekangan terhadap organisasi-organisasi kaum nasionalis sehingga mereka tidak lagi memiliki ruang gerak. PKI sendiri kemudian dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh Pemerintah Kolonial. 8 Partai Nasional Indonesia Partai Nasional Indonesia PNI berasal dari buah pemikiran Ir. Sukarno, seorang tokoh Algemeene Studie CM di Bandung. Pada tanggal 4 Juli 1927, diadakan rapat pendirian PNI, yang antara lain dihadiri oleh Ir. Sukarno, dr. Cipto Mangunkusumo, Mr. Budiarto, dan Mr. Sunario. PNI berdiri dengan tujuan bekerja untuk meraih kemerdekaan 132 Indonesia berlandaskan azas percaya kepada diri sendiri serta memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial rakyat dengan kekuatan sendiri. PNI sangat terkenal dengan berbagai tindakan propagandanya yang menggunakan corak perjuangan mandiri, non-kooperatif dan marhaenisme. Ada dua macam tindakan yang dilakukan oleh PNI untuk memperkuat diri dan pengaruhnya di dalam masyarakat, yaitu mengadakan | kegiatan untuk lingkungan sendiri dengan mendirikan sekolah-sekolah, kursus-kursus; serta memperkuat pendapat rakyat terhadap tujuan PNI melalui rapat-rapat umum dan penerbitan surat kabar Banteng Priangan di Bandung serta Persatuan Indonesia di Batavia. Kegiatan PNI itu sendiri segera dapat menarik massa dalam jumlah besar sehingga membuat Belanda merasa cemas. Gubernur Jenderal pada waktu pembukaan siding Volksraad tanggal 15 Mei 1928 mengharapkan kesadaran rakyat terhadap nasionalisme yang ektrem. Dikemukakan juga bahwa sikap nonkooperasi yang dijalankan PNI bersifat bermusuhan terhadap pemerintah. Walaupun ada peringatan halus itu, cabang-cabang PNI tumbuh di seluruh Indonesia. Tujuh cabang pertama ialah Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Pekalongan, dan Palembang. Empat calon cabang adalah Air-Itam dekat Palembang, Cirebon, Garut, dan Semarang. Di samping itu, juga ada beberapa “kring” anggota pengurus belum lengkap di Surakarta, Makassar Ujung Pandang, Buol, dan Banyuwangi. Hingga akhir tahun 1929 kandidat anggota PNI berjumlah kira-kira 10.000 orang, dan 6.000 orang di antaranya di daerah Priangan. Pada tanggal 18-20 Mei 1929 diadakanlah kongres PNI yang kedua di Jakarta. Di samping memilih kembali Pengurus Besar PNI yang lama juga telah diambil keputusan: • Bidang ekonomisosial: menyokong perkembangan Bank Nasional Indonesia, mendirikan koperasi-koperasi, studiefonds dan fonds-korban atau partifonds untuk anggota-anggota yang terkena tindakan pengamanan pemerintah, dan serikat-serikat sekerja, serta mendirikan sekolah-sekolah dan rumah sakit-rumah sakit. • Bidang politik: mengadakan hubungan dengan Perhimpunan Indonesia PI di negeri Belanda dan menunjuk PI sebagai wakil PPPKI di luar negeri. Sesuatu yang juga menarik dalam kongres ini ialah disinggungnya masalah transmigrasi untuk mengatasi kemelaratan rakyat terutama di daerah yang berpenduduk padat. Semenjak kongres kedua ini kegiatan PNI makin meningkat, terutama untuk usaha konsolidasi kekuatan. Kepada anggota-anggota diadakan kursus-kursus yang terbagi atas dua: 133 • Kursus pimpinan, biasa diikuti oleh 10-12 orang. Hanya diadakan di Bandung, dan guru-gurunya adalah Ir. Soekarno, Mr. Iskaq Tjokroadisoerjo, Mr. Ali Sastroamidjojo, dan Manadi. • Kursus biasa di daerah-daerah, yang diadakan oleh Cursus Commissie di mana pelajaran diberikan secara sederhana dan mudah dimengerti. Semua pengikut kursus ini kemudian diuji dan bila lulus barulah mereka diterima menjadi anggota. Di samping itu, diadakan klub-klub diskusi yang melatih anggota-anggota memecahkan persoalan-persoalan dan meningkatkan kemampuan