86 Meskipun Iskandar Thani telah memberikan cukup banyak keuntungan
bagi VOC, pedagang-pedagang Belanda itu masih tetap saja menyangsikan persahabatan yang telah terjalin. Kesangsian itu terbukti
ketika pada tahun 1640 Aceh menolak memerangi Portugis. Padahal Aceh tidak memberikan bantuan kepada VOC karena VOC tidak mau
menghentikan hubungannya dengan Johor. Atas dasar kondisi di atas VOC pada akhirnya menyerang Malaka dan menaklukkan Portugis
pada tanggal 14 Januari 1641. Dikuasainya Malaka oleh Belanda sangat merugikan bagi supremasi politik dan ekonomi yang dilakukan Aceh
selama ini.
Sultan Iskandar Thani yang sedang berkuasa meninggal pada tahun itu dan digantikan oleh istrinya Tajul Alam Safyyatuddin Syah. Selama
pemerintahan Tajul Alam Aceh makin memasuki masa-masa suram. Daerah-daerah pengaruh Aceh di luar Sumatera mulai melepaskan diri,
sementara yang di dalam negeri meningkatkan kekuasaan masing- masing.
Meredupnya kekuasaan Aceh itu berlangsung terus sampai Aceh dikuasai Belanda akhir abad ke-19. Raja-raja pengganti setelah berakhirnya
kekuasaan Tajul Alam tanggal 23 Oktober 1675 merupakan raja-raja yang lemah. Yang mengendalikan kekuasaan sesungguhnya menurut
Sartono adalah para orang kaya. Sesungguhnya problem kekuasaan di Aceh itu telah berlangsung sepeninggalnya Iskandar Thani karena tidak
adanya putra mahkota yang menggantikan kedudukan raja. Problem itu mencapai puncaknya pada tahun 1688 ketika terjadi pertentangan
antara kelompok yang pro raja putri dengan yang anti raja putri.
3. Kehidupan ekonomi dan politik masa kolonial
Setelah dibubarkannya VOC pada akhir abad ke-18, maka wilayah Nusantara selanjutnya berada dibawah kekuasaan kolonial Belanda.
Pemerintahan kolonial Belanda berlangsung sampai tahun 1942. Selama berlangsungnya kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda tersebut
berbagai macam kebijakan dikeluarkan termasuk kebijakan dalam konteks ekonomi. Kebijakan yang dampaknya cukup luas dalam konteks ekonomi
itu antara lain adanya sistem tanam paksa dan sistem liberal. Namun sebelum kita melihat kebijakan ekonomi kolonial tersebut, perlu kiranya
kita lihat kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintahan kolonial Inggris di Nusantara di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Rafles.
Sebelum membahas mengenai perkembangan yang erjadi pada periode kolonial, terlebih dahulu akan dibahas peristiwa dunia yang berpengaruh
terhadap Indonesia. Peristiwa tersebut adalah Revolusi Amerika, Revolsi Perancis dan Revolusi Industri Inggris.
a. Revolusi Amerika
Revolusi Amerika pecah didahului oleh peristiwa yang dikenal sebagai “the Boston Thea Party”. Peristiwa ini dilatarbelakangi persaingan
87 perdagangan teh antara pedagang penduduk koloni dan pemerintah
Inggris. Menghadapi itu pada malam di bulan Desember 1773 sekelompok pemuda dari koloni menaiki kapal di Pelabuhan Boston
yang memuat teh-teh Inggris dengan menyamar sebagai suku Indian dan kemudian membuang muatan teh Inggris tersebut ke laut.
Peristiwa “The Boston Tea Party” ini ditanggapi dengan keras oleh pemerintah
Inggris dengan
dukungan parlemennya.
Koloni diharuskan membayar kerugian yang diakibatkan ditenggelamkannya
teh Inggris. Selain itu pemerintah Inggris juga mengeluarkan peraturan- peraturan yang mempersempit ruang gerak rakyat di koloni.
Segala aturan dan tekanan pemerintah Inggris terhadap rakyat di koloni menimbulkan rasa tidak senang dan akhimya menyatukan warga
koloni untuk melawan pemerintah. Pada 5 Desember 1774 diadakan pertemuan wakil-wakil dari seluruh koloni Inggris di Amerika Utara di
Philadelphia. Pertemuan yang dikenal sebagai Kongres Kontinental I ini menghasilkan kesepakatan warga koloni untuk tidak mematuhi
peraturan Inggris yang tidak sesuai dengan kepentingan mereka. Pada bulan Mei 1775 diadakan kembali Kongres Kontinental II di Philadelphia
yang bersepakat untuk melawan Inggris dengan kekuatan senjata di bawah pimpinan George Washington. Kongres Kontinental II
meneguhkan semangat 13 koloni di Amerika Utara untuk memerdekakan diri dari Inggris dengan mulai menyiapkan naskah deklarasi
kemerdekaan.
Pada bulan Juni 1776, kongres membentuk komite untuk mempersiapkan naskah Deklarasi Kemerdekaan Amerika. Komite itu beranggotakan
Thomas Jeferson, Benjamin Franklin, John Adams, Roger Sherman dan Robert Livingstone
. Komite tersebut kemudian berhasil merumuskan naskah deklarasi kemerdekaan 13 koloni dalam suatu negara United
States of America yang diumumkan pada 4 Juli 1776. Deklarasi kemerdekaan atau Declaration of Independence antara lain berisi pandangan
rakyat Amerika Serikat bahwa semua orang diciptakan sama, hak asasi manusia, dan hak suatu bangsa untuk mengatur negaranya sendiri.
Inggris tidak mengakui kemerdekaan Amerika Serikat dan terus melakukan penyerangan terhadap rakyat di koloni yang pro terhadap
kemerdekaan Amerika Serikat. Berbeda dengan Inggris, Perancis mengakui kemerdekaan Amerika Serikat dan bahkan turut
mengirimkan pasukannya untuk membantu pejuang kemerdekaan Amerika Serikat. Setelah beberapa tahun mengobarkan perjuangan
melawan tentara Inggris, pasukan Amerika Serikat berhasil memaksa Inggris untuk menandatangani Perjanjian di Versailles Perancis tahun 1783 yang
berisi pengakuan Inggris atas kedaulatan 13 koloni yang membentuk negara Amerika Serikat.
Revolusi Amerika sangat berpengaruh di wilayah-wilayah lain di dunia. Ide-ide mengenai kemerdekaan, persamaan hak, demokrasi telah
menginspirasi rakyat di Perancis yang kemudian juga menggerakkan revolusi di negaranya. Di Indonesia, pengaruh Revolusi Amerika tampak
88 misalnya pada ide mengenai kemerdekaan dan perwakilan. Pada saat
Perang Dunia I berkecamuk di Eropa, timbul wacana pembentukan Indie Werbaar atau pertahanan Hindia yaitu turut berpartisipasinya pribumi
dalam mempertahankan Hindia untuk mendukung pemerintah kolonial Belanda. Tokoh-tokoh pergerakan Indonesia ketika itu
berpendapat ide. Ide Indie Werbaar tidak dapat dilakukan tanpa adanya perwakilan.
b. Revolusi Perancis