Perkembangan Ekonomi Masa Orde Baru

185 5 Peristiwa Santa Cruz 1994. Peristiwa ini diawali oleh terbunuhnya aktivis mahasiswa Sebastiano Gomez. Saat berlangsung upacara pemakaman, terjadi aksi provokasi ke aparat keamanan dengan spanduk dan teriakan bernada separatisme. Akibatnya aparat yang lepas kontrol melakukan penembakan ke arah kerumunan massa yang mengakibatkan 271 orang tewas, 382 terluka, dan 250 menghilang. 6 Peristiwa 27 Juli 1996. Peristiwa ini dilatarbelakangi konfik antara elit politik Partai Demokrasi Indonesia PDI, yaitu antara kubu Megawati dan Soerjadi. Kubu Soerjadi yang didukung pemerintah melakukan aksi penyerbuan dan pendudukan terhadap kantor PDI di Jalan Diponegoro yang dikuasai kelompok Megawati. Akibat aksi penyerbuan tersebut, kantor PDI hancur dan memicu terjadinya kerusuhan di daerah Jakarta. Pemerintah Orde Baru menyebut peristiwa 27 Juli ini adalah aksi yang dilakukan Partai Rakyat Demokratik PRD.

c. Perkembangan Ekonomi Masa Orde Baru

Pemerintah Orde Baru berusaha menyelamatkan ekonomi nasional dengan melakukan stabilisasi ekonomi. Tujuannya untuk mengendalikan inflasi agar harga-harga khususnya kebutuhan pokok tidak meningkat terus. Perlu diketahui pada awal tahun 1966 tingkat inflasi mencapai 650 dengan jumlah hutang luar negeri sebanyak 2,3 milyar dolar dan 1,7 milyar hutang sebelumnya yang jatuh tempo pada tahun 1967. Untuk membangun perekonomian Indonesia, MPRS mengeluarkan ketetapan No. XXIIIMPRS1966 tentang Pembaharuan Kebijakan Landasan Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan. Dengan dasar TAP MPRS tersebut pemerintah mengadakan pembaharuan landasan ekonomi dari ekonomi terpimpin ke arah demokrasi ekonomi. Sejak bulan Oktober 1967 hingga pertengahan tahun 1968 pemerintah telah menertibkan keuangan negara yang dipusatkan pada deferred payment khusus, kredit dari dana revolusi, cadangan nasional, pampasan perang Jepang, PN-PN dan PT-PT. Hasilnya adalah mengembalikan uang negara sebanyak US 9.571.586.33, Yen 145.381.442 dan Rp. 494.947.761,37, emas seberat 1.005.403 kg dan perak seberat 100 kg. Untuk memulihkan perekonomian negara, langkah-langkah yang dilakukan pemerintah meliputi : 1 Penyesuaian pengeluaran negara dengan pendapatan sehingga terdapat keseimbangan antara pengeluaran dengan penerimaan 2 Penundaan pembayaran hutang-hutang dari luar negeri dan berusaha memperoleh kredit baru 3 Pengendoran peraturan dan penguasaan pemerintah atas kegiatan perdagangan terutama masalah harga, tarif dan subsidi. 4 Penyederhanaan dan penertiban aparatur negara. 186 Negara-negara kreditor seperti Jepang, Perancis, Inggris, Italia, Jerman Barat, Belanda dan Amerika Serikat setelah mengadakan perundingan di Tokyo Tokyo Club kemudian Paris Paris Club menyetujui tentang : 1 Hutang-hutang Indonesia yang seharusnya dibayar dalam tahun 1968 ditunda hingga tahun 1972 – 1978. 2 Hutang-hutang yang seharusnya dibayar tahun 1969 dan 1970 dipertimbangan untuk juga ditunda pembayarannya dengan syarat- syarat yang sama lunaknya dengan lunaknya hutang tahun 1968. 3 Selanjutnya di Amsterdam pada tanggal 23-24 Februari 1967 beberapa negara maju mengadakan pertemuan untuk membicarakan masalah pemberian bantuan pinjaman kepada Indonesia. Pertemuan pertama yang kemudian dikenal sebagai Inter Govermental Group for Indonesia IGGI sepakat memberi bantuan sebesar 325 juta dollar AS kepada Indonesia. 