151 dua pertiga diduduki Belanda. Apalagi Belanda menerapkan blokade
ekonomi. Ketokohan Muhammad Hatta juga harus diperhitungkan selain tokoh asal Sumatra Barat lainnya yang berada di pusat pemerintahan saat
itu. Sumatra juga merupakan jalan penghubung yang mudah untuk ke luar menuju Malaysia maupun ke Singapura.
f. Peristiwa PKI Madiun Tahun 1948
Peristiwa Madiun atau yang biasa dikenal dengan pemberontakan PKI Madiun terjadi pada tanggal 18 September 1948, yaitu saat PKIFDR Front
Demokrasi Rakyat melakukan pengkhianatan dan pemberontakan terhadap Republik Indonesia. FDR dibentuk pada 28 Juni 1948 oleh
kelompok Amir Syarifudin.
Front Demokrasi Rakyat FDR terdiri dari Partai Sosialis kelompok Amir, Pesindo, Partai Buruh, PKI dan Sobsi. Mereka merencanakan
perebutan kekuasaan yang telah disusunnya sejak pembentukan FDR baik melalui jalan politik parlementer maupun nonparlementer. Kegiatan
politik FDR dibarengi dengan usaha-usaha untuk memancing bentrokan dengan lawan politiknya.
Agitasi FDR makin meningkat terutama sejak kedatangan Muso, tokoh komunis yang sejak lama berada di Moskow. Muso mengecam kebijaksanaan
dan strategi perjuangan pemerintah, ia menganggap revolusi Indonesia bersifat defensif dan hanya orang-orang PKI yang mampu menyelesaikan
revolusi. Dalam rapat raksasa di Madiun, Muso menuduh Hatta membawa negaranya kepada “penjajahan baru dengan bentuk lain”.
Pertentangah politik itu kemudian meningkat menjadi insiden bersenjata di Solo. Mereka menculik dan membunuh tokoh-tokoh yang dianggap
musuh. Selanjutnya pada tanggal 18 September 1948, tokoh-tokoh PKI memproklamasikan berdirinya Republik Sovyet Indonesia yang berpusat di
Madiun. Kaum pemberontak menguasai kota Madiun dan Radio Gelora Pemuda.
Untuk mengatasi pemberontakan PKI di Madiun, pemerintah melancarkan Gerakan Operasi Militer GOM I. Provinsi Jawa Timur dijadikan
Daerah Istimewa dan Kolonel Sungkono diangkat menjadi Gubernur Militer. Oleh karena Panglima Besar Jenderal Soedirman sedang sakit, pimpinan
operasi penumpasan diserahkan kepada Kolonel A.H. Nasution, Panglima Markas Besar Komando Jawa. Hanya dalam waktu dua minggu, tepatnya
tanggal 30 September 1948 pada pukul 16.15, kota Madiun berhasil direbut kembali. Dua bulan kemudian, operasi-operasi penumpasan dinyatakan
selesai.
g. Serangan Umum 1 Maret
Penguasaan atas Yogyakarta oleh Belanda menyebabkan pejuang RI terus berusaha melakukan perlawanan secara gerilya di luar kota. Selain
melakukan kontak senjata, perjuangan diplomasi pun ditempuh untuk
152 menghentikan agresi militer Belanda II. Perlawanan dalam bentuk perang
gerilya dipimpin oleh Jendral Sudirman yang bergerak di luar kota. Usaha mempertahankan kedaulatan saat Yogyakarta dikuasai Belanda
adalah melakukan serangan, Serangan Umum Satu Maret 1949. Serangan tersebut terjadi karena muncul propaganda dari Belanda bahwa pasukan
TNI sudah hancur. Untuk menunjukan bahwa sebenarnya TNI masih ada maka serangan tersebut dilaksanakan ke kota Yogyakarta.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX menganalisa dan menyusun rancangan untuk bergerak di Yogyakarta. Analisa Hamengkubuwono IX dengan
memerintahkan Jenderal Sudirman untuk melakukan Serangan Umum berdasarkan atas beberapa hal :
1 Pendapat Belanda yang mengatakan bahwa pemerintah RI telah “hilang”semenjak Sukarno dan Hatta diasingkan.
2 Anggapan bahwa TNI sudah sangat lemah. 3 Anggapan TNI tidak dapat lagi menjadi benteng penjaga negara dan
pemerintah karena kekacauan terjadi dimana-mana. Kemiskinan ekonomi dan sosial mengakibatkan pemerintah dianggap gagal
mengelola pemerintahan dan rakyat. Belanda menghimbau agar dunia internasional untuk tidak menghiraukan keberadaan RI lagi.
Berdasarkan hal tersebut serangan umum dilaksanakan atas perenungan dan hasil analisa seorang Sultan bukan pemimpin pasukan biasa seperti
dalam film serangan fajar.
h. Perundingan Roem-Royen
Penyelesaian konfik pasca Agresi Militer Belanda II ditempuh dengan keterlibatan kembali PBB. PBB membentuk United Nations Comission for
Indonesia UNCI atau komisi untuk Indonesia, yang diketuai oleh Merle Cochran
dari Amerika Serikat. Pihak Indonesia diwakili Muhammad Roem, sementara Belanda diwakili Dr. Van Royen. Perundingan itu sendiri
dilaksanakan tanggal 7 Mei 1949. Dalam perundingan ini tidak ada kata sepakat dari kedua belah pihak. Masing-masing tetap mempertahankan
keinginannya, sehingga dalam kesempatan perundingan itu hanya dibacakan keputusan dari kedua belah pihak.
Pernyataan dari pihak Indonesia : 1 Sukarno dan Muhammad Hatta harus dikembalikan ke Yogyakarta
2 Indonesia bersedia mengadakan penghentian tembak menembak. 3 Bersedia mengikuti Konferensi Meja Bundar KMB setelah
pengembalian pemerintahan RI ke Yogyakarta. 4 Bersedia untuk melakukan kerja sama dalam memulihkan perdamaian
dan ketertiban hukum. Pernyataan dari pihak Belanda :
1. Menghentikan gerakan militer dan membebaskan tahanan politik. 2. Menyetujui kembalinya pemerintahan RI ke Yogyakarta.
153 3. Menyetujui RI sebagai bagian dari negara Indonesia Serikat.
4. Berupaya untuk menyelenggarakan KMB. Sebagai tindak lanjut dari perundingan Roem-Royen, maka pada tanggal 6
Juli 1949 Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta beserta pimpinan nasional lainnya dikembalikan ke Yogyakarta. Kedatangan mereka
ke Yogyakarta berada di bawah jaminan Sultan Hamengkubuwono IX.
i. Konferensi Meja Bundar KMB