bawah ini, kita dapat melihat penggunaan 3 not 14 dan pada birama 26 bandingkan dengan birama 8 bentuk ritem yang digunakan bermiripan.
25
Pada birama 27 di bawah keseluruhan menggunakan notasi 18 dan tanda istirahat dihilangkan, pada birama 28 memakai not penuh seperti pada birama 22.
27
5.4.8 Analisa hubungan teks dan musik Teks dan frase melodi bagian A
Universitas Sumatera Utara
Umumnya teknik bernyanyi syllabic dan neumatic yang digunakan dalam lagu Kota Siantar Nauli. Selain itu, 9 frase-frase melodi vokal bagian A di atas
dikomposisi dengan sederhana, notasinya disusun hampir seluruhnya melangkah. Perhatikan frase 1 sampai 4, Frase 1 pada melodi tenor 2 melodi pokok dengan
teks tung mansai borat artinya amat sangat berat awalnya agak datar, dari nada G melangkah ke atas ke nada B, frase 2 tung dok-dok do rohangku artinya
alangkah beratnya hatiku frase melodinya lebih meningkat dari nada G melangkah naik sampai nada C kemudian turun melangkah ke nada A. Frase 3 denga teks
laomanadikhon artinya pergi meninggalkan frase melodi dengan melangkah naik
dari nada A sampai ke nada C dan bertahan disana. Frase 4 dengan teks kota Siantarnauli
artinya kota Siantar yang indah dengan frase melodi dari nada A melangkah naik ke C kemudian turun ke nada G berakhir dengan kadens V-I
sebagai penutupdari sebuah kalimat lagu. Frase 1 sampai 4 adalah satu kalimat lagu yang berakhirpada sebuah kadens sempurna. Kemudian perhatikan frase 5
juga pada meloditenor 2 melodi pokok sampai frase 9, frase 5 dengan teks di Simarito
artinyaSimarito salah satu tempat di Siantar, pergerakan frase melodinya lebih ditingkatkan lagi dari nada B bergerak melangkah naik ke nada D, melodi
Universitas Sumatera Utara
dan teks menggambarkan sebuah awal frase anteseden, Frase 6 dengan teks nunga tading rohakku
artinya sudah tinggal hatiku adalah sebuah frase anteseden pada akord tingkat IV C mayor. Frase 7,8,9 dengan teks rohangki sai tusi, sai
masihol do au, tu Siantar na uli yang artinya hatiku selau ke situ, selalu aku
rindu, ke Siantar yang inda adalah puncak dari frase anteseden pada frase 7,
sedangkan frase 8 awal penyelesaian dari frase anteseden dan berakhir pada frase 9 dengan frase konsekwen pada kadens V-I. Suara tenor 1 dan suara bas dalam
bagian A ini selalu sejajar paralel dengan tenor 2 melodi pokoknya, sesuai dengan pemakaian harmoni 3 suara tertutup yang sejajar parallel.
Teks dan frase melodi bagian B
Universitas Sumatera Utara
Bagian B refrain adalah perkembangan dari bagian A, intensitas melodinya ditingkatkan pada frase 1 dengan penggunaan not-not atas pada solo tenor 2
sampai ke nada A atas dan pamakaian not penuh dengan seruan teks o kota Siantar nauli
pada akord tingkat IV C mayor sebagai sebuah frase anteseden. Frase 2 dengan teks sai tong masihol au, malungun naeng mulak tusi artinya
selalu aku rindu, merindukan pulang ke sana, sebuah kalimat akan berakhir
dengan demikian frase melodinya menurun dan berakhir pada frase konsekwen sebagai anti klimaks terhadap frase melodi sebelumnya.
Teks bagian A’ lagu berganti dengan:
Diparjalangan tung lungun do rohakku, na manadikhon kota Siantar Nauli, dung
di Jakarta gabe sonang ngolukhu ala boi dope au marende palas roha na susai.
Artinya di perantauan sungguh sedih hatiku, meninggalkan kota Siantar, setelah di Jakarta hidupku jadi senang, karena aku masih dapat bernyanyi menghibur
hati yang susah . Teks bagian A’ menggunakan frase-frase melodi yang sama
dengan bagian A, sehingga analisa kaitan teks dengan melodinya sama dengan bagian A di atas.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga dengan teks bagian B’ berganti dengan:
O kota Jakarta na uli, akka na masa na ribur godang do berengon di si. Artinya
o kota Jakarta yang indah, segalah yang terjadi yang meriah banyak dapat dilihat di sana. Analisa kaitan teks dan melodi sama seperti bagian B.
Hal yang menarik dalam rekaman ini adalah produksi suara trio Golden Heart yang polos apa adanya dengan aksen pengucapan bahasa Batak yang kental.
Frase-frase melodi yang sederhana dan mudah ditangkap dipadukan dengan teks yang akrab mengenai perantauan, khususnya orang-orang Batak yang pergi
merantau keluar dari kota Siantar ke Jakarta pada masa itu menambah kedekatan lagu tersebut kepada pendengarnya sebagai sebuah nostalgia, kenangan saat
berada di kota Siantar. Perpaduan trio yang kompak juga menjadi hal yang menarik pendengar pada masa itu 1970-an awal, mereka berhasil memadukan
karakter masing-masing suara menjadi satu warna yang khas mereka sendiri. Menurut Dakka Hutagalung perpaduan tersebut dicapai oleh latihan yang sangat
sungguh-sungguh dan keras. Iringan sederhana 2 gitar akustik juga cukup menarik, kesederhanaan
permainan gitar dengan penggunaan akord-akord gitar yang sederhana sangat digemari oleh orang-orang Batak khususnya yang berada di huta kampung pada
masa itu, karena akordnya gampang ditiru. Pola iringan gitar yang memainkan pola-pola bas juga cukup menarik, dapat kita dengan pola-pola iringan bas yang
tidak terlalu teratur tetapi tetap memainkan dasar harmoni dari akord gitar. Selain itu, instrumen Gitar mudah dibawa kemana-mana karena cukup ringan untuk
digenggam dan mudah didapatkan dengan harga yang relatif murah. Sejak
Universitas Sumatera Utara
masuknya pengaruh Barat ke tanah Batak akhir abad ke 19, instrument gitar sudah mulai dikenal oleh masyarakat Batak dan sangat digemari.
Akhir lagu pada birama 68 trio Golden Heart membuat improvisasi vokal slide
atau sejenis hiasan terhadap melodi penutup pada setipa suara sebelum kadens sempurna. Hiasan tersebut memasukkan nada disonan sebelum nada
konsonan nada akord pada setiap nada konsonannya pada suku kata “si”. Menurut penulis, unsur kontras itu dibuat untuk membedakannya dengan kadens-
kadens sempurna sebelumnya atau menandakan sebuah coda yang sebaiknya memang harus dibedakan sebagai sebuah akhir lagu.
Universitas Sumatera Utara
5.5 Analisa Lagu Mitu