4 Untuk mempercepat usaha stabilitas ekonomi dan pertumbuhannya pada tanggal 15 Juni 1968 keluar Kepres No. 195 th. 1968, tujuannya membentuk tim ahli ekonomi yang bertugas mengikuti perkembangan ekonomi dan menggunakan pertimbangan- pertimbangan mengenai masalah ekonomi kepada Presiden. Tim ahli ekonomi tersebut terdiri dari Prof. Dr. Wijoyo Nitisastro, Prof. Dr. Ali Wardana, Prof. Dr. Sumitro Joyo Hadikusumo, Drs. Radius Prawiro, Prof. Dr. Ir. Moh. Sadli, Dr. Emil Salim, Drs. Frans Seda, dan Prof. Dr. Subroto. 5 Secara keseluruhan sejak dicanangkannya Pelita I 1969 hingga Pelita V 1994 di bawah pemerintahan Orde Baru secara ekonomis Indonesia mengalami kemajuan secara nyata. Sasaran pertumbuhan ekonomi adalah mencapai keseimbangan antara sektor pertanian dengan sektor industri serta untuk terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat. Bahkan pendapatan per kapita naik lebih dari sepuluh kali lipat dalam jangka 25 tahun tersebut. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan perekonomian dalam 25 tahun pemerintahan Orde Baru dapat dilihat dalam data berikut : Tabel 25. Pertumbuhan perekonomian dalam 25 tahun pemerintahan Orde Baru No. Sektor Tahun 1969 Tahun 199495 1. Pendapatan per capita US 70 US 800 2. Penerimaan Dalam Negeri Rp. 149,7 milyar Rp. 52,8 trilyun 3. Tabungan Pemerintah Rp. 27,2 milyar Rp. 15,7 trilyun 4. Dana Pembangunan Rp. 57,9 milyar Rp. 25,2 trilyun 5. Dana Perbankan Rp. 76.6 milyar Rp. 141,9 trilyun 187 6. Nilai Ekspor US 872 juta US 37,2 milyar 7. Nilai Impor US 831 juta US 29,2 milyar 8. Penanaman Modal Swasta US 65 juta US 6,7 milyar 9. Penanaman Modal Asing US 10 juta US 2,0 milyar 10. Pinjaman Luar Negeri US 266 juta US 5,9 milyar 11. Laju Infasi 650 9,5 12. Sumbangan Industri PDB 9,2 21 13. Sumbangan Pertanian 49,3 19,2 14. Jumlah Penduduk Miskin 60 15 15. Pertambahan Penduduk 3 1,8 16. Angka Buta Huruf 40 14 17. Harapan Hidup 41 tahun 69 tahun 18. Produksi Beras 2,13 ton Ha 4,35 ton Ha Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian yang demikian pesat karena pemerintah Orde Baru memberlakukan kebijakan dalam pembangunan yang dilandaskan pada pandangan pragmatisme, dengan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama melalui penerapan kebijakan yang berorientasi pada sistim pasar. Dalam kondisi pemerintahan yang masih bergaya paternalistik-nasionalistik, akhirnya dalam pelaksanaannya banyak menimbulkan pro dan kontra. Meskipun derap pembangunan dijabarkan untuk menjangkau kehidupan rakyat banyak. Namun dalam pengembangan dunia bisnis condong memberikan fasilitas khusus dalam kelompok tertentu sehingga terjadi KKN korupsi, kolusi dan nepotisme seperti dengan adanya kelompok cukong, kelompok keluarga dan kelompok yang berafliasi dengan kekuasaan. Adapun untuk menerapkan sistem kebijakan ekonomi di atas, Orde Baru membuat langkah-langkah pembangunan dalam jangka waktu lima tahun yang biasa disebut dengan istilah Pelita. Kebijakan Pelita merupakan langkah pembangunan yang tersusun dan terencana dengan sasaran dan tujuan yang jelas. Mengenai sasaran masing-masing pelita adalah sebagai berikut: 1 Pelita I 1 April 1969-31 Maret 1974, sektor pertanian dan industri menitikberatkan pada industri yang mendukung sektor pertanian 188 2 Pelita II 1 April 1969-31 Maret 1974, sektor pertanian dan industri menitikberatkan pada industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku 3 Pelita III1 April 1969-31 Maret 1974, sektor pertanian dan