pengetahuan anggota. Jelas bahwa cara-cara yang dilakukan PNI ini telahmemperkuat posisi dan pengaruh PNI di kalangan masyarakat. Sukses yang dicapai dalam waktu yang singkat juga berkat falsafat PNI yaitu marhaenisme. Kemudian marhaenisme ditafsirkan sebagai Marxisme yng diterapkan sesuai dengan kondisi-kondisi dan situasi Indonesia. Dengan tuduhan bahwa PNI merencanakan suatu pemberontakan, pemerintah kolonial menangkap para tokoh PNI. Dalam proses pengadilan tokoh-tokoh PNI, Ir. Sukarno sempat mengajukan pidato pembelaan yang terkenal dengan nama “Indonesia Menggugat”. Akan tetapi hukuman tetap dijatuhkan dan tokoh-tokoh PNI tersebut menjalani vonis tahanan resmi sejak 22 Desember 1930. Akibat penangkapan terhadap para pemimpin PNI, dalam sebuah kongres luar biasa kedua, diambil keputusan bahwa sejak 25 April 1931 PNI dibubarkan. Keputusan membubarkan PNI menimbulkan pro dan kontra di antara para anggotanya. Beberapa di antara mereka memutuskan untuk membentuk organisasi baru sebagai pengganti PNI, seperti Partindo Partai Indonesia pimpinan Mr. Sartono dan PNI-Baru pimpinan Moh. Hatta dan Sutan Syahrir. Setelah pembubaran PNI pada tahun 1931, banyak pergerakan kebangsaan yang mengubah haluan perjuangannya ke dalam bentuk kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda. Organisasi pergerakan yang mengadakan kerjasama dengan pemerintah kolonial dalam perjuangannya antara lain adalah sebagai berikut: • Perhimpunan Bangsa Indonesia FBI Organisasi ini merupakan penggabungan dari Indonesische Studie Club di Surabaya dan Sarekat Madurapadabulanjanuari 1931. Mereka menyatukan diri dalam wadah Partai Bangsa Indonesia yang dipimpin oleh dr. Sutomo. Tujuan dari PBI adalah untuk mencapai kedaulatan bangsa dan tanah air yang sempurna. Adapun cara yang ditempuhnya adalah dengan mengembangkan pendidikan, mengadakan lapangan kerja, sarana kesehatan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1935, PBI melakukan fusi dengan beberapa pergerakan kebangsaan ke dalam Parindra. 134 • Partai Indonesia Raya Parindra Parindra didirikan pada tanggal 25 Desember 1935 oleh dr. Sutomo. Organisasi ini merupakan hasil fusi atau penyatuan dari pergerakan, Budi Utomo, Serikat Sumatra, Partai Selebes, Perhimpunan Bangsa Indonesia PBI, dan Tirtayasa. Partai ini mempunyai tujuan mewujudkan Indonesia mulia secara sempurna dengan haluan kooperatif terhadap pemerintah kolonial. Azas perjuangan Parindra adalah patriotisme, kerakyatan, dan keadilan sosial. Salak seorang tokoh Parindra adalah M.H. Thamrin, yang mewakili aspirasi gerakan Parindra dalam memperjuangkan nasib rakyat di dalam Volksraad. • Gabungan Politik Indonesia GAPI Organisasi yang didirikan pada tanggal 21 Mei 1939 ini merupakan hasil kerja sama partai-partai politik yang dipelopori oleh Moh. Husni Thamrin, Mr. Amir Syarifudin, dan Abikusno Cokrosuyoso. GAPI merupakan gabungan dari Parindra, Gerindo, Partai Islam Indonesia, PSII, Partai Katolil Indonesia, Persatuan Minahasa, dan Pergerakan Pasundan. Aksi terbesar GAPI adalah tuntutan yang dibuatnya pada 4 Juli 1939 terhadap pemerintah Belanda, yaitu “Indonesia berparlemen”. Pada tanggal 24 Desember 1939, GAPI mengadakan Kongres Rakyat Indonesia yang menghasilkan tiga keputusan, yaitu penetapan bendera Merah Putih sebagai bendera Indonesia; lagu Indonesia Raya sebagai lagu persatuan kebangsaan Indonesia; dan peningkatan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. 