104
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode cooperative learning
tipe TGT ini diimplematasikan atau diterapkan pada kelas X Akuntansi 2 SMK Putra Tama Bantul dengan jumlah siswa sebanyak 24
orang. Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas ini, peneliti telah melakukan observasi serta wawancara secara lisan dengan guru mitra peneliti
yaitu guru Akuntansi kelas X AK 2 dan beberapa siswa sebagai perwakilan dari siswa-siswa lainnya
untuk mengatahui kondisi awal kegiatan
pembelajaran di kelas X AK 2 dan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa terhadap pembelajaran akuntansi. Observasi awal yang dilakukan peneliti
membutuhkan waktu 4 x 45 menit, hal ini disesuaikan dengan jam untuk mata pelajaran akuntansi yang dilakukan dalam waktu 4 x 45 menit setiap
pertemuannya. Untuk pelaksanaan atau implementasi metode cooperative learning
tipe TGT pada kelas X AK 2 ini, peneliti juga membutuhkan waktu 4 x 45 menit setiap siklusnya atau empat jam pelajaran setiap siklus. Berikut
ini adalah uraian hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai pendahuluan penerapan atau implemantasi metode pembelajaran cooperative
learning tipe TGT pada masing-masing siklus.
1. Observasi Pendahuluan Observasi pendahuluan atau observasi sebelum penerapan metode
pembelajaran cooperative learning tipe TGT ini dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Maret 2013 pada jam pertama sampai dengan jam ke empat
yaitu dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00. Guru mitra yang membantu peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas ini ada Ibu Dra.
Zita Trimurdani sebagai guru bidang studi Akuntansi. Berdasarkan observasi yang dilakukan jumlah siswa kelas X AK 2 pada tahun pelajaran
2012-2013 ini adalah sebanyak 24 siswa. Saat obervasi pendahuluan dilaksanakan materi yang dipelajari pada saat itu adalah Mutasi Dana Kas
Kecil dengan standar kompetensi memproses dokumen dana kas di bank. Berikut ini adalah uraian hasil observasi terhadap guru, siswa, dan kelas.
a. Observasi Guru observising teacher
Pada kegiatan awal pembelajaran guru membuka pelajaran dengan berdoa lalu mengucapkan salam dan melakukan absensi. Di
awal pembelajaran ini guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sehingga akan menimbulkan keberhasilan untuk
mencapai sasaran tersebut. Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi dengan mengulang kembali materi yang sebelumnya telah
dipelajari oleh siswa. Kegiatan apersepsi ini dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk merangsang siswa dalam menyiapkan materi
yang akan dipelajari. Selain itu, kegiatan apersepsi ini juga dapat melihat kesiapan siswa untuk memulai materi yang akan dipelajari
pada saat itu. Saat pembelajaran berlangsung guru selalu memberikan contoh-contoh yang nyata dengan tujuan agar mudah dipahami oleh
siswa. Guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual yaitu metode ceramah dan tanya jawab.
Pada umumnya pertanyaan yang diajukan oleh guru mengarah kepada seluruh siswa walaupun terkadang beberapa kali guru mengajukan
pertanyaan untuk siswa secara personal. Pertanyaan yang diajukan oleh guru pada dasarnya ditanggapi dengan baik oleh siswa namun
hanya beberapa saja tidak semua siswa menjawab apa yang ditanyakan oleh guru. Terlihat saat obesrvasi ada beberapa siswa yang
hanya diam, melamun, bermain HP, berbicara dengan teman sebangkunya. Kondisi ini mengartikan siswa-siswa cenderung pasif
saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan guru kurang menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa
kurang termotivasi untuk melakukan pembelajaran. Namun, sikap guru yang serius dan tegas mempengaruhi siswa untuk menanggapi
pembelajaran yang dilakukan walaupun hanya beberapa saja yang menanggapi. Pembelajaran berlangsung selama empat jam hanya
dengan metode ceramah dan tanya jawab. Selanjutnya pada tahap akhir pembelajaran guru memberikan
kesimpulan terhadap pembelajaran yang baru saja disampaikan serta memberikan motivasi terhadap siswa dan memberikan tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa di rumah. Sebelum guru menutup
pelajaran guru sempat menyampaikan kepada siswa bahwa siswa kurang memiliki motivasi untuk mengikuti pelajaran. Hal itu terlihat
saat guru mengajukan beberapa pertanyaan hanya beberapa siswa yang menanggapi sedangkan yang siswa lain hanya diam dan sibuk
dengan dirinya sendiri.
Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran
No Deskripsi
Ya Tidak
Keterangan 1
Guru membuka pelajaran √
Memberi salam dan mengabsen siswa
2 Guru memeriksa
kesiapan siswa √
3 Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran √
4 Guru melakukan
apersepsi √
5 Guru menggunakan
metode pembelajaran yang bervariasi
√ Penjelasan
menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab
6 Guru menggunakan
media pembelajaran √
Media yang digunakan papan
tulis 7
Guru sering bertanya kepada siswa
√ 8
Pertanyaan guru diajukan ke perorangan
√ 9
Pertanyaan guru diajukan ke kelas
√ 10
Guru memanfaatkan penguatan
√ Menegur siswa
yang tidak fokus terhadap materi
11 Guru memberi tugas
rumah √
12 Sikap guru serius
√ 13
Sikap guru santai √
14 Guru membuat
rangkumankesimpulan pelajaran
√ 15
Guru memberikan √
evaluasi materi 16
Guru menutup pelajaran √
b. Observasi Siswa observising student
Saat guru memasuki kelas untuk memulai pembelajaran terlihat semua siswa siap mengikuti pelajaran dengan mempersiapkan buku-
buku serta mempersiapkan diri. Siswa terlihat tenang saat akan memulai pelajaran. Selanjutnya, guru membuka pelajaran dengan
menyampaikan tujuan serta materi yang akan dipelajari pada hari itu. Saat guru mulai menjelaskan materi terlihat semua siswa
memperhatikan dengan baik apa yang sedang dijelaskan oleh guru. Suasana kelas tenang membuat siswa dapat fokus dalam
mendengarkan penjelasan materi dari guru. Di tengah-tengah
penjelasan materi guru selalu mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa dan di saat seperti itu terlihat bahwa siswa memperhatikan
dengan baik saat guru menjelaskan namun siswa tidak paham apa yang guru jelaskan karena peneliti menduga bahwa pikiran siswa tidak
untuk pelajaran pada saat itu. Saat guru mengajukan pertanyaan hanya empat siswa yang menanggapi pertanyaan dari guru sedangkan siswa
lain hanya diam. Dalam proses pembelajaran ada beberapa siswa yang mencatat
hal-hal penting namun ada juga beberapa siswa yang sibuk dengan kegiatannya sendiri. Saat terlihat oleh guru ada siswa yang hanya
tidur-tiduran di kelas guru langsung mengajukan pertanyaan kepada
siswa tersebut tujuannya agar siswa tersebut kembali fokus kepada pelajaran dan dapat mengubah duduknya untuk tegak. Peneliti
menduga kondisi siswa seperti itu dikarenakan siswa merasa bosan dan jenuh terhadap kegiatan pembelajaran dan dapat dikarenakan juga
siswa tidak memahami atau tidak mengerti apa yang sedang dipelajari pada hari itu. Sifat guru yang cenderung tegas dan serius seharusnya
bisa membuat siswa memperhatikan dengan baik penjelasan dari guru dan mau menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru. Kondisi
seperti ini dapat menggangu siswa lain yang berniat dan serius untuk mengikuti kegiatan pembelajaran pada hari itu. Rangkaian kegiatan
siswa di kelas tersebut selama proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran
No Deskripsi
Ya Tidak
Keterangan 1
Siswa siap mengikuti pembelajaran
√ Saat guru
memasuki kelas suasana kelas
kondusif
2 Menyiapkan materi
Mutasi Dana Kas Kecil √
Terlihat siswa sudah membuka
buku dengan materi yang akan dibahas
3 Siswa memperhatikan
penjelasan guru √
Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru, namum tidak
semua siswa benar- benar fokus
mempehatikan
4 Siswa menanggapi
pembahasan pembelajaran
√ Hanya 4 siswa yang
memberikan tanggapan
5 Siswa mencatat hal-hal
penting √
Hanya 6 siswa yang mencatata materi
yang disampaikan guru
6 Siswa mengerjakan tugas
dengan baik √
Guru tidak memberikan tugas
7 Siswa mendapat teguran
dari guru √
8 Siswa aktif dalam proses
pembelajaran √
Siswa cenderung pasif dalam kelas
9 Siswa menjawab
pertanyaan √
Terlihat hanya beberapa saja yang
menjawab pertanyaan dari
guru
10 Siswa mendapat
penghargaan dari guru baik vernal maupun non
verbal √
Selain melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan siswa, peneliti juga menggunakan instrumen kuesioner untuk
mengukur tingkat motivasi siswa sebelum menerapkan atau mengimplementasikan
tindakan based-line
serta melakukan
pengamatan terhadap motivasi siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk mengtahui tingkat motivasi siswa pra
implementasi tindakan, peneliti menggunakan kuesioner untuk mengetahui tercapai atau tidaknya indikator yang terdiri dari 20
pertanyaan. Hasil kuesioner pra implementasi tindakan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.3 Analisis Motivasi Siswa Pra-Implementasi Based-Line
No Interval
Frek. Frek. Relatif
Iterpretasi 1
69-80 Sangat Tinggi
2 60-68
7 29.17
Tinggi 3
54-59 12
50 Sedang
4 48-53
5 20.83
Rendah 5
20-47 Sangat Rendah
Total 24
100 Hasil perhitungan pengkategorian dapat dilihat pada tabel 5.3
dari data tersebut dapat terlihat bahwa persentase siswa yang memiliki tingkat motivasi sangat tinggi adalah 0, persentase siswa yang
memiliki tingkat motivasi tingggi adalah 29.17, persentase siswa yang memiliki tingkat motivasi sedang adalah 50, persentase siswa
yang memiliki tingkat motivsi rendah adalah 20.83, dan persentase siswa yang memiliki tingkat motivasi sangat rendah adalah 0.
Berdasarkan analisis motivasi siswa pra-implementasi tindakan ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa tingkat motivasinya
sedang yaitu sebanyak 12 siswa dengan persentase 50. Hal ini juga didukung dengan hasil perhitungan nilai mean yaitu 58 ; median yaitu
58 ; dan modus yaitu 58. Selain menggunakan kuesioner untuk melihat tingkat motivasi
siswa, peneliti juga melakukan pengamatan secara langsung untuk melihat keadaan nyata tingkat motivsi siswa selama melakukan
kegiatan proses pembelajaran. Kuesioner saja dirasa belum dapat memperlihatkan kondisi secara nyata tingkat motivasi siswa untuk
belajar akuntansi. Pengamatan motivasi siswa di kelas dilakukan bersamaan dengan melakukan observasi untuk pra implementasi
tindakan. Berikut ini adalah hasil pengematan motivasi siswa selama proses kegiatan pembelajaran pra-implementasi tindakan.
Tabel 5.4 Hasil Pengamatan Motivasi Siswa Di Kelas Pra-
Implemnetasi Tindakan
No Deskripsi
Persentase Keterangan
1 Siswa menjawab
pertanyaan dari guru 16
Hanya 4 siswa yang menjawab
pertanyaan dari guru, siswa kurang
mampu menjawab pertanyaan dari
guru
2 Siswa aktif dalam kegiatan
kelompok Guru tidak
memberikan tugas baik tugas individu
ataupun kelompok
3 Siswa membatu teman lain
saat mengalami kesulitan Guru tidak
memberikan tugas baik tugas individu
ataupun kelompok
4 Siswa antusias saat
mendapat giliran mengerjakan soal di depan
kelas Guru tidak
memberikan tugas baik tugas individu
ataupun kelompok
5 Siswa fokus bekerjasama
dalam kelompok Guru tidak
memberikan tugas baik tugas individu
ataupun kelompok
6 Siswa bersemangat dalam
melakukan kegiatan kelompok
Guru tidak memberikan tugas
baik tugas individu ataupun kelompok
7 Siswa tidak membicarakan
hal lain diluar tugas Guru tidak
memberikan tugas baik tugas individu
ataupun kelompok
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa siswa yang
menjawab pertanyaan dari guru hanya 4 siswa atau 16, siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi sebanyak 0, siswa yang membantu
teman lain saat mengalami kesulitan sebanyak 0, siswa antusias mendapat giliran mengerjakan soal di depan kelas sebanyak 0, siswa
yang fokus bekerjasama dalam kelompok sebanyak 0, siswa bersemangat dalam kegiatan kelompok sebanyak 0, siswa tidak
membicarakan hal lain diluar tugas sebanyak 0. Karena pada saat melakukan pengamatan tersebut guru tidak memberikan tugas kepada
siswa dan tidak ada kegiatan diskusi, oleh karena itu pengamatan motivasi yang berhubungan dengan kegiatan diskusi atau pengerjaan
tugas tingkat motivasi siswa untuk kegiatan diskusi persentasenya 0. Pengamatan motivasi yang dilakukan oleh peneliti secara nyata dapat
melihat permasalahan yang sebenarnya terjadi saat kegiatan proses pembelajaran berlangsung.
c. Observasi Kelas observising class
Secara fisik ruang kelas sudah cukup nyaman untuk berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar. Di dalam kelas
terdapat 1 papan tulis, 1 buku untuk mengetahui proses kemajuan setiap mata pelajaran, 1 meja dan 1 kursi untuk guru, dan meja kursi
yang digunakan oleh siswa sebanyak 24 orang. Ventilasi yang sangat cukup terdapat di ruang kelas tersebut karena ruang kelas tersebut
cukup terbuka dan ruangan kelas bersih dan rapi dari sampah sehingga kondisi tersebut dapat mendukung proses pembelajaran. Namun
karena kondisi ruangan yang agak terbuka dengan tembok yang menutupi kelas tidak tertutup semua sehingga terkadang siswa
terganggu dengan keramain yang berada di luar kelas dan membuat kegiatan proses pembelajaran kurang kondusif. Kondisi yang kondusif
dapat terjaga oleh siswa sampai dengan akhir pelajaran tetapi saat di pertengahan proses pembelajaran terlihat beberapa siswa tidak fokus
pada pembelajaran Namun, guru tetap menegur setiap siswa yang melakukan hal-hal yang dapat mengganggu
kegiatan proses pembelajaran karena semua siswa memiliki keistimewaan yang sama.
Hal ini dikarenakan siswa mulai bosan dengan metode pembelajaran yang guru gunakan dalam kegiatan proses pembelajaran karena siswa
hanya mendengarkan dan mencatat tetapi siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas baik individu ataupun
kelompok. Siswa cenderung pasif sehingga saat guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya atau berpendapat tidak ada siswa
yang menggunakan kesempatan itu hanya 5 siswa yang menggunakan kesempatan tersebut untuk bertanya hal yang dianggap kurang paham
oleh siswa tersebut. Tidak ada kegiatan yang menarik dalam proses pembelajaran saat itu yang dapat membangkitkan motivasi siswa
untuk belajar. Pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas dan penguatan terhadap siswa agar dipertemuan berikutnya siswa dapat
lebih bersemangat dalam belajar serta guru juga memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran yang dilakukan pada hari itu.
Rangkaian hasil observasi kondisi kelas dalam proses pembelajaran pra-implementasi tindakan dapat dilihat pada tebel berikut ini.
