Penumpasan Gerakan 30 September Percobaan Demokrasi 1950 -1957

179 a. Pendidikan biasa pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi; b. Pendidikan khusus; c. Pendidikan luar biasa; d. Pendidikan kemasyarakatan dan e. Pendidikan di luar hubungan sekolah. Kesulitan ekonomi yang dialami para pegawai negeri khususnya para guru juga telah dimanfaatkan oleh PKI melalui organisasi guru, Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI. Organisasi itu dalam kongresnya yang ke-9 pada bulan Oktober 1959 telah mendwifungsikan dirinya sebagai serikat sekerja dan profesi guru. Dengan begitu PGRI telah memudahkan jalan bagi PKI untuk masuk dalam tubuh organisasi serikat sekerja dan mempengaruhinya untuk mensukseskan Plan Empat Tahun Peta PKI. Memasuki tahun 1960-an, PKI mulai melakukan infltrasi untuk menguasai organisasi profesi guru, PGRI. Meskipun Ketua Umum PGRI, Subiadinata menolak terhadap usaha-usaha yang dilakukan PKI, tetapi kebijakan ketua umum itu ditentang oleh sebagian pengurus PGRI lainnya antara lain Soebandri. Selanjutnya dalam kongres PGRI ke-10 yang dilakukan di Gelanggang Olah Raga Bung Karno tahun 1962, Soebandri dan kawan-kawan kembali melakukan politik adu domba. Bahkan kali ini mereka memfitnah Ketua Umum PGRI, Subiadinata, dengan mengatakan bahwa ketua umum anti Manipol, anti revolusi. PKI yang telah berhasil menunjuk Soebandri sebagai ketua umum dalam pemilihan Pengurus Besar PGRI ternyata tidak berhasil menggeser kedudukan Subiadinata sebagai ketua umum, karena dalam kongres ke- 10 itu Subiadinata kembali terpilih sebagai Ketua Umum PGRI. Terpengaruh oleh suasana kongres itu, akhirnya kongres menyepakati untuk memasukkan PancasilaManipol Usdek sebagai dasar PGRI.

b. Penumpasan Gerakan 30 September

Dalam situasi yang tidak menentu itu, pimpinan Angkatan Darat diambil alih oleh Panglima Kostrad Mayor Jenderal Soeharto. la melakukan konsolidasi pasukan-pasukan TNI yang masih setia kepada pemerintah. Di antaranya adalah RPKAD sekarang Kopasus di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo. Dengan kekuatan ini, Mayor Jenderal Soeharto melakukan serangkaian operasi penumpasan G 30 SPKI. Setelah merebut kembali stasiun RRI, Mayor Jenderal Soeharto selaku pemangku jabatan Panglima AD pada 1 Oktober 1965 jam20.00 mengeluarkan pengumuman sebagai berikut: 1 Telah ada kerja sama dan saling mengerti yang bulat dan penuh antara Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Kepolisian menumpas gerakan 30 September. 2 Gerakan 30 September dan orang-orangnya adalah kontrarevolusioner 3 Gerakan 30 September telah mengadakan coup dan mengambil alih 180 kekuasan negara dari tangan presiden. 4 Gerakan 30 September telah mengadakan penculikan terhadap beberapa perwira tinggi ABRI. 5 Masyarakat diharapkan tenang dan tetap waspada. Pidato yang disampaikan Mayjen Soeharto pada 1 Oktober 1965 itu besar artinya bagi rakyat. Rakyat Indonesia sejak itu dapat memastikan bahwa sebelumnya telah terjadi suatu perebutan kekuasaan oleh Letkol Untung dengan pasukannya. Lebih lanjut Mayjen Soeharto menyampaikan bahwa Presiden Soekarno dan Jenderal A. H. Nasution dalam keadaan sehat dan situasi Jakarta telah dikendalikan. Langkah selanjutnya Mayjen Soeharto memerintahkan satuan RPKAD dan Batalyon 328Kujang Siliwangi merebut Pangkalan Udara Halim yang diduga sebagai pusat G 30 SPKI. Pasukan TNI AD dengan cepat menguasai keadaan. Seluruh pangkalan udara Halim Perdana Kusumah dapat diduduki pasukan pemerintah pada 2 Oktober jam 12.00 siang. Pada tanggal 3 Oktober 1965, jenazah para korban G 30 SPKI ditemukan dalam sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya Jakarta Timur. Penemuan ini didasarkan pada laporan seorang anggota polisi lalu lintas yang juga ditangkap kaum pemberontak ketika sedang berpatroli. Nama polisi tersebut ialah Sukitman. Jenazah-jenazah korban baru dapat diangkat pada tanggal 4 Oktober 1965. Jenazah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Berdasarkan informasi dan bukti-bukti yang dikumpulkan, ABRI dan masyarakat menyimpulkan bahwa dibalik Gerakan 30 September ini terdapat keterlibatan PKI. Maka dimulailah operasi pengejaran terhadap anggota- anggota PKI. Dalam suatu operasi pengejaran di Tegal, Kolonel Untung Sutopo berhasil ditangkap. Sementara, D.N. Aidit ditembak mati di daerah Boyolali. Para tokoh PKI yang tertangkap kemudian diadili. Di antaranya ada yang dihukum mati. Lainnya ada yang dipenjarakan di Jakarta dan di Pulau Buru, Maluku. Berita tentang keterlibatan PKI menimbulkan kemarahan rakyat. Berbagai aksi dan forum digelar untuk menuntut pembubaran partai ini. Di antaranya yang terkenal adalah Forum Pancasila dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia.

c. Soekarno Pasca Gerakan 30 September