9 Pendudukan Jepang Pendudukan Jepang di Indonesia berawal dari keberhasilannya menguasai wilayah jajahan bangsa-bangsa Barat di Asia. Jepang berhasil melumpuhkan kekuatan Sekutu di Asia Pasifik, menduduki Cina dan Manchuria, Hongkong, Filipina, Malaysia dan akhirnya 11 Januari 1942 berhasil menduduki Tarakan Kalimantan Timur. Dari sini Jepang menguasai Balikpapan, Pontianak, Samarinda, Banjarmasin dan Palembang. Pada tanggal 5 Maret 1942 Jepang berhasil menduduki Batavia Jakarta dan mendesak Belanda yang berhasil mengungsi ke Bandung. Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati Subang pada 8 Maret 1942. Sejak saat itu Indonesia di bawah pendudukan militer Jepang. Di bawah kekuasaan Jepang, Indonesia dibagi dalam tiga wilayah daerah pemerintahan. Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi, Jawa dan Madura dengan pusatnya Jakarta dan Indonesia Timur dengan pusatnya Makasar. Untuk menarik dukungan rakyat, Jepang menggunakan propaganda Gerakan Tiga A yang dipimpin oleh Mr. Syamsudin, tokoh Parindra dari Sukabumi. Jepang melarang adanya partai-partai politik, memaksakan Niponisasi dengan cara Seikeirei membungkukkan badan 135 ke arah Tokyo pada setiap upacara bendera. Nama jabatan pemerintahan diganti dengan menggunakan istilah Jepang, mewajibkan pengajaran Bahasa Jepang, melarang penggunaan Bahasa Belanda serta pengibaran bendera Belanda dan bendera Merah Putih. Sejak tahun 1944 kedudukan-Jepang dalam Perang Pasifk makin terdesak. Untuk menarik simpati masyarakat Indonesia, Jepang melakukan beberapa hal : • Memberikan janji kemerdekaan Indonesia di kemudian hari yang dikenal dengan janji Koiso • Mengizinkan pengibaran bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jepang • Membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI pada tanggal 1 Maret 1945 e. Persiapan Kemerdekaan Indonesia 1 Janji Koiso Pada tahun 1944, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifk makin terdesak. Satu demi satu wilayah yang dikuasainya, seperti Irian Timur, Kepulauan Solomon, dan Marshall jatuh ke tangan pasukan Sekutu. Pasukan Sekutu juga melancarkan serangan bertubi-tubi terhadap kedudukan Jepang di Ambon, Makassar, Manado, dan Surabaya. Bahkan mereka kemudian mendarat di Balikpapan sehingga Jepang kehilangan salah satu sumber minyak yang penting bagi mesin perangnya. Akibatnya pada tanggal 17 Juli 1944, Perdana Menteri Jepang, Jenderal Hideki Tojo meletakkan jabatannya dan digantikan oleh Jenderal Koiso Kuniaki. Perdana menteri baru Jepang tersebut bermaksud memulihkan kewibawaan Jepang di mata sesama orang Asia. Oleh karena itu, dua bulan setelah memangku jabatannya, dalam sidang istimewa Teikoku Gikai Parlemen Jepang, dia mengumumkan bahwa Indonesia diperkenankan merdeka kelak di kemudian hari. Janji ini kemudian dikenal sebagai Janji Koiso. 2 Pembentukan BPUPKI Janji Koiso terealisasi ketika Jenderal Harada Kumakici mengumumkan pembentukanDokuritsuJunbi Cosahai, atau Badan Penyelidik Usaha- Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI pada tanggal 1 Maret 1945. BPUPKI bertugas untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting menyangkut kehidupan politik dan ekonomi dalam upaya pembentukan negara Indonesia merdeka. Pengurus BPUPKI terdiri dari seorang kaico ketua, 2 orangfuku kaico ketua muda, dan 60 orang tin anggota. Mereka terdiri dari kalangan bumi- putera, peranakan Cina, Arab, dan Indo. Selain itu masih terdapat 7 orang Jepang yang duduk sebagai pengurus istimewa. Mereka hadir dalam setiap sidang meskipun tidak memiliki hak suara. Pengurus BPUPKI diresmikan pada tanggal 29 April 1945. Jepang menunjuk Radjiman Wediodiningrat sebagai ketuanya, sementara wakil 136 ketua dijabat oleh Ichi Bangase dan R.P. Soeroso. Soekarno dan Moh. Hatta sendiri hanya