Tabel 5.5 Hasil Observasi Kondisi Kelas Dalam Proses Pembelajaran
No Deskripsi
Ya Tidak
Catatan 1
Fasilitas di
dalam kelas
mendukung proses pembelajaran √
Terdapat papan tulis dan meja
kursi untuk siswa
mencukupi
2 Kondisi kelas mendukung proses pembelajaran
√ Sirkulasi udara
di dalam kelas cukup dan
penerangan juga
mencukupi, kondisi kelas
juga rapi dan bersih
3 Siswa membuat keributan atau
kegaduhan √
4 Siswa mengerjakan latihan soal
√ Tidak ada
tugas dari guru 5
Ada kelompok-kelompok
di dalam kelas yang menghambat
kegiatan pembelajaran. √
6 Siswa aktif bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan
√ Tidak ada
siswa yang bertanya saat
guru meberikan
kesempatan untuk bertanya
7 Adanya kegiatan yang menarik dalam proses pembelajaran
√ Guru hanya
menggunakan metode
ceramah atau tanya jawab
8 Adanya sumber belajar dalam
kelas yang mendukung proses pembelajaran
√ Siswa tidak
punya refrensi buku, siswa
hanya memiliki catatan
9 Kondisi kelas berjalan dengan baik selama pembelajaran.
√ Siswa mampu
menjaga suasana kelas
kondusif
Berdasarkan hasil observasi terhadap guru, siswa, dan kelas pra- implementasi tindakan berikut ini akan disajikan analisis situasi
pembelajaran dari hasil observasi yang telah dilaksanakan oleh peneliti. Selama proses pembelajaran berlangsung guru menggunakan
metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah merupakan metode yang paling sering sering digunakan oleh guru
untuk menyampaikan dan menjelaskan materi pembelajaran. Metode ceramah merupakan metode yang paling mudah dan paling praktis
saat digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Selain dianggap mudah metode ceramah juga menghemat waktu dan tenaga.
Dalam pelaksanaan menggunakan metode ceramah tidak banyak yang harus guru persiapkan sehingga metode ini akan lebih banyak
menghemat waktu dan lebih praktis. Sedangkan untuk metode tanya jawab merupakan metode yang digunakan guru untuk menstimulasi
siswa atau merangsang pengetahuan siswa terhadap materi pembelajaran. Kegiatan tanya jawab biasanya dilakukan oleh guru
ditengah-tengah penyampaian atau penjelasan materi hal itu dikarenakan agar siswa tetap fokus pada pembelajaran dan untuk
melihat sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dijelaskan. Metode tanya jawab ini dapat dijadikan pula
sebagai dasar bagi guru untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Biasanya guru mengaitkan materi dengan kehidupan
nyata yang terjadi di masyarakat sehingga dapat mempermudah siswa dalam memahami materi.
Pada dasarnya kedua metode tersebut sudah sangat baik apabila diterapkan dalam kegiatan proses belajar mengajar karena metode ini
akan lebih mengarah kepada guru untuk menjelaskan materi. Apabila penggunaan metode ini dilakukan secara rutin maka tidak akan ada
kegiatan yang menarik dalam kegiatan proses pembelajaran. Guru akan mendominasi peran dalam kegiatan belajar mengajar ini, guru
hanya menjelaskan dan menyampaikan materi serta melakukan tanya jawab terhadap siswa. Kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai
metode pembelajaran satu arah karena guru yang berperan dalam kegiatan pembelajaran dengan menjelaskan materi sedangkan siswa
hanya mencatat hal-hal yang dirasa perlu dan mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Namun sebenarnya metode
ceramah memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan komunikasi dua arah yaitu guru mengajukan pertanyaan kepada
seluruh siswa dan siswa diberikan kesempatan untuk menanggapi pertanyaan guru. Akan tetapi metode ini tidak setiap waktu dilakukan
secara terus menerus kepada siswa hanya saat tertentu yang dirasa
sesuai guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Saat melakukan observasi pendahuluan guru tidak memberikan tugas kepada siswa
untuk dikerjakan secara individu ataupun kelompok. Kurangnya variasi metode pembelajaran yang guru terapkan dalam kegiatan
proses pembelajaran menyebabkan kurangnya semangat untuk belajar dan berpendapat pada dirinya siswa, selain itu juga kurangnya
penghargaan oleh guru yang diberikan kepada siswa baik secara verbal maupun non verbal.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menemukan beberapa permasalahan pembelajaran salah satunya yaitu rendahnya motivasi
siswa dalam mengikuti kegiatan proses pembelajaran sehingga akan berdampak juga pada hasil belajar siswa.
Peneliti menduga berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan akar dari
permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran dipengaruhi karena kurangnya variasi metode pembelajaran yang diterapkan oleh
guru sehingga tidak ada kegiatan yang menarik yang mampu meningkatkan hasrat dan motivasi siswa dalam belajar.
Berdasarkan permasalahan tersebut, menurut peneliti alternatif untuk pemecahan masalah tersebut adalah dengan menciptakan
metode pembelajaran yang kreatif dan bervariasi sehingga siswa lebih dapat menikmati setiap proses dalam kegiatan pembelajaran sehingga
siswa memiliki motivasi dalam belajar akan berdampak pada hasil belajar siswa pula. Ada berbagai model pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran namun tidak semua model pembelajaran sesuai dengan materi sehingga diperlukan kreatifitas
bagi guru untuk menentukan model pembelajaran yang tepat dan menarik. Tidak hanya model pembelajaran yang dapat mendukung
meningkatnya motivasi siswa dalam belajar namun juga media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran juga akan mempengaruhi
hasrat siswa untuk belajar, misalnya dengan menggunakan berbagai alat yang digunakan untuk melakukan permainan dibuat semenarik
mungkin. Pemilihan metode pembelajaran juga harus memperhatikan kondisi kelas agar metode pembelajaran yang diterapkan tetap
menjaga situasi kelas kondusif. Melihat permasalahan di atas, peneliti bersama dengan guru
mitra berdiskusi untuk menerapkan suatu metode pembelajaran alternatif selain metode ceramah dan tanya jawab, yaitu dengan
menerapkan metode pembelajaran cooperative learning tipe teams games tournamen
TGT. Dalam metode ini ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu
pembagian kelompok, permainan, pertandingan, dan pemberiaan penghargaan kepada kelompok. Pada awal pembelajaran guru akan
menyampaikan dan menjelaskan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab. Saat guru menjelaskan siswa sudah memiliki handout
sebagai refrensi untuk belajar. Selanjutnya, siswa akan dibagi dalam 6 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Kelompok
dibentuk peneliti bersama dengan guru mitra karena guru mitra yang lebih tau sifat serta karakteristik setiap siswa. Setelah itu semua siswa
berkumpul dalam kelompoknya masing-masing dan guru meminta siswa mendiskusikan soal yang telah disiapkan bersama kelompoknya
masing-masing. Selanjutnya, siswa akan melakukan permainan dimana permainan tersebut sudah dirancang untuk membantu siswa
dalam memahami materi. Permaianan dilakukan bersama dengan kelompok. Jenis permainan tersebut adalah make a match, dimana
siswa bersama kelompoknya diminta untuk menjodohkan soal serta jawaban yang telah disediakan. Tahap selanjutnya setelah permainan
adalah pertandingan yaitu setiap kelompok bertanding untuk menjadi yang terbaik.
Jenis pertandingan tersebut adalah ranking 1. Pertandingan akan dilakukan secara individual untuk melihat
keterlibatan siswa saat melakukan diskusi dan permainan. Setiap individu yang menjadi peserta turnamen merupakan perwakilan
terhadap kelompoknya masing-masing sehingga setiap siswa dituntut untuk bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan kelompok.
Setelah melakukan pertandingan adalah pemberiaan penghargaan, skor yang dimiliki oleh setiap kelompok akan diakumulasikan dan
kelompok yang menjadi kelompok terbaik akan mendapatkan penghargaan. Dengan metode pembelajaran ini kegiatan belajar
mengajar berpusat kepada siswa sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pengawas selama proses pembelajaran berlangsung.
Hasil belajar siswa pra-implementasi tindakan peneliti melihat hasil ulangan siswa pada materi Kas Kecil, hasil belajar tersebut yang
akan menjadi dasar pembanding untuk melihat perubahan yang terjadi. Berikut ini adalah data hasil belajar siswa pra-implementasi
tindakan dengan materi Kas Kecil.
Tabel 5.6 Hasil Belajar Siswa Pra-implementasi Tindakan Pada
Materi Kas Kecil
No NIS
Nama Nilai
Ketuntasan Belajar
Tuntas Tidak
1 132
Aditya Wisnugraha 72
√ 2
038 Amanda Trias Dewanti
79 √
3 050
Anastasia Rita Rahayu 85
√ 4
125 Avelina Iva
75 √
5 128
Bernadeta Yanuariksa Dua Bapa
75 √
6 126
Bibiana Nona Lilianti Gela 75
√ 7
063 Brigita Nawang
Suryaningtyas 75
√ 8
003 Chisna Bramasta
72 √
9 036
Corina Widyaningrum 75
√ 10
0135 Daniel Budi Utomo
72 √
11 015
Eka Wahyuningsih 72
√ 12
127 Emanuel Fernando Gare
80 √
13 117
Emanuel Laka 72
√ 14
052 Fransisco Hutasoid S.
70 √
15 044
Fx. Joko Harsono 70
√ 16
110 Hendrikus Rangga
75 √
17 009
Inung Dwi Prasetyo 75
√ 18
023 Ira Ratnaningsih
80 √
19 029
Kristina Solikah 75
√ 20
115 Lilis Karlina Sute
72 √
21 123
Lusia Sere 75
√ 22
114 Maria Elisabeth Lisa
75 √
23 116
Maria Erviana Dei 79
√ 24
Lusi Legawati 72
√
Berdasarkan data hasil belajar siswa pra-implementasi tindakan yang peneliti dapatkan dari guru mitra, terlihat siswa yang mengalami
ketuntasan sebanyak 15 siswa atau 63 dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa atau 38. Nilai ketuntasan belajar untuk mata
pelajaran Akuntansi di SMK Putra Tama Bantul adalah 75 dan kriteria keberhasilan PTK adalah 70. Apabila jumlah siswa yang mendapat
nilai 75 tercapai minimal 70, maka pencapaian tersebut dikatakan memenuhi ktriteria dan tuntas. Dari data di atas jumlah siswa yang
mencapai KKM lebih kecil dari 70 maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa rendah dan belum tuntas.
Peneliti tertarik menggunakan metode pembelajaran cooperative learning
tipe TGT ini karena menurut peneliti metode ini dapat membantu siswa dalam memahami materi menyusun rekonsiliasi bank
dimana setiap tahap dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk bisa bertanggungjawab terhadap kelompok dan dirinya sendiri. Setiap
siswa dapat belajar menjadi teamwork yang baik dengan metode ini siswa dapat saling membantu temannya untuk memahami materi
sehingga seluruh siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Diakui metode
pembelajaran ini
memang terlihat
rumit karena
pelaksanaannya akan melalui tahapan-tahapan yang berbeda namun dengan segala keterbatasan yang ada peneliti meyakini metode ini
dapat diterapkan pada materi menyusun rekonsiliasi bank karena metode ini mengajarkan siswa untuk bertanggungjawab terhadap
dirinya dan kelompok, keberhasilan kelompok dipengaruhi oleh setiap individu atau siswa.
2. Siklus Pertama Siklus pertama ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal 14 Mei 2013
pada jam pertama sampai dengan jam ke empat yaitu pukul 07.00 – 10.00. Standar kompetensi pada siklus pertama ini adalah Memproses Dokumen
Dana Kas Di Bank, dengan kompetansi dasar yaitu Menyusun Rekonsiliasi Bank, dan indikator yang akan dicapai yaitu a menyiapkan data
pendukung rekonsiliasi bank, b mengidentifikasi bentuk-bentuk rekonsiliasi bank, dan c memahami jenis-jenis transaksi yang terdapat
dalam rekonsiliasi bank. Peserta pembelajaran untuk pelaksanaan
implementasi ini adalah siswa kelas X jurusan Akuntansi. Siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebanyak 24 siswa.
Metode yang akan diterapkan pada kegiatan proses pembelajaran ini adalah dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning
tipe TGT. Berikut ini disajikan uraian atau deskripsi tahap-tahap penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe TGT.
a. Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan yang berhubungan dengan pembelajaran cooperative learning tipe teams
games tournament, antara lain :
1 Peneliti bersama dengan guru pendamping menggali data awal
karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasarkan
kemampuan. Data tersebut akan digunakan untuk membagi siswa ke dalam kelompok yang sifatnya heterogen. Peneliti juga akan
mempersiapkan beberapa perangkat pembelajaran cooperative learning
tipe teams games tournament guna mendukung proses pembelajaran.
2 Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan
digunakan pada implementasi tindakan. Perangkat pembelajaran tersebut mencangkup : Rencana Pelaksanaan Pengajaran RPP,
Lembar Kerja Siswa LKS, meja turnamen, dan hadiah. Berikut ini disajikan uraian masing-masing perangkat pembelajaran :
a Menyusun Rencana Pelaksanaan Pengajaran RPP
Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pengajaran RPP sesuai dengan materi yang telah disepakati oleh peneliti
bersama dengan guru mitra. Setelag RPP telah selasai dibuat maka RPP diserahkan kepada guru mitra untuk dipelajari dan
untuk dikoreksi apabila ada kesalahan atau tidak sesuai dengan indikator yang akan dicapai. RPP yang dibuat peneliti
dengan materi Menyusun Rekonsiliasi Bank. Penyampain materi ini akan dilakukan 1 kali pertemuan yaitu 4 jam tatap
muka atau 4 x 45 menit. Selain menyusun RPP, peneliti juga menyiapakan soal-soal serta jawaban yang digunakan untuk
kegiatan proses pembelajaran dengan model pembelajaran TGT. Soal-soal tersebut disesuaikan dengan indikator yang
akan dicapai agar tujuan pembelajaran dapat sesuai. Tidak hanya soal-soal serta jawaban yang peneliti siapkan, peneliti
juga menyiapakan media pembelajaran yang akan digunakan saat pelaksanaan model pembelajaran TGT yaitu menyiapkan
lembar jawab untuk tahap permainan dengan menggunakan kertas manila berwarna putih, menyiapkan simbol-simbol
yang akan digunakan pada tahap pertandingan, menyiapakan kartu soal dan kartu jawaban yang akan digunakan pada tahap
permaianan, dan menyiapkan papan sebanyak 6 buah untuk pelaksanaan pertandingan.
b Materi persentasi
Untuk membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran, peneliti membuat handout dengan pokok bahasan menyusun
rekonsiliasi bank. Handout yang telah dibuat oleh peneliti diserahkan kepada guru mitra untuk diteliti, yang selanjutnya
handout tersebut dibagaikan kepada setiap kelompok dan
setiap anggota kelompok mendapatkannya. c
Membagi siswa dalam kelompok Hal yang harus sangat diperhatikan pada tahap perencanaan
selain RPP adalah pembagian kelompok. Pembagian kelompok harus diperhatikan dengan baik karena pembagian
kelompok ini akan menentukan keberhasilan kelompok pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran TGT. Dalam pembentukan kelompok ini peneliti bersama dengan guru mitra membagi siswa dalam
kelompok. Peneliti beranggapan bahwa guru mitra yang lebih tau dan lebih mengenal sifat serta karakteristik setiap siswa
sehingga kelompok yang akan dibentuk bersifat heterogen dan rata. Semua siswa memiliki keistimewaan yang sama
sehingga semua siswa tidak ada yang dipriorotaskan, pembagian kelompok tersebut merata. Siswa akan dibagi ke
dalam 6 kelompok, di mana setiap kelompok akan terdiri dari 4 siswa. Pembagian kelompok ini didasarkan pada tingkat
kemampuan siswa, jenis kelamin, serta karakteristik atau sifat siswa. Kriteria tersebut harus memenuhi di dalam setiap
kelompok sehingga dalam kelompok teman yang memiliki kemapuan lebih bisa membantu teman yang lain dan teman
yang malas bisa diingatkan oleh teman satu kelompoknya. Jadi, setiap kelompok terdiri atas siswa yang berkemampuan
tinggi, berkemampuan sedang, dan yang berkemampuam rendah. Berikut ini adalah daftar pembagian kelompok yang
sudah dibentuk peneliti bersama dengan guru mitra.