industri menitikberatkan pada industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi 4 Pelita IV1 April 1969-31 Maret 1974, sektor pertanian dan industri menitikberatkan pada industri yang menghasilkan mesin-mesin industri, baik industri ringan maupun berat 5 Pelita V1 April 1969-31 Maret 1974, sektor pertanian dan industri diprogramkan untuk dapat menghasilkan barang eksport industri yang menyerap banyak tenaga kerja, industri yang mampu mengolah hasil pertanian dan swasembada pangan dan industri yang dapat menghasilkan barang-barang industry 6 Pelita VI 1 April 1969-31 Maret 1974, sektor pertanian dan industri menitikberatkan pada pembangunan industri nasional yang mengarah pada penguatan dan pendalaman struktur industri didukung kemampuan teknologi yang makin meningkat. Kebijakan Pelita, memiliki nilai positif dan negatif dalam proses peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi obyektif berikut: 1 Meningkatnya pendapatan per kapita penduduk Indonesia, baik yang tinggal diperkotaan maupun pedesaan. Pada 1982, Bank Dunia sudah menggolongkan Indonesia kepada negara yang berpenghasilan menengah karena berpendapatan sekitar 600 dolar AStahun meninggalkan kategori negara miskin. Penggolongan ini tentu saja menggembirakan pemerintahan Orde Baru dan dijadikan sebagai komoditi politik bahwa pembangunan telah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Apalagi peningkatan pendapatan juga diikuti laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat rata-rata 7 setiap tahunnya. Namun, peningkatan pendapatan tersebut tidak diikuti dengan pemerataan pendapatan penduduk. 2 Meningkatnya produksi pangan di Indonesia, sehingga pada 1986 Indonesia dikategorikan oleh FAO Food and Agricuture Organization sebagai negara yang paling berhasil meningkatkan swasembada. Pada waktu itu, impor beras juga nol persen. Namun, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan, impor bahan pangan tetap saja dilakukan karena kemampuan para petani untuk meningkatkan produktivitas pangan masih terbatas. 3 Meningkatnya berbagai saran yang menunjang tercapainya kesejahteraan penduduk. Misalnya, sarana pendidikan serta kesempatan menikmati pendidikan semakin meningkat. Melalui program wajib belajar, pemerintah mengeluarkan Intruksi Presiden Inpres berupa penyediaan dana yang cukup banyak untuk membangun sarana pendidikan terutama pendidikan dasar. Melalui program ini, 189 tingkat melek huruf semakin meningkat. Pada 1961 tingkat melek huruf hanya 46,7 dan kemudian meningkat menjadi 60 pada 1971, 72 pada 1981 dan menjadi 90 pada tahun 1990-an. 4 Pada masa Orde baru, Indonesia mengalami stabilitas ekonomi yang baik, dimana angka infasi selalu berada di bawah 10. Stabilitas ekonomi ini memungkinkan tumbuh dan berkembangnya dunia usaha di Indonesia. Angka harapan usia hidup juga meningkat dan menandakan meningkatnya kesejahteraan. 5 Jumlah penduduk dapat dikendalikan setiap tahun dengan rata-rata kurang dari 2. Hal ini dapat terjadi karena pemerintah melaksanakan program keluarga Berencana KB. 6 Keberhasilan dan peningkatan pembangunan di atas harus dibayar mahal dengan terjadinya kerusakan lingkungan hidup diberbagai daerah. Di hutan-hutan berbagai daerah, terjadi pembalakan liar yang berakibat kepada longsor, banjir dan hancurnya eko sistem. Sebaliknya dikota-kota, pemukiman semakin padat serta polusi sebagai akibat industrialisasi semakin parah.

d. Revolusi Hijau