menjadi anggota biasa dari organisasi tersebut. Sebulan setelah diresmikan, BPUPKI menyelenggarakan sidangnya yang pertama di gedung Cuo Sangi In di Jalan Pejambon sekarang kantor Departemen Luar Negeri. Dalam sidang itu, bendera Merah Putih dikibarkan berdampingan dengan Hinomaru bendera Jepang. Dalam melaksanakan tugasnya, BPUPKI telah mengadakan dua kali sidang resmi dan satu kali sidang tidak resmi. Sidang pertama berlangsung antara tanggal 28 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. Masalah utama yang dibicarakan dalam sidang ini adalah merumuskan undang- undang dasar negara. Konstitusi ini harus dapat dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu sebelum Indonesia merdeka. Ada tiga pandangan mengenai dasar negara yang diajukan oleh tiga anggota, yaitu Muh. Yamin, Supomo, dan Soekarno. Gagasan Soekarno ternyata lebih menarik bagi anggota BPUPKI lainnya. Selain menuangkan lima butir gagasan yang diusulkan sebagai dasar negara, Soekarno pun memberi nama buah pikirannya itu sebagai Pancasila. Setelah sidang pertama selesai, diadakan masa reses selama sebulan. Akan tetapi sebelumnya BPUPKI membentuk panitia kecil yang terdiri atas sembilan orang antara lain Soekarno, Moh. Hatta, Muh. Yamin, Achmad Soebarjo, A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzakkir, K.H. Wachid Hasjim, H. Agus Salim, dan Abikusno Tjokrosoejoso. Panitia Sembilan ini bertugas menampung saran dan pendapat para anggota mengenai dasar negara selama sidang untuk merumuskan suatu dasar negara Indonesia. Dalam masa reses diadakan sidang resmi yang dipimpin oleh Soekarno untuk membahas rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Rancangan yang disetujui dalam rapat ini kemudian disampaikan dalam rapat pleno BPUPKI kedua yang dilaksanakan antara tanggal 10 hingga 17 Juli 1945. Muh. Yamin memberi nama dokumen rancangan tersebut dengan nama Piagam Jakarta Jakarta Charter. Dalam Piagam Jakarta di muat rumusan dasar negara sebagai berikut: 1. Ketuhanan, dengan menj alankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setelah dengan suara bulat menyetujui Pembukaan Undang-Undang Dasar UUD yang diambil dari Piagam Jakarta, Panitia UUD kemudian membentuk panitia kecil yang bertugas merancang UUD. Panitia ini diketuai oleh Prof. Supomo, dengan enam orang anggota. Dalam sidang pleno BPUPKI pada tanggal 14 Juli 1945, Soekarno melaporkan hasil kerja Panitia Perancang UUD berupa pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan 137 UUD, dan batang tubuh UUD. Dengan berakhirnya sidang-sidang BPUPKI yang telah berhasil mengesahkan rancangan dasar negara dan UUD negara, itu dapat dikatakan bahwa Indonesia telah siap untuk merdeka. Oleh karena itu, BPUPKI kemudian dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945. Terbentuknya Negara Republik Indonesia hingga Percobaan Demokrasi 1. Peristiwa Rengasdengklok Sampai akhir tahun 1944, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifk sudah terdesak. Pada bulan Juli 1944, Pulau Saipan jatuh ke tangan Amerika Serikat Hal ini merupakan ancaman langsung terhadap negeri Jepang. Di berbagai kawasan perang, tentara Jepang menderita kekalahan. Jepang yang akan memberikan kemerdekaan pada tanggal 7 September 1945 kemudian menjanjikan untuk mempercepat kemerdekaan kepada Indonesia. Tanggal 9 Agustus Soekarno, Moh. Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat diundang ke Dalat, Vietnam untuk bertemu dengan Marsekal Terauchi. Dalam pertemuan tersebut Jepang berjanji memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Usai pertemuan tersebut dalam diri Soekarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat muncul keyakinan untuk mempercayainya. Di luar dugaan, Jepang menyerah tanpa syarat terhadap Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Berita penyerahan tanpa syarat yang selalu ditutup-tutupi oleh pihak Jepang ternyata bocor juga. Sejumlah mahasiswa di Jalan Prapatan 10 mengetahuinya dengan cara menyadap melalui pemancar radio gelap. Mereka kemudian berkomunikasi dengan Soekarni, Chairul Saleh, dan Wikana yang bermarkas di Jalan Menteng 31. Mereka menginginkan kemerdekaan segera dilaksanakan tanpa pengaruh dan campur tangan pihak Jepang. Sutan Syahrir setelah mendengar kekalahan dan menyerahnya Jepang melalui radio yang dimilikinya segera menemui Bung Hatta untuk memberitahukan berita itu kepada Bung Hatta dan mendesaknya agar kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan. Kemudian Sutan Syahrir bersama Bung Hatta menemui Bung Karno untuk menyampaikan berita penyerahan Jepang kepada sekutu. Bung Karno dan Bung Hatta sependapat bahwa mereka tidak dapat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa bermusyawarah dulu dengan anggota PPKI yang saat itu telah berkumpul di Jakarta untuk mengadakan rapat pada tanggal 16 Agustus 1945. Kekalahan Jepang ternyata tidak lantas memunculkan kesamaan pandangan mengenai nasib Indonesia ke depan. Justru yang terjadi adalah munculnya perbedaan perspektif untuk memerdekakan Indonesia antara golongan tua dan muda. Golongan tua merupakan elit politik Indonesia yang kebanyakan menjadi anggota PPKI. Mereka di antaranya Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad Subardjo. Golongan tua memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan janji Jepang dalam memerdekakan Indonesia, yakni pada tanggal 24 Agustus 1945. Mereka merencanakan proklamasi kemerdekaan akan diselenggarakan setelah PPKI mengadakan rapat. 138 Sementara kaum muda yang beranggotakan pemuda menghendaki kemer- dekaan Indonesia dilaksanakan secepatnya. Golongan muda ini, antara lain Chairul Saleh, Sutan Syahrir, dan Soekarni. Mereka segera mengadakan rapat di gedung Bakteriologi di Pegangsaan Timur. Rapat tersebut dipimpin oleh Chairul Saleh dengan sejumlah tokoh muda, seperti Syahrir, Wikana, Armansyah, Subadio, Darwis, Adam Malik, dan Singgih. Mereka bersepakat untuk mengajukan kepada golongan tua agar segera menyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Setelah itu mereka mengutus Wikana dan Darwis dengan pengawalan Shodanco Singgih dari kalangan Peta untuk menghadap Soekarno dan Hatta malam itu jam 22.00 WIB tanggal 15 Agustus 1945. Tugas mereka adalah menyampaikan keputusan golongan muda, yakni meminta Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945. Mereka ternyata gagal meyakinkan Soekarno dan Hatta. Golongan muda kemudian mengadakan rapat lagi. Rapat diadakan sekitar jam 24.00 di jalan Cikini 71. Dalam rapat tersebut, golongan muda antara lain memutuskan untuk “menyingkirkan” Soekarno-Hatta ke luar kota. Tujuannya agar kedua tokoh ini terbebas dari pengaruh Jepang dan golongan tua. Mereka menculik Soekarno-Hatta dan membawanya ke daerah Rengasdengklok, Karawang. Peristiwa penculikan tersebut terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 sekitar pukul 04.00, kelompok pemuda, seperti Soekarni, Chairul Saleh, Yusuf Kunto dan Singgih membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Sementara itu di Jakarta, pertemuan antara Mr Ahmad Subarjo dari golongan tua dan Wikana dari golongan muda serta Yusuf Kunto dari PETA mencapai kata sepakat untuk membawa kembali Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta dan proklamasi kemerdekaan akan diumumkan secepat mungkin di Jakarta. Sore harinya kira-kira pukul 16.00, Mr Ahmad Subarjo dengan diantar oleh Yusuf Kunto dari PETA pergi menuju Rengasdengklok. Di Rengasdengklok Mr Ahmad Subarjo menemui, antara lain Gudanco Subeno, Soekarni, Sutarjo Kartohadikusumo, Bung Karno, Bung Hatta, dan Fatmawati. Kemudian disepakati bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilakukan di Jakarta. Mr. Ahmad Subarjo memberi jaminan kepada kaum muda bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilakukan tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Pada tanggal 16 Agustus 1945, sekitar pukul 21.00 rombongan berangkat dengan tiga buah mobil menuju ke Jakarta. Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Rombongan Soekarno-Hatta tiba di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1945 sekitar pukul 23.00. Mereka kemudian menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1. Kemudian Bung Karno dan Bung Hatta diantarkan oleh Laksamana Maeda pergi menemui Somabuco kepala pemerintahan umum Mayor Jendral Nishimura untuk menjajaki sikapnya mengenai pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Nishimura menyatakan bahwa tentara Jepang sudah menyerah kepada Sekutu, sesuai dengan peraturan internasional harus menjaga dan mempertahankan status quo tidak melakukan perubahan apapun. 139 Akhirnya, Bung Karno dan Bung Hatta berkesimpulan untuk tidak perlu lagi mengadakan pembicaraan dengan pemerintah Jepang. Kemerdekaan Indonesia harus diproklamasikan oleh bangsa Indonesia Sendiri. Sekitar pukul 02.00 pagi tanggal 17Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke rumah Laksamana Maeda. Di rumah ini, dirumuskan naskah atau teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Perumusan naskah proklamasi kemerdekaan dilakukan di ruang makan rumah Maeda yang dihadiri Soekarno, Hatta, dan Ahmad Subardjo. Sementara, Maeda sendiri tidur di kamarnya. Kalangan muda yang hadir pada kesempatan itu, antara lain BM Diah, Soekarni, dan Sudiro. Pemilihan rumah Laksamana Maeda sebagai tempat untuk melaksanakan perundingan, didasarkan ketentuan Jepang bahwa rumah Maeda termasuk aman dari gangguan tentara angkatan darat Jepang. Teks proklamasi yang telah selesai diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Dalam proses pengetikan dilakukan beberapa perubahan. Ada tiga perubahan pada naskah proklamasi kemerdekaan. Perubahan- perubahan itu sebagai berikut : • Kata “tempoh” menjadi “tempo”. • Kalimat “wakil-wakil bangsa Indonesia” menjadi “atas nama bangsa Indonesia”. • Tulisan “Djakarta, 17-8-05” menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05”. • Angka tahun 05 merupakan singkatan angka tahun 2605 menurut kalender Jepang. Selanjutnya Moh. Hatta menyarankan agar naskah proklamasi ditandatangani oleh seluruh orang yang hadir pada kesempatan itu, seperti yang terjadi pada deklarasi kemerdekaan bangsa Amerika declaration, tetapi tidak disepakati oleh seluruh Hatta atas nama bangsa Indonesia. Soekarni menyarankan agar naskah tersebut ditandatangani oleh S oekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia sebagai perwakilan dari semua peserta yang hadir pada kesempatan tersebut. Teks inilah yang dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan diselenggarakan di rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta. Untuk menjaga keamanan saat pelaksanaan pembacaan proklamasi kemerdekaan, maka dikerahkan pasukan PETA di bawah pimpinan Shodanco Latief Hendraningrat dan Arifn Abdurrahman.

2. Pembentukan Kelengkapan Negara Pemerintah Republik Indonesia