Tabel 5.7 Daftar Pembagian Kelompok
No Nama Siswa
Kelompok Keterangan
1 Aditya Wisnugraha
1 Merah
2 Bibiana Nona Lilianti
Gela 3
Brigita Nawang Suryaningtyas
4 Maria Erviana Dei
5 Anastasia Rita Rahayu
2 Kuning
6 Daniel Budi Utomo
7 Lilis Karlina Sute
8 Lusia Sere
9 Chisna Bramasta
3 Biru
10 Emanuel Fernando Gare
11 Kristina Solikah
12 Lusi Legawati
13 Amanda Trias Dewanti
4 Merah
Muda 14
Avelina Iva 15
Maria Elisabeth Lisa 16
Fx. Joko Harsono 17
Corina Widyaningrum 5
Orange 18
Emanuel Laka 19
Fransisco Hutasoid S. 20
Inung Dwi Prasetyo 21
Bernadeta Yanuariksa Dua Bapa
6 Hijau
22 Eka Wahyuningsih
23 Hendrikus Rangga
24 Ira Ratnaningsih
d Lembar Kerja Siswa LKS
LKS meliputi pertanyaan dan soal-soal laithan. LKS dilengkapi dengan lembar kerja yang dimaksudkan untuk
membantu siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan tersebut.
e Meja turnamen
Jumlah meja turnamen ada 6 buah. Jumlah meja turnamen disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk.
Masing-masing meja turnamen dilengkapi dengan papan nama kelompok atau identitas kelompok.
f Hadiah
Peneliti menyiapkan hadiah atau penghargaan yang akan diberikan kepada kelompok terbaik. Hadiah berwujud
makanan ringan atau snack. 3
Peneliti menyusunan
dan menyiapan
lembar instrumen
pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data tersebut antara lain :
a Lembar observasi terhadap kegiatan guru di kelas pada saat
penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe TGT.
b Lembar observasi terhadap kegiatan siswa di kelas pada saat
penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe TGT.
c Lembar observasi terhadap keadaan kelas pada saat
penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe TGT.
d Lembar kuesioner motivasi siswa pada saat penerapan
metode pembelajaran cooperative learning
tipe TGT.
Kuesioner ini akan diberikan kepada siswa sebelum implementasi dan setelah implementasi.
e Lembar penilaian kelompok
Cangkupan yang berisi daftar skor kelompok yang akan digunakan untuk membantu peneliti dalam perhitungan skor
saat pelaksanaan tahapan model pembelajaran TGT yaitu pada tahap permainan dan tahap pertandingan. Pada lembar
peneliti tersebut akan diketahui kelompok terbaik pada kegiatan pembelajaran tersebut. Berikut ini adalah format
lembar penilaian kelompok.
Tabel 5.8 Lembar Penilaian Kelompok
Kelompok Game
Turnament Pelanggaran
- Total
Skor 1
2 3
4 5
6 7
8 1. Merah
2. Kuning 3. Biru
4. Merah Muda
5. Orange 6. Hijau
f Lembar refleksi terhadap kegiatan guru selama melaksanakan
penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe TGT.
g Lembar refleksi terhadap siswa selama mengikuti proses
pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran cooperative learning
tipe TGT.
b. Tindakan
Siklus pertama ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal 14 Mei 2013 pada jam pelajaran pertama sampai dengan jam ke empat yaitu
pukul 07.00 – 10.00. Jumlah siswa yang hadir sebanyak 24 siswa. Dalam penerapan pembelajaran cooperative learning tipe TGT ini
guru dibantu oleh peneliti. Materi pada pelaksanaan siklus pertama ini adalah Menyusun Rekonsiliasi Bank dengan indikator yang hendak
dicapai yaitu memahami jenis-jenis transaksi yang terdapat dalam rekonsiliasi bank. Rangkaian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai
berikut : 1
Persentasi Kelas Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru menyapa
siswa dan memeriksa kesiapan siswa. Pada saat itu semua siswa sudah berkumpul dalam kelompoknya masing-masing. Sebelum
proses belajar mengajar berlangsung, guru akan melakukan pre test
untuk melihat kesiapan siswa memulai pembelajaran. Setelah itu, guru melakukan apresepsi terhadap materi yang telah
dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dengan tujuan untuk merangsang kesiapan siswa untuk memulai pelajaran dengan
materi yang baru. Apersepsi dilakukan guru dengan cara ceramah dan tanya jawab. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu kepada siswa.
2 Membagi siswa dalam kelompok
Pada kegiatan inti, guru akan menjelaskan secara singkat mengenai materi menyusun rekonsiliasi bank dengan cara
ceramah dan tanya jawab. Disamping itu, siswa sudah diberikan handout
sebagai refrensi yang dapat membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, setiap kelompok akan
mendapat diberikan soal yang harus diskusikan bersama dengan anggota kelompoknya. Tugas setiap kelompok adalah menjawab
soal yang diberikan dengan mendiskusikan dan bekerjasama dengan anggota kelompok. Seluruh anggota diharpakan berperan
aktif pada kegiatan diskusi ini, saling membantu satu sama lain apabila ada anggota kelompok yang tidak memahami soal
tersebut. Soal diskusi tersebut akan dibahas secara bersama-sama dengan guru saat seluruh kelompok menyelesaikan tugasnya.
Selama kegiatan belajar dalam kelompok berlangsung, guru tetap memonitori jalannya belajar kelompok berlangsung.
3 Permainan game
Tahap kedua pada pelaksanaan model pembelajaran TGT ini adalah permainan. Permainan yang akan dilakukan bernama make
a match. Sebelum memulai permainan guru menjelaskan cara
permainan serta peraturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota kelompok. Setiap kelompok akan diberi kartu soal dan
kartu jawaban serta lembar jawab permainan yang dibuat dari
kertas manila. Setiap kelompok harus memangsangkan soal serta mencari jawaban dari soal tersebut dan ditempelkan pada lembar
jawab yang telah disediakan. Soal harus disusun susuai dengan nomor yang telah ditentukan. Setelah jawaban dari soal tersebut
sudah ditemukan dalam kartu jawaban maka jawaban yang sudah dipilih oleh kelompok ditempelkan pada lembar jawab bersama
dengan soal tersebut. Seluruh soal harus memiliki pasangan atau memiliki jawaban atas soal tersebut. Pembahasan soal serta
penjelasan dilakukan bersama dengan guru dan setiap kelompok bertugas memeriksa jawaban yang dimiliki kelompok lain. Sistem
penilainan pada tahap permainan ini adalah jawaban kelompok akan ditukanrkan dengan kelompok lain, dan setiap kelompok
bertanggungjawab terhadap pekerjaan kelompok lain. Setiap kelompok yang menjawab benar akan mendapatkan skor yang
nantinya akan diakumulasikan dengan tahap turnamen. Setiap soal akan diberi skor 10 sehingga apabila kelompok berhasil
mencari jawaban atas soal tersebut dnegan benar maka kelompok akan mendapatkan skor 100 karena seluruh soal berjumlah 10.
4 Turnamen
Tahap ketiga pada pelaksanaan model pembelajaran TGT ini adalah turnamen. Turnamen yang akan dilaksanakan bernama
Ranking 1. Sebelum turnamen berlangsung guru terlebih dahulu menjelaskan cara permainan serta peraturan yang harus dipatuhi
oleh seluruh angggota. Dalam tahap ini guru memberikan empat simbol yaitu bulan, bintang, matahari, dan hati untuk masing-
masing kelompok. Setiap anggota kelompok mendapatkan kebebasan untuk memilih salah satu simbol tersebut. Setelah
semua anggota kelompok mendapatkan simbol masing-masing, guru memanggil salah satu simbol dimana siswa yang simbolnya
dipanggil oleh guru akan menjadi peserta dalam turnamen. Setiap peserta turnamen dari masing-masing kelompok maju ke depan
kelas dan menerima papan sebagai media peserta untuk menulis jawaban. Soal ditampilkan dalam slide, setiap peserta diberikan
waktu 2 menit untuk memahami soal tersebut. Dalam kegiatan turnamen peserta lain dalam masing-masing kelompok yang
belum mendapatkan kesempatan menjadi perserta turnamen tidak diperbolehkan untuk membantu temannya yang sedang menjadi
peserta. Slide dimatikan, masing-masing peserta mengerjakan soal tersebut di media yang telah disediakan dengan waktu yang
diberikan 20 detik. Setelah waktu untuk menulis habis, semua peserta harus mengangkat papan tersebut dan berbalik menghadap
ke teman-teman. Selanjutnya, guru akan langsung membahas dan pemberian skor terhadap jawaban tiap peserta. Apabila setiap
peserta menjawab dengan benar maka peserta tersebut akan mendapat skor 10 dan skor tersebut akan menjadi skor kelompok.
Setelah itu masing-masing perserta kembali dalam kelompoknya.
Proses ini berjalan sampai semua peserta mendapat gilirannya. Selanjutnya adalah perhitungan skor, skor akan diakumulasikan
dengan hasil yang didapat sebelumnya pada tahap game. 5
Pemberian penghargaan kelompok. Pada tahap terakhir ini guru akan menyampaikan jumlah skor
yang didapatkan oleh masing-masing kelompok dari tahap permaianan dan tahap turnamen dan akan diumumkan yang
menjadi kelompok terbaik. Penghargaan tidak hanya didapatkan oleh kelompok yang menang namun semua kelompok akan
mendapatkan perhargaan sebagai tanda apresiasi terhadap kerja keras mereka.
c. Observasi
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dipaparkan sebagai berikut :
1 Obervasi terhadap kegiatan guru di kelas
Observasi terhadap kegiatan guru di kelas dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakana. Aktivitas guru selama proses
pembelajaran pada siklus pertama disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 5.9 Aktivitas Guru Di Kelas Pada Dalam Penerapan Metode
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TGT Siklus I
No Deskripsi
Ya Tidak
Keterangan 1
Guru menjelaskan pembelajaran kooperatif
dengan tipe teams games tournament
√ 2
Guru mengorganisasikan bahasan yang bersifat
umum menjadi sub-sub pokok bahasan yang lebih
sempit dan membantu siswa dalam
pembelajaran tipe teams games tournament
√ Guru
memberikan contoh dengan
kehidupan nyata
3 Guru memberikan materi
yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar
mengajar melalui presentasi kelas
√
4 Guru ikut berperan dalam
pembentukan kelompok teams games tournament
yang heterogen √
5 Guru memotivasi siswa
agar terlibat dalam diskusi kelompok
√ 6
Guru memberikan kesempatan siswa untuk
berdiskusi dalam kelompok.
√ Pada saat ada
siswa yang pasif dalam
kelompok guru memberikan
arahan untuk terlibat
7 Guru membantu dan
mengarahkan siswa dalam pengerjaan lembar
kegiatan √
Saat ada siswa yang
mengalami kesulitan
8 Guru memberikan
dorongan kepada siswa agar ada kerjasama antar
individu di dalam kelompok diskusinya.
√
9 Guru mengamati atau
√
mengobservasi kegiatan kelompok selama
berdiskusi. 10
Guru berinteraksi dengan siswa, menumbuhkan
semangat kerja, keterlibatan dalam
kelompok untuk mencapai tujuan serta
menjawab pertanyaan yang diajukan siswa
secara perorangan.
√
11 Guru memastikan siswa
mandiri dalam mencari sumber atau informasi
untuk memecahkan masalah
√
12 Guru berinteraksi dengan
setiap kelompok, menjelaskan cara kerja
kelompok, tugas yang harus dikerjakan dan
kerjasama di dalam kelompok.
√ Pada dasarnya
guru menjelaskan
cara kerja kelompok
untuk seluruh kelompok
13 Guru membiarkan siswa
bekerja dalam kelompok menurut cara mereka
sendiri √
Ada peraturan dan cara
permainan yang harus
dipatuhi
14 Guru membiarkan siswa
berkeliling dari satu kelompok ke kelompok
lain sehingga suasana kelas menjadi tidak
kondusif. √
15 Guru hanya berinteraksi
dengan kelompok yang mengalami kesulitan
√ 16
Guru hanya memperhatikan beberapa
kelompok tertentu saja √
17 Guru dan siswa terlibat
percakapan serius sehingga kelas menjadi
gaduh dan menggangu siswa lain
√
18 Guru dan siswa sama-
sama asyik dengan pekerjaannya masing-
masing sehingga suasana kelas menjadi kaku
√
19 Guru meninggalkan kelas
disaat siswa bekerja di dalam kelompok
sehingga tidak ada pengawasan
√ Sempat 2 kali
guru keluar dari kelas
karena dipanggil oleh
kepala sekolah
20 Guru memberikan
evaluasi dengan kuis dan memberikan penghargaan
bagi kelompok yang memiliki skor terbaik
√
21 Guru memberikan lembar
refleksi untuk diisi oleh siswa
√
Tabel 5.9 berikut merupakan deksripsi aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
TGT. Dari deskripsi tabel diatas telah menunjukkan bahwa secara umum guru telah mengelola pembelajaran cooperative learning
tipe TGT dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan telah dilakukannya 15 item positif dengan baik dan tidak melakukan 6
item negatif.
Dalam siklus
pertama ini
guru telah
mengorganisasikan materi pembelajaran sehingga membantu siswa dalam memahami materi dalam pembelajaran model TGT,
guru mengarahkan siswa untuk aktif dalam kegiatan kelompok, guru mendorong siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah,
guru memberikan kesempatan siswa untuk mandiri dalam melakukan kegiatan kelompok, saat pembelajaran berlangsung
guru dan siswa dapat menjaga komnikasi dengan baik sehingga tidak terjadi kegaduhan di dalam kelas, saat proses pembelajaran
berlangsung guru meninggalkan kelas selama 2 kali karena pada sat itu guru dipanggil oleh kepala sekolah sehingga harus
meninggalkan kelas dalam hanya beberapa waktu, guru memberikan keistimewaan yang sama dengan semua siswa
sehingga semua siswa mendapatkan perlakuan yang sama dari guru dalam hal ini guru tidak memerhatikan kelompok-kelompok
tertentu saja, guru menjelaskan kepada siswa aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh siswa selama kegiatan kelompok berlangsung,
guru melakukan evaluasi proses pembelajaran melului game dan turnemen yang menjadi bagian dari pembelajaran kooperatif tipe
TGT, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang manjadi kelompok terbaik dengan skor yang tinggi, dan
mengadakan evaluasi hasil belajar melalui lembar refleksi pembelajaran serta kuesioner yang dilakukan pada akhir
pembelajaran. Pada siklus pertama ini terlihat bahwa guru sangat
memberikan pengarahan kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran ini karena saat guru menjalaskan materi, guru selalu
mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab oleh semua siswa. Guru terlihat sangat tegas dalam membimbing siswa,
penjelasan materi disampaikan guru dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh siswa dan guru selalu memberikan contoh-contoh yang berhubungan dengan kehidupan nyata agar lebih konkrit dan
mudah dipahami oleh siswa. Ketegasan yang dimiliki oleh guru juga terlihat apabila siswa tidak bisa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru akan mengarahkan siswa untuk belajar aktif walaupun terkadang dengan bahasa-bahasa yang tidak baku.
Tujuannya agar terlihat lebih dekat dengan siswa. 2
Observasi terhadap kegiatan siswa di kelas Observasi terhadap kegiatan siswa dilakukan bersamaan dengan
dilaksanakannya tindakan. Adapun kegiatan siswa dalam proses pembelajaran disajikan dalam tabel beriku.
Tabel 5.10 Aktivitas Kegiatan Siswa Di Kelas Dalam Penerapan Metode
Cooperative Learning Tipe TGT Siklus 1
No Deskripsi
Ya Tidak
Keterangan 1
Siswa mengikuti pelajaran
√ 2
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
selama kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode kooperatif tipe TGT
√
3 Siswa berinteraksi
dengan baik selama kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan metode kooperatif tipe
TGT √
4 Perhatian diarahkan
pada materi diskusi √
1 siswa membicarakan
hal lain di luar tugas
5 Siswa membagikan
√
materi yang dipelajari kepada anggota
kelompok 6
Mendengarkan penjelasan teman
√ 7
Mancatat hal-hal yang penting
√ Siswa tidak ada
yang mencatat karena siswa
sudah diberikan handout
8 Antusias
√ 9
Mengajukan pertanyaan kepada guruteman
√ Saat siswa
kurang paham dalam
mengerjakan tugas
10 Menjawab pertanyaan
√ Saat guru
mengajukan pertanyaan
terbuka siswa menjawab
dengan baik
Tabel 5.10 di atas menunjukkan deskripsi terhadap aktivitas atau kegiatan siswa di kelas dalam penerapan model pembelajaran
TGT. Pada siklus pertama ini terlihat bahwa siswa mampu
melaksanakan proses pembelajaran dengan model pembelajaran TGT dengan baik. Dari 10 item yang tersebut siswa mampu
menjalankan 9 item dengan baik walaupun terkadang ditengah- tengah proses pembelajaran terlihat siswa masih bingung dengan
cara permaianan atau turnamen namun semua berjalan dengan baik. Saat memulai kegiatan pembelajaran seluruh siswa sudah
berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Pada tebel diatas menunjukkan bahwa siswa siap dalam mengikuti pelajaran
dengan menyiapkan alat tulis yang digunakan dalam proses pembelajaran, siswa juga mengerjakan tugas dengan baik yang
diberikan selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT terlihat saat melakukan tugas kelompok
siswa menyelesaikannya dengan baik, siswa menjalin komunikasi dengan anggota kelompoknya dengan baik selama melakukan
kegiatan diskusi, siswa fokus pada materi diskusi yang sedang dilakukan namun masih terlihat ada beberapa siswa yang tidak
fokus yaitu 1 siswa yang membicarakan hal lain di luar tugas, saat pelaksanaan kegiatan diskusi terlihat setiap anggota kelompok
dapat berperan dengan pembagian tugas untuk mencari jawaban akan soal tersebut, siswa mampu mendengarkan penjelasan dari
temannya saat mengalami kesulitan dalam memahami soal, dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak ada siswa yang mencatat
hal itu dikarenakan semua siswa sudah mendapatkan handout yang dimana handout tersebut sudah mencangkup seluruh materi,
siswa terlihat antusias dalam melakukan berbagai tahapan yang dilakukan selama proses pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran TGT, siswa bertanya kepada guru atau teman lain saat mengalami kesulitan dalam memahami soal, dan saat guru
mengajukan pertanyaan terbuka siswa menjawabnya dengan baik walaupun masih terlihat siswa yang tidak menjawab tetapi
sebagian besar siswa menjawab.
Selain pengamatan pengumpulam data juga dilakukan dengan wawancara dan perekaman data. Wawancara dilakukan
terhadap tiga siswa dengan kemampuan intelektual yang berbeda dengan mengajukan beberapa pertanyaan yaitu mengenai kesan
mereka terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode TGT dan perubahan terhadap motivasi belajar mereka. Dari hasil
wawancara tersebut pada dasarnya ketiga siswa tersebut memiliki persamaan jawaban yaitu kesan mereka sangat senang karena
metode ini membuat mereka lebih paham terhadap materi rekonsilaisi bank dan dengan metode ini siswa dapat belajar
bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan kelompok dan dapat saling membantu satu sama lain. Berdasarkan hasil wawancara
mereka saat ditanya mengenai perubahan motivasi ketiga siswa tersebut mengatakan ada perubahan yang terjadi terhadap
motivasi belajar karena dengan metode ini mereka menjadi lebih semangat dalam belajar serta dengan menggunakan metode TGT
ini siswa memiliki niat untuk mengulang pembelajaran lagi di rumah untuk mengingat materi yang telah dipelajari. Wawancara
juga dilakukan kepada guru mitra. Guru mengatakan metode TGT ini memang bagus karena
metode ini dapat membuat siswa lebih termotivasi dan menjadi lebih aktif. Pada siklus pertama ini sudah lebih baik namun lebih
diperhatikan kembali mengenai permainan yang dilakukan
sehingga siswa
tidak mengalami
kesulitan dalam
mengerjakannya. Di siklus pertama ini sudah terlihat motivasi siswa mengalami perubahan, siswa mulai aktif dalam kegiatan
belajar dan mau melakukan dengan baik tugas yang diberikan. 3
Observasi terhadap kondisi kelas Observasi terhadap kegiatan di kelas dilakukan bersamaan dengan
dilaksanakannya tindakan. Adapun kegiatan di kelas selama proses pembelajaran disajikan dalam tebel berikut.
Tabel 5.11 Observasi Kelas Selama Menerapkan Metode Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe TGT Siklus 1
No Deskripsi
Ya Tidak
Keterangan 1
Fasilitas di dalam kelas mendukung proses
pembelejaran √
2 Kondisi kelas
mendukung proses pembelajaran
√ 3
Siswa membuat keributan atau
kegaduhan √
4 Siswa mengerjakan
latihan soal √
5 Ada kelompok-
kelompok di dalam kelas yang
menghambat kegiatan pembelajaran.
√
6 Siswa aktif bertanya
kepada guru jika mengalami kesulitan
√ 7
Adanya kegiatan yang menarik dalam proses
pembelajaran √
Siswa melakukan
diskusi kelompok,
permainan, serta turnamen
8 Adanya sumber belajar
dalam kelas yang mendukung proses
pembelajaran √
Siswa menerima
handout untuk mendukung
kegiatan proses
pembelajaran
9 Kondisi kelas berjalan
dengan baik selama pembelajaran.
√
Pada deksripsi di atas menunjukkan bahwa kondisi kelas sangat kondusif dan setiap siswa mampu menjaga ketenangan
kelas sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selain karena fasilitas di dalam kelas mendukung untuk kegiatan
proses pembelajaran, adanya kegiatan yang menarik dalam kegiatan pembelajaran juga mempengaruhi situasi kelas sehingga
siswa memiliki hasrat untuk belajar. Selama penerapan model pembelajaran TGT ini siswa akan melakukan kegiatan
pembelajaran dalam beberapa tahap yaitu siswa akan melakukan diskusi kelompok, melakukan permainan dengan kelompok, dan
melakukan turnamen. Terlihat saat melakukan kegiatan kelompok siswa mampu menjalani kegiatan tersebut dengan anggota
kelompoknya. Namun pada siklus pertama ini kegiatan turnamen agak sedikit ribut diawal mulainya turnamen, dikarenakan siswa
belum memahami cara permainan yang harus mereka lakukan sehingga saat turnamen siswa terlihat sedikit bingung melakukan
apa yang seharusnya mereka lakukan saat. Tetapi dipertengahan kegiatan turnamen siswa kembali dapat mengkondisikan dirinya.
d. Tingkat Motivasi Dan Hasil belajar Siswa
Motivasi belajar merupakan kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi belajar tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya sehingga
menyebabkan perubahan tingkah laku yang permanen yang dilandasi dengan tujuan tertentu. Salah satu bentuk yang menunjukkan seorang
siswa termotivasi adalah adanya keinginan untuk berhasil. Berikut ini disajikan deskripsi motivasi belajar siswa setelah melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran cooperative learning
tipe TGT. Deskripsi motivasi belajar disajikan berdasrkan PAP II.
Tabel 5.12 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I
No Interval
Frekuensi Frek. Relatif
Interpretasi 1
69 – 80 4
16.67 Sangat Tinggi
2 60 – 68
12 50
Tinggi 3
54 – 59 7
29.17 Sedang
4 48 – 53
1 4.17
Rendah 5
20 – 47 Sangat Rendah
Total 24
100 Tabel 5.12 di atas menunjukkan tingkat motivasi belajar siswa
pada siklus I. Dari data diatas tesebut tampak bahwa persentase siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar dengan kriteria sangat tinggi
adalah 16.67 dengan jumlah 4 siswa. Persentase siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar dengan kriteria tinggi adalah 50
dengan jumlah 12 siswa. Siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar sedang adalah 29.17 dengan jumlah 7 siswa. Pada siklus pertama ini
siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar rendah adalah 4.17 dengan jumlah 1 siswa dan sangat rendah adalah 0. Berdasarkan
hasil perhitungan nilai mean 63 ; median 64 ; modus 64. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
siswa setelah penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe TGT adalah dalam kriteria tinggi yaitu sebanyak 12 siswa dnegan
persentase 50. Hal ini menunjukkan perubahan terhadap motivasi belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran TGT.
Perubahan tersebut lebih menunjukkan peningkatan karena siswa antusias dengan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
TGT.
Tabel 5.13 Rekap Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Pra-Implementasi
Tindakan dan Sesudah Implementasi Tindakan
No Interval
Frekuensi Interpretasi
Pra-implementasi Siklus I
1 69 – 80
4 Sangat Tinggi
2 60 – 68
7 12
Tinggi 3
54 – 59 12
7 Sedang
4 47 – 53
5 1
Rendah 5
20 – 46 Sangat Rendah
Total 24
24 Pada saat pra-implementasi tindakan jumlah siswa yang
memiliki tingkat motivasi tinggi sebanyak 7 siswa atau dengan
persentase 29.17 sedangkan untuk tingkat motivasi tinggi setelah implementasi tindakan adalah 12 siswa atau dengan persentase 50.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan terhadap tingkat motivasi siswa dengan kriteria tinggi sebanyak
20.83. Sehingga peningkatan ini dapat dikatakan mencapai target karena target peningkatan motivasi adalah 10.
Pada pelaksanaan implementasi tindakan peneliti juga mengamati motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran TGT. Tujuan peneliti melakukan pengamatan motivasi secara langsung adalah untuk
melihat secara nyata keadaan yang sebenarnya motivasi siswa selama di kelas karena terkadang apa yang diungkapankan pada lembar
kuesioner tidak sesuai dengan keadaan nyata. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengamatan secara langsung saat pelaksanaan proses
pembelajaran. Berikut adalah deskripsi pengamatan motivasi siswa di kelas.
Tabel 5.14 Pengamatan Motivasi Siswa Di Kelas Dalam Penerapan
Model Pembelajaran TGT Siklus I
No Deskripsi
Persentase Keterangan
1 Siswa menjawab
pertanyaan dari guru 75
18 siswa menjawab pertanyaan yang guru
ajukan terhadap seluruh siswa
2 Siswa aktif dalam
kegiatan diskusi 87.5
Sebagian besar siswa aktif dalam kegiatan
kelompok yaitu sebanyak 21 siswa
3 Siswa membatu teman
79.17 19 siswa terlihat
lain saat mengalami kesulitan
membantu teman anggota
kelompoknya saat mengalami kesulitan
dalam memahami tugas
4 Siswa antusias saat
mendapat giliran mengerjakan soal di
depan kelas 100
Seluruh siswa antusias saat
melakukan turnamen
5 Siswa fokus bekerjasama
dalam kelompok 95.83
23 siswa mampu fakus dengan
pekerjaan mereka dalam kelompok,
namun terlihat 1 siswa tidak dapat
fokus
6 Siswa bersemangat
dalam melakukan kegiatan kelompok
100 Seluruh siswa
bersemangat dalam melakukan kegiatan
kelompok walaupun mereka merasa grogi
dan takut salah
7 Siswa tidak
membicarakan hal lain diluar tugas
79.17 19 siswa selama
melakukan kegiatan kelompok tidak
membicarakan hal lain di luar tugas.
Dari hasil pengamatan motivasi
yang peneliti lakukan bersamaan dengan pelaksanaan penerapan model pembelajaran TGT
motivasi siswa dalam belajar tinggi. Ada peningkatan yang cukup tinggi bila dibandingan dengan pengamatan yang dilakukan pra-
implementasi tindakan. Saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa yang menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 18 siswa menjawab
dengan persentase 75 , siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi sebanyak 21 siswa dengan persentase 87.5 , siswa yang membantu
temannya saat mengamali kesulitan sebanyak 19 orang dengan persenatse 79.17 , semua antusias saat mendapat giliran
mengerjakan soal di depan kelas yaitu pada saat turnamen dengan persenatse 100, siswa yang fokus saat melakukan kegiatan
berkelompok sebanyak 23 siswa dengan persentase 95.8, selama kegiatan berkelompok berlangsung semua siswa bersemangat untuk
melakukan tugas kelompoknya dengan persentase 100, dan sebanyak 19 siswa atau dengan persentase 79.17 saat melakukan
kegiatan kelompok tidak membicarakan hal lain di luar tugas. Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan pengamatan
motivasi secara langsung yang dilakukan peneliti saat pelaksaan berlangsung, motivasi siswa dalam belajar tinggi karena hasil
pengamatan menunjukkan peningkatan dan dapat dikatakan sudah mencapai tagret.
Tabel 5.15 Rekap Hasil Pengamatan Motivasi Siswa Di Kelas Pra-
Implementasi dan Sesudah Implementase Tindakan
No Deskripsi
Target Persentase
Pra-Implementasi Siklus I
1 Siswa menjawab
pertanyaan dari guru 40
16 75
2 Siswa aktif dalam
kegiatan diskusi 50
87.5 3
Siswa membatu teman lain saat
mengalami kesulitan 50
79.17 4
Siswa antusias saat mendapat giliran
mengerjakan soal di depan kelas
50 100
5 Siswa fokus
50 95.83
bekerjasama dalam kelompok
6 Siswa bersemangat
dalam melakukan kegiatan kelompok
50 100
7 Siswa tidak
membicarakan hal lain diluar tugas
50 79.17
Berdasarkan rekap hasil pengamatan motivasi yang dilakukan peneliti, dapat dilihat bahwa dari 7 item telah mencapai target.
Berdasarkan hasil pengamatan beberapa siswa terlihat kurang konsentrasi 2 siswa kurang fokus dan 2 siswa lainnya terlihat
mengobrol dengan temannya. Pada akhir pertemuan peneliti bersama dengan guru mitra mengadakan post test atau evaluasi untuk melihat
kesiapan siswa maka yang akan menjadi hasil dari keberhasilan siswa dalam materi tersebut selama penerapan model TGT adalah evaluasi
belajar Berikut ini adalah hasil evaluasi belajar siswa untuk siklus I.
Tabel 5.16 Hasil Tes Belajar Siswa Sesudah Implementasi Tindakan Model
Pembelajaran TGT Siklus I
Tabel 5.16 di atas menunjukkan hasil belajar siswa yang dilaksanakan dalam bentuk evaluasi. Dari tabel berikut tampak bahwa
ada siswa memperoleh nilai mencapai KKM adalah 18 siswa dengan persentase 75 dan siswa yang memperoleh nilai belum mencapai
KKM adalah 6 siswa dengan presentase 25. Jumlah siswa yang No
Nama Siklus I
Ketuntasan 1
Aditya Wisnugraha 81
Tuntas 2
Amanda Trias Dewanti 94
Tuntas 3
Anastasia Rita Rahayu 96
Tuntas 4
Avelina Iva 73
Tidak 5
Bernadeta Yanuariksa Dua Bapa 95
Tuntas 6
Bibiana Nona Lilianti Gela 90
Tuntas 7
Brigita Nawang Suryaningtyas 52
Tidak 8
Chisna Bramasta 76
Tuntas 9
Corina Widyaningrum 73
Tidak 10
Daniel Budi Utomo 75
Tuntas 11
Eka Wahyuningsih 75
Tuntas 12
Emanuel Fernando Gare 98
Tuntas 13
Emanuel Laka 81
Tuntas 14
Fransisco Hutasoid S. 80
Tuntas 15
Fx. Joko Harsono 77
Tuntas 16
Hendrikus Rangga 75
Tuntas 17
Inung Dwi Prasetyo 90
Tuntas 18
Ira Ratnaningsih 90
Tuntas 19
Kristina Solikah 58
Tidak 20
Lilis Karlina Sute 79
Tuntas 21
Lusia Sere 71
Tidak 22
Maria Elisabeth Lisa 61
Tidak 23
Maria Erviana Dei 93
Tuntas 24
Lusi Legawati 76
Tuntas
hasil belajarnya mencapai KKM sudah mencapai target yaitu 70, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa siklus pertama sudah
tuntas. Berikut ini adalah rekap hasil belajar siswa pra-implementasi dan sesudah implementasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.17 Rekap Hasil Belajar Siswa Pra-Implementasi dan Sesudah
Implementasi Tindakan Siklus I
Nama Pra-
Implementasi Ketuntasan
Siklus I
Ketuntasan Aditya Wisnugraha
72 Tidak
81 Tuntas
Amanda Trias Dewanti
79 Tuntas
94 Tuntas
Anastasia Rita Rahayu
85 Tuntas
96 Tuntas
Avelina Iva 75
Tuntas 73
Tidak Bernadeta
Yanuariksa Dua Bapa
75 Tuntas
95 Tuntas
Bibiana Nona Lilianti Gela
75 Tuntas
90 Tuntas
Brigita Nawang Suryaningtyas
75 Tuntas
52 Tidak
Chisna Bramasta 72
Tidak 76
Tuntas Corina
Widyaningrum 75
Tuntas 73
Tidak Daniel Budi Utomo
72 Tidak
75 Tuntas
Eka Wahyuningsih 72
Tidak 75
Tuntas Emanuel Fernando
Gare 80
Tuntas 98
Tuntas Emanuel Laka
72 Tidak
81 Tuntas
Fransisco Hutasoid 70
Tidak 80
Tuntas Fx. Joko Harsono
70 Tidak
77 Tuntas
Hendrikus Rangga 75
Tuntas 75
Tuntas Inung Dwi Prasetyo
75 Tuntas
90 Tuntas
Ira Ratnaningsih 80
Tuntas 90
Tuntas Kristina Solikah
75 Tuntas
58 Tidak
Lilis Karlina Sute 72
Tidak 79
Tuntas Lusia Sere
75 Tuntas
71 Tidak
Maria Elisabeth Lisa
75 Tuntas
61 Tidak
Maria Erviana Dei 79
Tuntas 93
Tuntas Lusi Legawati
72 Tidak
76 Tuntas
Target keberhasilan hasil belajar yaitu 70 siswa mengalami ketuntasan belajar. Pada saat pra-implementasi tindakan jumlah siswa
yang mengalami ketuntasan belajar hanya 15 siswa dengan persentase 63 sedangkan sesudah implementasi tindakan jumlah siswa yang
mengalami ketuntasan belajar sebanyak 18 siswa dengan persenatse 75. Dari tabel diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa target
keberhasilan hasil belajar sudah tercapai karena 18 siswa 75 sudah mengalami ketuntasan belajar.
e. Refleksi
1 Guru
Tabel 5.18 Instrumen Refleksi
Kesan Guru Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I
No Uaraian
Komentar 1
Kesan guru terhadap komponen pembelajaran
yang digunakan dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran cooperative
learning
tipe teams games tournament.
Baik, siswa lebih berantusias dan lebih
termotivasi dalam belajar dan mengerjakan tugas
2 Kesan guru terhadap
motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode cooperative
learning
tipe teams games tournament.
Baik, siswa mengalami kemajuan dan lebih
semangat
3 Kesan guru terhadap
partisipasi dan minat siswa mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan metode cooperative
learning
tipe teams games tournament.
Baik, siswa yang sebelumnya pasif di kelas
saat penerapan model pembelajaran ini menjadi
aktif mau berapartisipasi
4 Kesan guru terhadap
aktifitas siswa ketika mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan metode
cooperative learning
tipe teams games tournament.
Siswa cukup aktif mengalami kemajuan yang
baik
5 Hambatan yang dihadapi
apabila nanti guru hendak melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode
cooperative learning
tipe teams games tournament.
Persiapan yang harus membutuhkan waktu yang
lama dan penyusunan saran untuk permainan dan
turnamen
6 Hal-hal yang mendukung
apabila guru menggunakan metode pembelajaran
cooperative learning tipe
teams games tournament. Siswa menjadi lebih
bersemangat dan lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran
7 Manfaat yang diperoleh
dengan merencanakan rencana pembelajaran
dengan metode pembelajaran cooperative
learning
tipe teams games tournament.
Proses pembalajaran di dalam kelas akan
menimbulkan sikap peduli dan kekompakan sehingga
siswa menjadi lebih akrab dan suasana menjadi lebih
hangat
8 Hal-hal apa saja yang
masih harus diperbaiki dalam pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran
cooperative learning
tipe teams games tournament.
Bentuk permainan yang lebih mudah dipahami
oleh siswa
Tabel 5.18 diatas menunjukkan deskripsi refleksi guru setelah melaksanakan serangkaian proses pembelajaran dengan
menggunakan metode TGT melalui lembar refleksi dan
wawancara. Kesan guru terhadap komponen pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah
adanya perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu siswa mengalami kemajuan yang baik siswa, lebih antusias dalam
melaksanakan tugas sehingga terlihat jelas siswa memiliki motivasi untuk berhasil. Adapun hambatan yang dihadapi selama
perencanaan dan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode TGT berlangsung yaitu persiapan yang matang karena
tahapan pada proses pembelajaran TGT ini sedikit rumit sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk persiapan, persiapan sarana
atau media pembelajaran juga harus diperhatikan dan harus dipersiapkan dengan baik agar pemanfaatan media tepat dan tidak
membuat siswa bingung, dan pemilihan permainan yang harus sesuai dan kreatif agar siswa mudah dalam melakukannya.
Sedangkan manfaat yang diperoleh setelah melaksanakan serangkaian proses pembelajaran, antara lain siswa lebih bisa
menjalin keakraban dengan siswa lainnya, pembelajaran lebih hangat, siswa lebih aktif, siswa lebih bersemangat dalam belajar,
dan siswa menjadi bisa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Adapun hal-hal yang masih harus diperbaiki dalam pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT adalah bentuk permainan yang harus lebih
mudah sehingga siswa paham harus melakukan apa dan siswa mudah menjalankan permainan tersebut.
Selama proses pembelajaran, siswa aktif dan antusias mengikuti serangkaian
kegiatan pembelajaran. Namun dalam pelaksanaannya, ada kegiatan-kegiatan yang perlu diperbaiki yakni pada saat turnamen
karena siswa terlihat bingung dalam melakukannya sehingga sempet terjadi keributan pada awal-awal mulainya turnamen.
bentuk turnamen yang seharusnya lebih dimudah sehingga siswa tahu prosesnya dan bisa berjalan dengan baik.
Setelah adanya PTK ini, diharapkan guru akan melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode
TGT. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya meningktkan kualitas pembelajaran siswa di kelas terutama dalam hal motivasi dan
hasil belajar siswa terhadap materi Akuntansi. 2
Siswa Diakhir pembelajaran diadakan post test atau evaluasi
belajar dan setelah post test berakhir peneliti meminta waktu siswa untuk bertanya tentang kesan terhadap pembalajaran. Pada
umumnya siswa mengatakan senang dengan metode pembelajaran yang telah dilakukan, siswa merasa dengan menggunakan metode
ini mereka menjadi bisa lebih paham terhadap materi karena penyampaiannya lebih menarik dan tidak monoton. Model
pembelajaran tersebut menarik karena adanya permainan dan
turnamen di tengah-tengah pembelajaran dimana setiap kelompok memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya masing-masing,
apabila dalam turnamen dapat menjawab pertanyaan dengan benar maka akan mendapatkan point dan point tersebut akan
menjadi point kelompok tersebut. Selain itu juga peneliti membagikan lembar kuesioner motivasi belajar siswa guna
mengetahui tercapai tidaknya indikator keberhasilan tindakan yang ditergetkan dan mengisi lembar refleksi siswa setelah
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode TGT.
Tabel 5.19 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat Dan Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I
No Uraian
Komentar 1
Bagaimana menurut anda tentang pembelajaran
dengan menggunakan metode cooperative
learning
tipe teams games tournament
topik pembahasan, media
pembelajaran, situasi kelas, penampilan guru,
lingkungan kelas,dll ? •
Menyenangkan •
Sungguh menyenangkan karena bisa belajar dengan
baik •
Topik pembahasan yang menarik, dengan metode
ini menjadi lebih paham, kelas menjadi lebih akrab
dan seru
• Sangat menarik, karena
penjelasannya bisa memperkuat daya ingat
• Pembelajaran tidak
membosankan •
Asik, bisa lebih terpacu dengan teman lain
• Kelas menjadi lebih seru
2 Apakah anda berminat
dan termotivasi mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan metode cooperative
learning
tipe teams •
Sangat berminat •
Menjadi lebih temotivasi •
Dengan bermain game menjadi bisa menginat
materinya
games tournament •
Dalam metode ini bisa melatih berpikir cepat dan
tertib dalam waktu •
Berminat karena lebih mudah dari pada dengan
teori yang membingungkan
3 Apa saja yang anda
lakukan selama pembelajaran dengan
menggunakan metode cooperative learning
tipe teams games tournament
• Bermain dan berdiskusi
• Bekerjasama dalam
anggota kelompok dan menjawab soal turnamen
dan pre test serta post test
4 Apakah anda lebih paham
tentang materi membukukan jurnal
penyesuaian dengan menggunakan metode
cooperative learning
tipe teams games tournament
• Lebih paham dengan
metode ini •
Cukup paham dan mengerti mengenai materi
• Ya lebih paham, karena
kemarin saya agak bingung sekarang saya
paham
• Lebih paham, karena
dapat menjawab semua pertanyaan
• Lebih paham karena ada
tantangan untuk kerja mandiri
• Sedikit lebih paham
karena diimbangi dengan adanay praktek
5 Hambatan apa yang anda
temui selama melaksanakan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode
cooperative learning
tipe teams games tournament
• Individual dalam tahap
turnamen karena harus menjawab soal sendiri
• Kondisi teman dalam
kelompok yang kurang mendukung
• Waktu yang diberikan
pada tahap turnamen kurang
• Penjelasan kurang jelas
• Kesempatan untuk
bertanya kurang •
Sulit menjawab soal-soal •
Malu dan takut salah 6
Manfaat apa yang anda •
Bisa mengerti
peroleh pada pembelajaran dengan
menggunakan metode cooperative learning
tipe teams games tournament
• Menjadi lebih paham
dalam materi ini •
Menjadi lebih akrab dengan teman
• Minat untuk belajar
meningkat •
Bisa berbagi pendapat dengan teman
• Belajar bekerjasama
dalam kelompok •
Bisa memanfaatkan waktu yang sedikit
• Kebersamaan dengan
teman •
Dapat mengasah otak Tabel 5.19 di atas adalah deskripsi refleksi siswa terhadap
proses pembelajaran. Berdasarkan refleksi siswa ada banyak siswa yang merasa senang dengan model pembelajaran TGT. Ada
banyak manfaat yang diperoleh dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT, antara lain : bisa
menjadi lebih mengerti, menjadi lebih paham dalam materi ini, menjadi lebih akrab dengan teman-teman, minat untuk belajar
menjadi meningkat, bisa berbagi pendapat dengan teman lainnya, bisa belajar bekerjasama dalam kelompok, dengan metode ini bisa
belajar memanfaatkan waktu yang sedikit, kebersamaan dengan teman, dan dapat mengasah otak. Sedangkan hambatan yang
dihadapi selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT adalah individual dalam tahap
turnamen karena harus menjawab soal sendiri, kondisi teman dalam kelompok yang kurang mendukung, waktu yang diberikan
pada tahap turnamen kurang, penjelasan cara permainan yang kurang jelas sehingga siswa sedikit bingung saat melakukan
turnamen, kesempatan bertanya kurang, sulit menjawab soal-soal karena pemahaman yang kurang, malu dan takut salah saat
menjawab soal di turnamen. Setelah melaksanakan PTK ini, siswa diharapkan berminat
dan termotivasi kembali untuk melakasanakan pembelajaran dengan model TGT. Siswa merasakan bahwa dengan belajar
dengan model ini menyenangkan, lebih menarik, tidak membosankan, kelas menjadi lebih seru, dan dapat menjalin
keakraban dengan teman serta guru, dan dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa menjadi lebih paham terhadap
materi rekonsiliasi bank. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa menilai pada siklus pertama ini menunjukkan
bahwa keseluruhan perangkat dan proses pembelajaran sudah cukup baik dan berjalan dengan lancar. Menurut peneliti yang
harus diperbaiki pada siklus pertama ini adalah cara permainan yang harus dirancang lebih mudah sehingga siswa tidak
mengalami kebingungan atau kesulitan dalam melakukannya. 3. Siklus kedua
Tujuan dari siklus kedua ini adalah untuk memantapkan kesimpulan pada siklus pertama, sekaligus sebagai pembanding hasil yang dicapai
pada siklus pertama. Jadwal yang ditetapkan untuk penelitian siklus kedua
adalah hari Kamis, tanggal 16 Mei 2013. Karena ada sesuatu hal yang mendadak yang harus dikerjkan oleh guru mitra, maka dari itu
pembelajaran waktunya sedikit dipercepat dari waktu yang sebelumnya. a.
Perencanaan Pertemuan kedua untuk siklus kedua dirancang dilaksanakan
pada hari Kamis, tanggal 16 Mei 2013. Materi yang dipelajari pada siklus kedua adalah
1 menghitung selisih kas bank, 2
menyesuaikan saldo kas bank, dan 3 menyusun rekonsiliasi bank. Penyampaian materi akan dilakukan satu kali pertemuan dengan 4 jam
tatap muka atau 4 x 45 menit. Berdasarkan hasil refleksi dan wawancara guru pamong dan
siswa bahwa cara permainan yang terlalu rumit akan mempersulit siswa dalam melakukan permainan tersebut maka ada perubahan
sedikit yang dilakukan. Pada siklus pertama, turnamen dilakukan dengan peserta turnemen membaca soal yang ditampilkan di slide
dalam waktu 2 menit setelah itu peserta diberi waktu untuk menjawab soal tersebut dalam waktu 20 detik pada media yang telah disediakan.
Namun, pada siklus kedua ini sedikit berubah agar peserta turnemen bisa lebih tertib dan memahami peraturan. Di siklus ke dua ini soal
turnamen dibacakan oleh guru selama 2 kali dengan seluruh peserta turnamen menghadap ke teman-teman yang sedang tidak menjadi
peserta. Peserta turnamen akan berdiri di tempat yang telah disediakan sesuai warna kelompoknya dan telah diurutkan sesuai urutan
kelompoknya. Hal itu dilakukan supaya peserta turnamen lebih tertib dan lebih rapi saat turnamen dilaksanakan sehingga peserta turnamen
bisa lebih kondusif. Setelah soal telah dibacakan oleh guru, siswa yang telah selesai menjawab soal tersebut dipersilahkan untuk
mengangkat papan yang digunakan sebagai media. Waktu untuk menjawab soal ditentunkan oleh guru sendiri, guru yang akan
menentukan waktunya karena guru lebih tahu waktu yang dibutuhkan siswa untuk menjawab. Peneliti menyediakan perangkat yang
diperlukan berhubungan dengan proses pembelajaran pada siklus kedua yaitu lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi
aktivitas siswa, lembar observasi kelas, lembar pengematan motivasi siswa di kelas, lembar penilaian, RPP, lembar refleksi guru, lembar
refleksi siswa, lembar kuesioner terhadap perangkat dan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Tindakan
Siklus kedua ini dilakukan pada hari Kamis, tanggal 16 Mei 2013 pada jam pelajaran pertama sampai dengan jam ke empat yaitu
pukul 07.00 – 10.00. Jumlah siswa yang hadir sebanyak 23 siswa. Dalam penerapan pembelajaran cooperative learning tipe TGT ini
guru dibantu oleh peneliti. Materi pada pelaksanaan siklus pertama ini adalah Menyusun Rekonsiliasi Bank dengan indikator yang hendak
dicapai yaitu 1 menghitung selisih kas bank, 2 menyesuaikan saldo
kas bank, dan 3 menyusun rekonsiliasi. Rangkaian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1 Persentasi Kelas
Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru menyapa siswa dan memeriksa kesiapan siswa. Pada saat itu semua siswa
sudah berkumpul dalam kelompoknya masing-masing. Sebelum proses belajar mengajar berlangsung, siswa akan melakukan pre
test untuk melihat kesiapan siswa memulai pembelajaran. Setelah
itu, guru melakukan apresepsi terhadap materi yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dengan tujuan untuk
merangsang kesiapan siswa untuk memulai pelajaran dengan materi yang baru. Apersepsi dilakukan guru dengan cara ceramah
dan tanya jawab. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu kepada siswa.
2 Membagi siswa dalam kelompok
Pada kegiatan inti, guru akan menjelaskan secara singkat mengenai materi menyusun rekonsiliasi bank dengan cara
ceramah dan tanya jawab. Disamping itu, siswa sudah diberikan handout
sebagai refrensi yang dapat membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, setiap kelompok akan
mendapat diberikan soal yang harus diskusikan bersama dengan anggota kelompoknya. Tugas setiap kelompok adalah menjawab
soal yang diberikan dengan mendiskusikan dan bekerjasama
dengan anggota kelompok. Seluruh anggota diharpakan berperan aktif pada kegiatan diskusi ini, saling membantu satu sama lain
apabila ada anggota kelompok yang tidak memahami soal tersebut. Soal diskusi tersebut akan dibahas secara bersama-sama
dengan guru saat seluruh kelompok menyelesaikan tugasnya. Selama kegiatan belajar dalam kelompok berlangsung, guru tetap
memonitori jalannya belajar kelompok berlangsung. 3
Permainan game Tahap kedua pada pelaksanaan model pembelajaran TGT ini
adalah permainan. Permainan yang akan dilakukan bernama make a match.
Sebelum memulai permainan guru menjelaskan cara permainan serta peraturan yang harus dipatuhi oleh seluruh
anggota kelompok. Setiap kelompok akan diberi kartu soal dan kartu jawaban serta lembar jawab permainan yang dibuat dari
kertas manila. Setiap kelompok harus memangsangkan soal serta mencari jawaban dari soal tersebut dan ditempelkan pada lembar
jawab yang telah disediakan. Soal harus disusun susuai dengan nomor yang telah ditentukan. Setelah jawaban dari soal tersebut
sudah ditemukan dalam kartu jawaban maka jawaban yang sudah dipilih oleh kelompok ditempelkan pada lembar jawab bersama
dengan soal tersebut. Seluruh soal harus memiliki pasangan atau memiliki jawaban atas soal tersebut. Pembahasan soal serta
penjelasan dilakukan bersama dengan guru dan setiap kelompok
bertungas memeriksa jawaban yang dimiliki kelompok lain. Sistem penilainan pada tahap permainan ini adalah jawaban
kelompok akan ditukanrkan dengan kelompok lain, dan setiap kelompok bertanggungjawab terhadap pekerjaan kelompok lain.
Setiap kelompok yang menjawab benar akan mendapatkan skor yang nantinya akan diakumulasikan dengan tahap turnamen.
Setiap soal akan diberi skor 10 sehingga apabila kelompok berhasil mencari jawaban atas soal tersebut dnegan benar maka
kelompok akan mendapatkan skor 100 karena seluruh soal berjumlah 10.
4 Turnamen
Tahap ketiga pada pelaksanaan model pembelajaran TGT ini adalah turnamen. Turnamen yang dilaksanakan bernama Ranking
1. Sebelum turnamen berlangsung guru terlebih dahulu
menjelaskan cara permainan serta peraturan yang harus dipatuhi oleh seluruh angggota. Dalam tahap ini guru memberikan empat
simbol yaitu bulan, bintang, matahari, dan hati untuk masing- masing kelompok. Setiap anggota kelompok mendapatkan
kebebasan untuk memilih salah satu simbol tersebut. Setelah semua anggota kelompok mendapatkan simbol masing-masing,
guru memanggil salah satu simbol dimana siswa yang simbolnya dipanggil oleh guru akan menjadi peserta dalam turnamen. Setiap
peserta turnamen dari masing-masing kelompok maju ke depan
kelas dan berdiri di tempat yang telah disiapkan sesuai dengan warna yang dimiliki kelompok masing-masing serta menerima
papan sebagai media peserta untuk menulis jawaban. Soal akan dibacakan oleh guru selama dua kali, setiap peserta diberkan
waktu untuk memahami soal tersebut dan menuliskan jawabannya di media yang telah disediakan. Dalam kegiatan tournamen
peserta lain dalam masing-masing kelompok yang belum mendapatkan kesempatan menjadi perserta turnamen tidak
diperbolehkan untuk membantu temannya yang sedang menjadi peserta dalam bentuk apapun. Setelah waktu yang telah diberikan
untuk menjawab soal telah usai, semua peserta harus mengangkat papan tersebut dan menunjukkan kepada teman-teman yang
sedang tidak menjadi peserta. Selanjutnya, guru akan langsung membahas dan pemberian skor terhadap jawaban tiap peserta.
Apabila setiap peserta menjawab dengan benar maka peserta tersebut akan mendapat skor 10 dan skor tersebut akan menjadi
skor kelompok. Setelah itu masing-masing perserta kembali dalam kelompoknya masing-masing. Proses ini berjalan sampai
semua peserta mendapat gilirannya. Selanjutnya adalah
perhitungan skor, skor akan diakumulasikan dengan hasil yang didapat sebelumnya pada tahap game.
5 Pemberian pengharagaan kelompok.
Pada tahap terakhir ini guru akan menyampaikan jumlah skor yang didapatkan oleh masing-masing kelompok dari tahap
permaianan dan tahap turnamen dan akan diumumkan yang menjadi kelompok terbaik. Penghargaan tidak hanya didapatkan
oleh kelompok yang menang namun semua kelompok akan mendapatkan perhargaan sebagai tanda apresiasi terhadap kerja
keras mereka. c.
Observasi Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini dapat dipaparkan sebagai berikut : 1
Obervasi terhadap kegiatan guru di kelas Observasi terhadap kegiatan guru di kelas dilakukan bersamaan
dengan dilaksanakannya tindakana. Aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus pertama disajikan dalam tabel berikut
ini.
Tabel 5.20 Aktivitas Guru Di Kelas Pada Dalam Penerapan Metode
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TGT Siklus II
No Deskripsi
Ya Tidak
Keterangan 1
Guru menjelaskan pembelajaran kooperatif
dengan tipe teams games tournament
√ 2
Guru mengorganisasikan bahasan yang bersifat
umum menjadi sub-sub pokok bahasan yang lebih
sempit dan membantu √
siswa dalam pembelajaran tipe teams
games tournament 3
Guru memberikan materi yang akan dipelajari
dalam kegiatan belajar mengajar melalui
presentasi kelas √
4 Guru ikut berperan dalam
pembentukan kelompok teams games tournament
yang heterogen √
5 Guru memotivasi siswa
agar terlibat dalam diskusi kelompok
√ Guru
menghampiri ke setiap
kelompok untuk
memberikan pengarahan
agar semua anggota
berperan
6 Guru memberikan
kesempatan siswa untuk berdiskusi dalam
kelompok. √
Guru berjalan- jalan untuk
melihat kegiatan
kelompok
7 Guru membantu dan
mengarahkan siswa dalam pengerjaan lembar
kegiatan
√ Guru
menegaskan kembali aturan
atau tata cara yang harus
dilakukan siswa dengan
menghampiri seluruh
kelompok
8 Guru memberikan
dorongan kepada siswa agar ada kerjasama antar
individu di dalam kelompok diskusinya.
√
9 Guru mengamati atau
mengobservasi kegiatan kelompok selama
berdiskusi. √
Guru berjalan- jalan
menghampiri seluruh
kelompok 10
Guru berinteraksi dengan siswa, menumbuhkan
semangat kerja, keterlibatan dalam
kelompok untuk mencapai tujuan serta
menjawab pertanyaan yang diajukan siswa
secara perorangan.
√
11 Guru memastikan siswa
mandiri dalam mencari sumber atau informasi
untuk memecahkan masalah
√
12 Guru berinteraksi dengan
setiap kelompok, menjelaskan cara kerja
kelompok, tugas yang harus dikerjakan dan
kerjasama di dalam kelompok.
√ Pada dasarnya
guru menjelaskan
cara kerja kelompok
untuk seluruh kelompok
13 Guru membiarkan siswa
bekerja dalam kelompok menurut cara mereka
sendiri √
Ada peraturan dan cara
permainan yang harus
dipatuhi
14 Guru membiarkan siswa
berkeliling dari satu kelompok ke kelompok
lain sehingga suasana kelas menjadi tidak
kondusif. √
15 Guru hanya berinteraksi
dengan kelompok yang mengalami kesulitan
√ 16
Guru hanya memperhatikan beberapa
kelompok tertentu saja √
17 Guru dan siswa terlibat
percakapan serius sehingga kelas menjadi
gaduh dan menggangu siswa lain
√
18 Guru dan siswa sama-
sama asyik dengan √
pekerjaannya masing- masing sehingga suasana
kelas menjadi kaku 19
Guru meninggalkan kelas disaat siswa bekerja di
dalam kelompok sehingga tidak ada
pengawasan
√ Guru berkali-
kali meninggalkan
kelas karena ada urusan
mendadak yang
diperintahakn oleh kepala
sekolah
20 Guru memberikan
evaluasi dengan kuis dan memberikan penghargaan
bagi kelompok yang memiliki skor terbaik
√
21 Guru memberikan lembar
refleksi untuk diisi oleh siswa
√
Tabel 5.20 berikut merupakan deksripsi aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran TGT. Dari deskripsi tabel diatas telah menunjukkan bahwa secara umum guru telah mengelola pembelajaran
cooperative learning tipe TGT dengan baik. Dalam siklus kedua
ini guru telah mengorganisasikan materi pembelajaran sehingga membantu siswa dalam memahami materi dalam pembelajaran
model TGT, guru mengarahkan siswa untuk aktif dalam kegiatan kelompok, guru mendorong siswa untuk dapat berperan dalam
kegiatan kelompok, guru memberikan kesempatan siswa untuk mandiri dalam melakukan kegiatan kelompok, saat pembelajaran
berlangsung guru
menghampiri setiap
kelompok untuk
mengamati kegiatan kelompok yang sedang dilaksanakan, saat proses pembelajaran berlangsung guru meninggalkan kelas
berkali-kali karena ada sesuatu hal yang mendadak yang harus dilakukan oleh guru karena perintah dari kepala sekolah, guru
tidak memperhatikan kelompok-kelompok tertentu saja, guru menjelaskan kepada siswa aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh
siswa selama kegiatan kelompok berlangsung, guru melakukan evaluasi proses pembelajaran melului game dan turnemen yang
menjadi bagian dari pembelajaran kooperatif tipe TGT, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang manjadi
kelompok terbaik dengan skor yang tinggi, dan mengadakan evaluasi hasil belajar melalui lembar refleksi pembelajaran serta
kuesioner yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Pada siklus
kedua ini terlihat bahwa guru
lebih memperhatikan siswa dalam kegiatan kelompok yang sedang
dilakukan. Hal ini terlihat guru sering menghampiri kelompok dan ini menjadi kesempatan kelompok untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas. Berdasarkan refleksi siklus pertama, siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk bertanya karena guru
tidak memberi kesempatan bertanya sedangkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami aturan permainan yang harus siswa
lakukan. Guru memberikan pengarahan kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran ini karena saat guru menjalaskan
materi, guru selalu mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab oleh semua siswa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam siklus kedua ini guru mampu
mengorganisasikan proses
pembelajaran dengan
menerapkan metode TGT secara lebih menarik. 2
Observasi terhadap kegiatan siswa di kelas Observasi terhadap kegiatan siswa dilakukan bersamaan dengan
dilaksanakannya tindakan. Adapun kegiatan siswa dalam proses pembelajaran disajikan dalam tabel beriku.
Tabel 5.21 Aktivitas Kegiatan Siswa Di Kelas Dalam Penerapan Metode
Cooperative Learning Tipe TGT Siklus II
No Deskripsi
Ya Tidak
Keterangan 1
Siswa mengikuti pelajaran
√ Siswa fokus
memperhatikan penjelasan guru
2 Siswa mengerjakan
tugas yang diberikan selama kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode
kooperatif tipe TGT √
3 Siswa berinteraksi
dengan baik selama kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan metode kooperatif tipe
TGT √
4 Perhatian diarahkan
pada materi diskusi √
2 siswa membicarakan
hal lain di luar tugas
5 Siswa membagikan
materi yang dipelajari kepada anggota
kelompok √
6 Mendengarkan
penjelasan teman √
Siswa saling membantu siswa
lain yang belum jelas
7 Mancatat hal-hal yang
penting √
Siswa tidak ada yang mencatat
karena siswa sudah diberikan
handout
8 Antusias
√ 9
Mengajukan pertanyaan kepada guruteman
√ Saat siswa
kurang paham dalam
mengerjakan tugas
10 Menjawab pertanyaan
√ Saat guru
mengajukan pertanyaan
terbuka siswa menjawab
dengan baik
Tabel 5.21 di atas menunjukkan deskripsi terhadap aktivitas atau kegiatan siswa di kelas dalam penerapan model pembelajaran
TGT siklus kedua ini bahwa siswa mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan model pembelajaran TGT dengan baik.
Pada tebel di atas menunjukkan bahwa siswa siap dalam mengikuti pelajaran dengan menyiapkan alat tulis yang digunakan
dalam proses pembelajaran, siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru secara terbuka, siswa juga mengerjakan tugas
dengan baik yang diberikan selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT terlihat saat melakukan
tugas kelompok siswa menyelesaikannya dengan baik, siswa menjalin komunikasi dengan anggota kelompoknya dengan baik
selama melakukan kegiatan diskusi dan siswa terlihat saling membantu satu sama lainnya apabila ada anggota mereka yang
kurang paham, siswa fokus pada materi diskusi yang sedang dilakukan namun masih terlihat ada beberapa siswa yang tidak
fokus yaitu 2 siswa yang membicarakan hal lain di luar tugas, saat pelaksanaan kegiatan diskusi terlihat setiap anggota
kelompok dapat berperan dengan pembagian tugas untuk mencari jawaban akan soal tersebut, siswa mampu mendengarkan
penjelasan dari temannya saat mengalami kesulitan dalam memahami soal, dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak
ada siswa yang mencatat hal itu dikarenakan semua siswa sudah mendapatkan handout yang dimana handout tersebut sudah
mencangkup seluruh materi, siswa terlihat antusias dalam melakukan berbagai tahapan yang dilakukan selama proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran TGT, dalam siklus kedua ini siswa mendapatkan kesempatan bertanya
lebih banyak kepada guru saat pelaksanaan kegiatan diskusi karena guru menghampiri dan mengamati kegiatan kelompok dan
dalam siklus kedua ini terlihat siswa tidak mengalami kebingungan terhadap alur metode TGT karena siswa sudah mulai
terbiasa dengan metode ini. Selain pengamatan, pengumpulam data juga dilakukan
dengan wawancara dan perekaman data. Wawancara dilakukan
terhadap tiga siswa dengan kemampuan intelektual yang berbeda dengan mengajukan beberapa pertanyaan yaitu mengenai kesan
mereka terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode TGT dan perubahan terhadap motivasi belajar mereka. Dari hasil
wawancara tersebut pada dasarnya ketiga siswa tersebut memiliki persamaan jawaban yaitu kesan mereka sangat senang karena
metode ini membuat mereka lebih paham terhadap materi rekonsilaisi bank dan dengan metode ini siswa dapat belajar
bekerjasama dengan teman lainnya dan dapat saling membantu satu sama lain. Berdasarkan hasil wawancara mereka saat ditanya
mengenai perubahan motivasi ketiga siswa tersebut mengatakan ada perubahan yang terjadi terhadap motivasi belajar karena
dengan metode ini mereka lebih terpacu untuk berhasil dan siswa menjadi lebih semangat dalam belajar serta dengan menggunakan
metode TGT ini siswa memiliki niat untuk mengulang pembelajaran lagi di rumah untuk mengingat materi yang telah
dipelajari. Wawancara juga dilakukan kepada guru mitra. Guru mengatakan metode TGT ini memang bagus karena
metode ini dapat membuat siswa lebih termotivasi dan menjadi lebih aktif, pada dasarkan siklus kedua ini sudah jauh lebih baik
dari siklus pertama. Siklus kedua sudah membuat permainan menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa sehingga siswa tahu
apa yang harus siswa lakukan. Guru juga menegaskan bahwa
motivasi siswa pada siklus ke dua ini mengalami peningkatan yaitu siswa lebih bisa berantensi atau lebih berpartisipasi terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. 3
Observasi terhadap kondisi kelas Observasi terhadap kegiatan di kelas dilakukan bersamaan dengan
dilaksanakannya tindakan. Adapun kegiatan di kelas selama proses pembelajaran disajikan dalam tebel berikut.
Tabel 5.22 Observasi Kelas Selama Menerapkan Metode Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe TGT Siklus II
No Deskripsi
Ya Tidak
Keterangan 1
Fasilitas di dalam kelas mendukung proses
pembelejaran √
2 Kondisi kelas
mendukung proses pembelajaran
√ 3
Siswa membuat keributan atau
kegaduhan √
4 Siswa mengerjakan
latihan soal √
5 Ada kelompok-
kelompok di dalam kelas yang
menghambat kegiatan pembelajaran.
√
6 Siswa aktif bertanya
kepada guru jika mengalami kesulitan
√ Siswa bertanya
kepada guru saat guru
menghampiri ke setiap kelompok
7 Adanya kegiatan yang
menarik dalam proses pembelajaran
√ Siswa
melakukan diskusi
kelompok, permainan, serta
turnamen
8 Adanya sumber belajar
dalam kelas yang mendukung proses
pembelajaran √
Siswa menerima handout untuk
mendukung kegiatan proses
pembelajaran
9 Kondisi kelas berjalan
dengan baik selama pembelajaran.
√
Pada deksripsi di atas menunjukkan bahwa kondisi kelas sangat kondusif dan setiap siswa mampu menjaga ketenangan
kelas sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Adanya kegiatan menarik di dalam kelas membuat kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga siswa memiliki hasrat untuk belajar. Terlihat saat melakukan kegiatan kelompok
siswa mampu menjalani kegiatan tersebut dengan anggota kelompoknya.
d. Tingkat Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa
Motivasi belajar merupakan kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi belajar tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya sehingga
menyebabkan perubahan tingkah laku yang permanen yang dilandasi dengan tujuan tertentu. Salah satu bentuk yang menunjukkan seorang
siswa termotivasi adalah adanya keinginan untuk berhasil. Berikut ini disajikan deskripsi motivasi belajar siswa setelah melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran
cooperative learning tipe TGT. Deskripsi motivasi belajar disajikan
berdasrkan PAP II.
Tabel 5.23 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus II
No Interval
Frekuensi Frek. Relatif
Interpretasi 1
69 – 80 3
13.04 Sangat Tinggi
2 60 – 68
15 65.22
Tinggi 3
54 – 59 4
17.39 Sedang
4 48 – 53
1 4.35
Rendah 5
20 – 47 Sangat Rendah
Total 23
100 Tabel 5.23 di atas menunjukkan tingkat motivasi belajar siswa
pada siklus II. Dari data diatas tesebut tampak bahwa persentase siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar dengan kriteria sangat tinggi
adalah 13.04 dengan jumlah 3 siswa. Persentase siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar dengan kriteria tinggi adalah
65.22 dengan jumlah 15 siswa. Siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar sedang adalah 17.39 dengan jumlah 4 siswa. Pada
siklus kedua ini siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar rendah adalah 4.35 dengan jumlah 1 siswa dan sangat rendah adalah 0.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai mean 63.69 ; median 64 ; modus 65.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa setelah penerapan metode pembelajaran coopeartive learning
tipe TGT adalah dalam kriteria tinggi yaitu sebanyak 15 siswa dengan persentase 65.22. Hal ini menunjukkan perubahan terhadap motivasi
belajar siswa setelah pelaksanaan siklus I. Perubahan tersebut lebih menunjukkan peningkatan karena siswa antusias dengan kegiatan
pembelajaran dengan model pembelajaran TGT.
Tabel 5.24 Rekap Hasil Kuesioner Motivasi Belajar
Siklus I dan Siklus II
No Interval
Frekuensi Interpretasi
Siklus I Siklus II
1 69 – 80
4 3
Sangat Tinggi 2
60 – 68 12
15 Tinggi
3 54 – 59
7 4
Sedang 4
47 – 53 1
1 Rendah
5 20 – 46
Sangat Rendah Total
24 23
Pada siklus I jumlah siswa yang memiliki tingkat motivasi sangat tinggi sebanyak 12 siswa atau dengan persentase 50
sedangkan untuk tingkat motivasi sangat tinggi siklus II adalah 15 siswa atau dengan persentase 65.22. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa terjadi peningkatan terhadap tingkat motivasi siswa dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 15.22 dan peningkatan ini
sudah dapat dikatakan mencapai target karena target peningkatan motivasi adalah 10 .
Pada pelaksanaan implementasi tindakan peneliti juga mengamati motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran TGT. Tujuan peneliti melakukan pengamatan motivasi secara langsung adalah untuk
melihat secara nyata keadaan yang sebenarnya motivasi siswa selama di kelas karena terkadang apa yang diungkapankan pada lembar
kuesioner tidak sesuai dengan keadaan nyata. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengamatan secara langsung saat pelaksanaan proses
pembelajaran. Berikut adalah deskripsi pengamatan motivasi siswa di kelas.
Tabel 5.25 Pengamatan Motivasi Siswa Di Kelas Dalam Penerapan
Model Pembelajaran TGT Siklus II
No Deskripsi
Presentase Keterangan
1 Siswa menjawab
pertanyaan dari guru 78.26
18 siswa menjawab pertanyaan yang
guru ajukan terhadap seluruh siswa
2 Siswa aktif dalam
kegiatan diskusi 91.30
Sebagian besar siswa aktif dalam kegiatan
kelompok yaitu sebanyak 21 siswa
3 Siswa membatu teman
lain saat mengalami kesulitan
95.65 22 siswa terlihat
membantu teman anggota
kelompoknya saat mengalami kesulitan
dalam memahami tugas
4 Siswa antusias saat
mendapat giliran mengerjakan soal di
depan kelas 100
Seluruh siswa antusias saat
melakukan turnamen
5 Siswa fokus bekerjasama
dalam kelompok 95.65
22 siswa mampu fokus dengan
pekerjaan mereka dalam kelompok
6 Siswa bersemangat
dalam melakukan kegiatan kelompok
100 Seluruh siswa
bersemangat dalam melakukan kegiatan
kelompok walaupun mereka merasa grogi
dan takut salah
7 Siswa tidak
membicarakan hal lain diluar tugas
95.65 22 siswa saat tidak
membicarakan hal lain di luar tugas.
Dari hasil pengamatan motivasi yang peneliti lakukan bersamaan dengan pelaksanaan penerapan model pembelajaran TGT
motivasi siswa dalam belajar tinggi. Ada peningkatan yang cukup bila dibandingan dengan pengamatan yang dilakukan pada siklus pertama
namun ada pula yang mengalami penurunan. Saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa yang menjawab pertanyaan dari guru
sebanyak 18 siswa menjawab dengan persentase 78.26, siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi sebanyak 21 siswa dengan persentase
91.30, siswa yang membantu temannya saat mengamali kesulitan sebanyak 22 orang dengan persenatse 95.65, semua antusias saat
mendapat giliran mengerjakan soal di depan kelas yaitu pada saat turnamen dengan persenatse 100, siswa yang fokus saat melakukan
kegiatan berkelompok sebanyak 22 siswa dengan persentase 95.65, selama kegiatan berkelompok berlangsung semua siswa bersemangat
untuk melakukan tugas kelompoknya dengan persentase 100, dan sebanyak 22 siswa atau dengan persentase 95.65 saat melakukan
kegiatan kelompok tidak membicarakan hal lain di luar tugas. Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan pengamatan
motivasi secara langsung yang dilakukan peneliti saat pelaksaan berlangsung, motivasi siswa dalam belajar tinggi karena hasil
pengamatan menunjukkan peningkatan dan dapat dikatakan sudah mencapai tagret.
Tabel 5.26 Rekap Hasil Pengamatan Motivasi Siswa Di Kelas
Siklus I dan Siklus II
No Deskripsi
Target Presentase
Siklus I Siklus II
1 Siswa menjawab
pertanyaan dari guru 40
75 78.26
2 Siswa aktif dalam kegiatan
diskusi 50
87.5 91.30
3 Siswa membatu teman lain
saat mengalami kesulitan 50
79.17 95.65
4 Siswa antusias saat
mendapat giliran mengerjakan soal di depan
kelas 50
100 100
5 Siswa fokus bekerjasama
dalam kelompok 50
95.83 95.65
6 Siswa bersemangat dalam
melakukan kegiatan kelompok
50 100
100 7
Siswa tidak membicarakan hal lain diluar tugas
50 79.17
95.65
Berdasarkan rekap hasil pengamatan motivasi yang dilakukan peneliti, dapat dilihat bahwa dari 7 item yang telah mencapai target.
Berdasarkan hasil pengamatan ada 2 siswa yang membicarakan hal lain di luar tugas. Pada akhir pertemuan peneliti bersama dengan guru
mitra mengadakan post test dalam bentuk evaluasi belajar. Yang akan menjadi ukuran keberhasilan belajar siswa adalah hasil evaluasi
belajar. Berikut ini adalah hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran TGT siklus II.
Tabel 5.27 Hasil Tes Belajar Siswa Sesudah Implementasi Tindakan Model
Pembelajaran TGT Siklus II
No Nama
Siklus II Ketuntasan
1 Aditya Wisnugraha
Tidak 2
Amanda Trias Dewanti 92
Tuntas 3
Anastasia Rita Rahayu 98
Tuntas 4
Avelina Iva 75
Tuntas 5
Bernadeta Yanuariksa Dua Bapa 79
Tuntas 6
Bibiana Nona Lilianti Gela 95
Tuntas 7
Brigita Nawang Suryaningtyas 75
Tuntas 8
Chisna Bramasta 79
Tuntas 9
Corina Widyaningrum 75
Tuntas 10
Daniel Budi Utomo 76
Tuntas 11
Eka Wahyuningsih 77
Tuntas 12
Emanuel Fernando Gare 90
Tuntas 13
Emanuel Laka 76
Tuntas 14
Fransisco Hutasoid S. 75
Tuntas 15
Fx. Joko Harsono 78
Tuntas 16
Hendrikus Rangga 95
Tuntas 17
Inung Dwi Prasetyo 95
Tuntas 18
Ira Ratnaningsih 92
Tuntas 19
Kristina Solikah 70
Tidak 20
Lilis Karlina Sute 93
Tuntas 21
Lusia Sere 70
Tidak 22
Maria Elisabeth Lisa 75
Tuntas 23
Maria Erviana Dei 79
Tuntas 24
Lusi Legawati 75
Tuntas
Tabel 5.27 di atas menunjukkan hasil belajar siswa yang dilaksanakan dalam bentuk evaluasi. Dari tabel berikut tampak bahwa
ada siswa memperoleh nilai mencapai KKM adalah 21 siswa dengan persentase 91.30 dan siswa yang memperoleh nilai belum mencapai
KKM adalah 2 siswa dengan persentase 8.70. Jumlah siswa yang hasil belajarnya mencapai KKM sudah mencapai target yaitu 70,
maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa siklus kedua sudah tuntas. Berikut ini adalah rekap hasil belajar siswa siklus I dan siklus
II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.28 Rekap Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Nama Siklus I
Ketuntasan Siklus II
Ketuntasan Aditya Wisnugraha
81 Tidak
Tidak Amanda Trias
Dewanti 94
Tuntas 92
Tuntas Anastasia Rita
Rahayu 96
Tuntas 98
Tuntas Avelina Iva
73 Tuntas
75 Tuntas
Bernadeta Yanuariksa Dua
Bapa 95
Tuntas 79
Tuntas Bibiana Nona
Lilianti Gela 90
Tuntas 95
Tuntas Brigita Nawang
Suryaningtyas 52
Tuntas 75
Tuntas Chisna Bramasta
76 Tidak
79 Tuntas
Corina Widyaningrum
73 Tuntas
75 Tuntas
Daniel Budi Utomo 75
Tidak 76
Tuntas
Eka Wahyuningsih 75
Tidak 77
Tuntas Emanuel Fernando
Gare 98
Tuntas 90
Tuntas Emanuel Laka
81 Tidak
76 Tuntas
Fransisco Hutasoid S.
80 Tidak
75 Tuntas
Fx. Joko Harsono 77
Tidak 78
Tuntas Hendrikus Rangga
75 Tuntas
95 Tuntas
Inung Dwi Prasetyo 90
Tuntas 95
Tuntas Ira Ratnaningsih
90 Tuntas
92 Tuntas
Kristina Solikah 58
Tuntas 70
Tidak Lilis Karlina Sute
79 Tidak
93 Tuntas
Lusia Sere 71
Tuntas 70
Tidak Maria Elisabeth
Lisa 61
Tuntas 75
Tuntas Maria Erviana Dei
93 Tuntas
79 Tuntas
Lusi Legawati 76
Tidak 75
Tuntas
Target keberhasilan hasil belajar yaitu 70 siswa mengalami ketuntasan belajar. Pada siklus I jumlah siswa yang mengalami
ketuntasan belajar sebanyak 18 siswa dengan persenatse 75 dan untuk siklus II siswa yang mengalami ketuntasan belajar 21 dengan
persentase 91.30. Dari tabel diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa target keberhasilan hasil belajar sudah tercapai karena 21 siswa
91.30 sudah mengalami ketuntasan belajar.
e. Refleksi
1 Guru
Tabel 5.29 Instrumen Refleksi
Kesan Guru Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II
No Uaraian
Komentar 1
Kesan guru terhadap komponen pembelajaran
yang digunakan dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran cooperative
learning
tipe teams games tournament.
Baik, lebih termotivasi dalam belajar dan
mengerjakan tugas
2 Kesan guru terhadap
motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode cooperative
learning
tipe teams games tournament.
Baik, siswa mengalami kemajuan dan lebih
bersemangat dan lebih bergairah
3 Kesan guru terhadap
partisipasi dan minat siswa mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan metode cooperative
learning
tipe teams games tournament.
Baik, siswa yang sebelumnya pasif di kelas
saat penerapan model pembelajaran ini menjadi
aktif mau berapartisipasi
4 Kesan guru terhadap
aktifitas siswa ketika mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan metode
cooperative learning
tipe teams games tournament.
Siswa cukup aktif mengalami kemajuan yang
baik dan siswa memiliki gairah untuk belajar
5 Hambatan yang dihadapi
apabila nanti guru hendak melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode
cooperative learning
tipe teams games tournament.
Persiapan yang harus membutuhkan waktu yang
lama dan penyusunan saran untuk permainan dan
turnamen
6 Hal-hal yang mendukung
apabila guru menggunakan metode pembelajaran
cooperative learning tipe
teams games tournament. •
Aktifitas siswa di kelas bertambah
• Kelas lebih
bersemangat dan lebih hidup
• Siswa menjalani
kegiatan pembelajaran dengan tertib
7 Manfaat yang diperoleh
dengan merencanakan rencana pembelajaran
dengan metode pembelajaran cooperative
learning
tipe teams games tournament.
Proses pembalajaran di dalam kelas membuat
proses kegiatan pembelajaran berjalan
dengan efektif dan kelas menjadi kondusif
8 Hal-hal apa saja yang
masih harus diperbaiki dalam pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran
cooperative learning
tipe teams games tournament.
Bentuk permainan yang lebih ekonomis dan
komponen permainan yang lebih praktis
Tabel 5.29 diatas menunjukkan deskripsi refleksi guru setelah melaksanakan serangkaian proses pembelajaran dengan
menggunakan metode TGT melalui lembar refleksi dan wawancara. Kesan guru terhadap komponen pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah adanya perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu
siswa mengalami kemajuan yang baik siswa, lebih memiliki gairah untuk belajar sehingga terlihat jelas siswa memiliki
motivasi untuk berhasil. Adapun hambatan yang dihadapi selama perencanaan dan tindakan pembelajaran dengan menggunakan
metode TGT berlangsung yaitu persiapan yang matang karena tahapan pada proses pembelajaran TGT ini sedikit rumit sehingga
membutuhkan waktu yang lama untuk persiapan. Persiapan sarana atau media pembelajaran juga harus diperhatikan dan harus
dipersiapkan dengan baik agar pemanfaatan media tepat dan tidak membuat siswa bingung, dan pemilihan permainan yang harus
sesuai dan kreatif agar siswa mudah dalam melakukannya. Sedangkan manfaat yang diperoleh
setelah melaksanakan serangkaian proses pembelajaran, antara lain siswa lebih bisa
pembelajaran lebih hangat, siswa lebih aktif, siswa menjadi bisa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan suasana
pembelajaran di kelas menjadi semangat sehingga kelas kondusif. Adapun hal-hal yang masih harus diperbaiki dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah komponen pembelajaran atau media
yang digunakan diharapkan lebih praktis sehingga tidak mempersulit siswa selain itu permainan yang telah dirancang
dibuat seekonomis mungkin. Setelah adanya PTK ini, diharapkan guru akan
melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode TGT. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya meningktkan kualitas
pembelajaran siswa di kelas terutama dalam hal motivasi dan hasil belajar siswa terhadap materi Akuntansi.
2 Siswa
Di akhir pembelajaran diadakan post test atau evaluasi dan peneliti meminta waktu siswa untuk bertanya tentang kesan
terhadap pembalajaran. Pada umumnya siswa mengatakan senang dengan metode pembelajaran yang telah dilakukan, siswa merasa
dengan menggunakan metode ini mereka menjadi bisa lebih paham terhadap materi karena penyampaiannya lebih menarik
dan tidak monoton siswa siswa terpacu untuk berhasil. Selain itu juga peneliti membagikan lembar kuesioner motivasi belajar
siswa guna mengetahui tercapai tidaknya indikator keberhasilan tindakan yang ditergetkan dan mengisi lembar refleksi siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode TGT.
Tabel 5.30 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat Dan Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II
No Uraian
Komentar 1
Bagaimana menurut anda tentang pembelajaran
dengan menggunakan metode cooperative
learning
tipe teams games tournament
topik pembahasan, media
pembelajaran, situasi kelas, penampilan guru,
lingkungan kelas,dll ? •
Menyenangkan •
Pembelajaran ini mudah dimengerti dan cepat
dipahami •
Topik pembahasan yang menarik, dengan metode
ini menjadi lebih paham, kelas menjadi lebih akrab
dan seru
• Sangat menarik, karena
metode ini bisa mengajak untuk berpikir
• Pembelajaran tidak
membosankan •
Asik, bisa lebih terpacu
dengan teman lain •
Memiliki rasa bangga karena lebih mengerti dari
pada sebelumnya •
Dengan pembelaharan ini menjadi lebih baik dari
sebelumnya •
Lebih terpacu untuk bersaing dengan teman
2 Apakah anda berminat
dan termotivasi mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan metode cooperative
learning
tipe teams games tournament
• Sangat berminat
• Menjadi lebih temotivasi
• Dalam metode ini bisa
melatih berpikir cepat dan tertib dalam waktu
• Metode pembelajaran ini
praktis dan lebih efisien 3
Apa saja yang anda lakukan selama
pembelajaran dengan menggunakan metode
cooperative learning
tipe teams games tournament
• Bermain dan berdiskusi
• Bekerjasama dalam
anggota kelompok dan menjawab soal turnamen
dan pre test serta post test
4 Apakah anda lebih paham
tentang materi membukukan jurnal
penyesuaian dengan menggunakan metode
cooperative learning
tipe teams games tournament
• Lebih paham dengan
metode ini •
Cukup paham dan mengerti mengenai materi
• Lebih paham karena ada
tantangan untuk kerja mandiri
• Sedikit lebih paham
5 Hambatan apa yang anda
temui selama melaksanakan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode
cooperative learning
tipe teams games tournament
• Kondisi teman dalam
kelompok yang kurang mendukung
• Waktu yang diberikan
pada tahap turnamen kurang
• Penjelasan kurang jelas
• Kesempatan untuk
bertanya kurang •
Sulit menjawab soal-soal •
Malu dan takut salah •
Soal yang diberikan belum dipahami
• Kurang konsentrasi
6 Manfaat apa yang anda
peroleh pada pembelajaran dengan
menggunakan metode cooperative learning
tipe teams games tournament
• Bisa mengerti
• Menjadi lebih paham
dalam materi ini •
Menjadi lebih akrab dengan teman
• Minat untuk belajar
meningkat •
Bisa berbagi pendapat dengan teman
• Belajar bekerjasama
dalam kelompok •
Bisa memanfaatkan waktu yang sedikit
• Kebersamaan dengan
teman •
Dapat mengasah otak •
Tidak mudah lupa dengan materinya
Tabel 5.30 di atas adalah deskripsi refleksi siswa terhadap proses pembelajaran. Berdasarkan refleksi siswa ada banyak
siswa yang merasa senang dengan model pembelajaran TGT, ada banyak manfaat yang diperoleh dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran TGT, antara lain menyenangkan, pembelajaran ini mudah dimengerti dan cepat
dipahami, topik pembahasan yang menarik, dengan metode ini menjadi lebih paham, kelas menjadi lebih akrab dan seru, sangat
menarik karena metode ini bisa mengajak untuk berpikir, pembelajaran tidak membosankan, bisa lebih terpacu dengan
teman lain, memiliki rasa bangga karena lebih mengerti dari pada sebelumnya, dan dengan pembelajaran ini menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
Sedangkan hambatan yang dihadapi selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT
adalah kondisi teman dalam kelompok yang kurang mendukung, waktu yang diberikan pada tahap turnamen kurang, penjelasan
kurang jelas, kesempatan untuk bertanya kurang, sulit menjawab soal-soal, malu dan takut salah, soal yang diberikan belum
dipahami, dan kurang konsentrasi Setelah melaksanakan PTK ini, siswa diharapkan berminat
dan termotivasi kembali untuk melakasanakan pembelajaran dengan model TGT. Siswa merasakan bahwa dengan belajar
dengan model ini menyenangkan, lebih menarik, tidak membosankan, kelas menjadi lebih seru, dan dapat menjalin
kekompakan dengan teman, dan dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa menjadi lebih paham terhadap materi
rekonsiliasi bank. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa
menilai pada siklus kedua ini menunjukkan bahwa keseluruhan perangkat dan proses pembelajaran sudah cukup baik dan berjalan
dengan lancar. Pada umumnya pada siklus kedua ini siswa bertanggungjawab serta mengusai materi.
B. Analisis dan Pembahasan Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi
Siswa Dalam Materi Menyusun Rekonsiliasi Bank.
1. Hasil belajar Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar. Dari hasil penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya hasil evaluasi
belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran TGT. Berikut ini disajikan tabel hasil belajar siswa dari pra-implementasi, siklus I, dan
siklus II berdasarkan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Tabel 5.31 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Kelas X AK
SMK Putra Tama Bantul
Nama Pra
Implementasi Ketuntasan
Siklus I Ketuntasan
Siklus II
Ketuntasan Aditya Wisnugraha
72 Tidak
81 Tuntas
Tidak Amanda Trias Dewanti
79 Tuntas
94 Tuntas
92 Tuntas
Anastasia Rita Rahayu 85
Tuntas 96
Tuntas 98
Tuntas Avelina Iva
75 Tuntas
73 Tidak
75 Tuntas
Bernadeta Yanuariksa Dua Bapa
75 Tuntas
95 Tuntas
79 Tuntas
Bibiana Nona Lilianti Gela
75 Tuntas
90 Tuntas
95 Tuntas
Brigita Nawang Suryaningtyas
75 Tuntas
52 Tidak
75 Tuntas
Chisna Bramasta 72
Tidak 76
Tuntas 79
Tuntas Corina Widyaningrum
75 Tuntas
73 Tidak
75 Tuntas
Daniel Budi Utomo 72
Tidak 75
Tuntas 76
Tuntas Eka Wahyuningsih
72 Tidak
75 Tuntas
77 Tuntas
Emanuel Fernando Gare
80 Tuntas
98 Tuntas
90 Tuntas
Emanuel Laka 72
Tidak 81
Tuntas 76
Tuntas Fransisco Hutasoid S.
70 Tidak
80 Tuntas
75 Tuntas
Fx. Joko Harsono 70
Tidak 77
Tuntas 78
Tuntas Hendrikus Rangga
75 Tuntas
75 Tuntas
95 Tuntas
Inung Dwi Prasetyo 75
Tuntas 90
Tuntas 95
Tuntas Ira Ratnaningsih
80 Tuntas
90 Tuntas
92 Tuntas
Kristina Solikah 75
Tuntas 58
Tidak 70
Tidak Lilis Karlina Sute
72 Tidak
79 Tuntas
93 Tuntas
Lusia Sere 75
Tuntas 71
Tidak 70
Tidak Maria Elisabeth Lisa
75 Tuntas
61 Tidak
75 Tuntas
Maria Erviana Dei 79
Tuntas 93
Tuntas 79
Tuntas Lusi Legawati
72 Tidak
76 Tuntas
75 Tuntas
Deskripsi mengenai hasil belajar siswa sebelum menerapkan model pembelajaran TGT, menunjukkan bahwa
siswa yang mengalami ketuntasan sebanyak 15 siswa 63 sesuai dengan kriteria keberhasilan
PTK 70. Setelah penerapan model TGT siklus I hasil evaluasi belajar siswa sudah dapat dikatakan mencapai target tampak bahwa ada 18 siswa
75 yang mencapai nilai 75 Pada siklus II menunjukaan hasil evaluasi belajar siswa yang dilaksanakan setelah penerapan model TGT. Dari tabel
di atas tampak bahwa ada 21 siswa 91.30 yang mencapai nilai 75. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran TGT
pada materi menyusun rekonsiliasi bank sudah memberi dampak meningkatnya hasil belajar siswa kelas X jurusan Akuntansi SMK Putra
Tama Bantul. Jumlah siswa yang hasil evaluasi belajanya mencapai KKM sudah memenuhi target yaitu 70 yang telah ditentukan, maka dapat
dikatakan sudah tuntas.
2. Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan kekuatan normal yang mendorong
terjadinya proses belajar. Sebagai salah satu bentuk penanda bahwa seseorang termotivasi dalam belajar adalah adanya keinginan dan
kesadaran untuk belajar. Berikut ini disajikan secara ringkas hasil analisis data kuesioner pada pra-implementasi, siklus I, dan siklus II yang
dideskripsikan berdasarkan PAP II.
Tabel 5.32 Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa
Skala Motivasi
Pra- Implementasi
Siklus I Siklus II
Kriteria Motivasi 69-80
16.67 13.04
Sangat Tinggi 60-68
29.17 50
65.22 Tinggi
54-59 50
29.17 17.39
Sedang 47-53
20.83 4.17
4.35 Rendah
20-46 Sangat Rendah
Tabel 5.32 di atas mendeskripsi mengenai motivasi belajar siswa pada pra-implementasi, siklus I, dan siklus II. Pada pra-implementasi
menunjukkan bahwa 29.17 siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar dengan kriteria tinggi. Pada siklus pertama menunjukkan 50 sehingga
ada peningkatan sebesar 20.83 yang memiliki motivasi belajar dengan kriteria tinggi. Berdasarkan data PAP II peningkatan yang terjadi telah
mencapai target yaitu 10. Hasil penelitian menujukkan bahwa
pada penerapan model pembelajaran TGT siklus I ada peningkatan motivasi belajar siswa kelas X
jurusan Akuntansi SMK Putra Tama Bantul dalam materi menyusun
rekonsiliasi bank dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan.
Pada siklus kedua saat penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT, menunjukkan bahwa 65.22 yang memiliki motivasi belajar
dengan kriteria tinggi. Motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I setelah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT
yaitu sebesar 15.22. Hasil penelitian menujukkan bahwa setelah adanya perubahan yang terjadi pada penerapan model pembelajaran TGT siklus II
ada peningkatan motivasi belajar siswa kelas X jurusan Akuntansi SMK Putra Tama Bantul dalam materi menyusun rekonsiliasi bank dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus I dan siklus II.
Berikut ini disajikan deskripsi tingkat keberhasilan motivasi belajar siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung pada saat pra-
implementasi, siklus I, dan siklus II.
Tabel 5.33 Analisis Tingkat Keberhasilan Motivasi Dalam Proses Pembelajaran
Kompenen Pra-
Implementasi Target
Indikator Keberhasilan
Deskripsi Siklus
I Siklus
II Siswa
menjawab pertanyaan dari
guru 16
40 75
78.26 Jumlah siswa
yang menjawab
Siswa aktif dalam kegiatan
diskusi 50
87.5 91.30
Jumlah siswa yang aktif
Siswa membatu
teman lain saat mengalami
kesulitan 50
79.17 95.65
Jumlah siswa yang
membantu teman
kelompok
Siswa antusias saat mendapat
giliran mengerjakan
soal di depan kelas
50 100
100 Jumlah siswa
yang antusias
Siswa fokus bekerjasama
dalam kelompok
50 95.83
96.65 Jumlah siswa
yang fokus
Siswa bersemangat
dalam melakukan
kegiatan kelompok
50 100
100 Jumlah yang
bersemangat dalam
melakukan tugas
kelompok
Siswa tidak membicarakan
hal lain diluar tugas
50 79.17
95.65 Jumlah siswa
yang tidak membicarakan
hal diluar tugas
Tabel 5.33 di atas menunjukkan tingkat keberhasilan motivasi belajar siswa pada masing-masing siklus. Berdasarkan data tersebut,
tampak bahwa pada 7 komponen yang tersajikan telah mencapai target yang diharapkan.
Berdasarkan hasil analisis pada masing-masing siklus di atas maka secara ringkas analisis tingkat motivasi dan hasil belajar siswa disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 5.34 Hasil Analisis Hasil Belajar Dan Motivasi Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Kompenen Pra-
Implementasi Hasil Analisis
Keterangan Siklus I
Siklus II Hasil
Belajar 63
75 91.30
Persentase ketuntasan belajar siswa
berdasarkan hasil evaluasi belajar
Motivasi Belajar
16.67 13.04
Sangat Tinggi 29.17
50 65.22
Tinggi 50
29.17 17.39
Sedang 20.83
4.17 4.35
Rendah Sangat Rendah
Tabel 5.34 diatas menunjukkan hasil analisis hasil belajar dan motivasi belajar siswa pada masing-masing siklus. Capaian skor tingkat
hasil belajar berdasarkan hasil evaluasi belajar siklus pertama 75 sedangkan siklus kedua 91.30. Tingkat motivasi belajar berada pada
kategori sangat tinggi. Hal ini dibuktikan berdasarkan capaian skor pada siklus pertama sebesar 50 dan siklus kedua sebsar 65.22. Persentase
motivasi belajar terhadap kedua siklus ini dibandingkan dengan persentase
pra-implementasi. Untuk siklus pertama bila dibandingkan dengan pra- implementasi terjadi peningkatan sebesar 20.83 dan untuk siklus kedua
bila dibandingkan dengan siklus I terjadi peningkatan sebesar 15.22. Berdasarkan uraian tentang motivasi dan hasil belajar di atas, secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam
materi menyusun rekonsiliasi bank. Proses pembelajaran akan menjadi menarik dan tidak membosankan
jika dikemas dengan menarik pula serta memperhatikan kondisi siswa. Maka dapat dikatakan motivasi siswa akan mempengaruhi hasrat belajar
siswa untuk berhasil. Termotivasi atau tidaknya siswa untuk belajar tergantung dari cara guru mengemas proses pembelajaran semenarik
mungkin dan sekreatif mungkin sehingga siswa akan mendapatkan manfaat bagi dirinya sedndiri dan bagi guru.
200
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN