dengan putrinya mempelai saat pernikahan berlangsung. Lagu ini diciptakan Sidik Sitompul saat pernikahan putrinya dengan menantu laki-laki Buha
Tambunan. Akhirnya di Medan lagu ini sangat sering dinyanyikan di pesta- pesta adat pernikahan orang-orang Batak pada saat memberangkatkan pengantin
perempuan yang akan dibawa oleh pengantin laki-laki.
4.5.2 Radio
Rekaman lagu Mangkuling Giring-Giring lonceng gereja berbunyi ciptaan Sahala. M yang dinyanyikan oleh Eddy Silitonga sangat terkenal pada
tahun 1970-an di Medan. Penulis sering mendengar lagu tersebut diputar di siaran radio antara pukul 15.00-16.00 wib. Teks lagu ini menceritakan tentang seseorang
yang ditinggalkan orang tua perempuan meninggal pada saat malam tahun baru. Meskipun teksnya sedih dan melodinya mengarah ke karakter andung-andung
tetapi berdasarkan seringnya lagu tersebut diputar di siaran radio orang-orang Batak senang meskipun merasa sedih saat mendengarkannya. Secara khusus lagi
bagi perantau-perantau orang-orang Batak masa itu yang teringat akan orang tuanya di kampung, atau orang tuanya yang sudah meninggal sebagai sebuah
kenangan-kenangan masa lalu nostalgia. Mungkin juga bagi yang mengalami kejadian serupa, atau baru saja mengalami peristiwa seperti itu, apabila dia suka
mendengarnya pasti akan meneteskan air mata, sangat sentimentil. Rekaman lagu-lagu lain yang dinyanyikan oleh Eddy Silitonga dan sering
di putar di radio dan cukup berkesan pada masa itu di Medan adalah; Tarhirim Do Au Ito
karya cipta Johannes Purba, Parsiulakon karya cipta Jonggi Manullang,
Universitas Sumatera Utara
Mulak Tu Jakarta karya cipta Sahala M, Bona Ni Pinasa n.n, Sursar n.n, Antar
Di dokkon karya cipta Addimar Panjaitan.
Diana Nasution dan Rita Nasution yang disebut juga dengan Nasution Sisters
juga merekam ke dalam kaset lagu-lagu era Tapanuli modern, antara lain
Anju Au n.n, Beha Pandundung Bulung karya cipta Nahum Situmorang. Lagu
mereka yang sering diputar di radio Medan tahun1970-an adalah Emeni Simbolon padinya Simbolon. Lagu ini memakai perumpamaan antara lain; sude mar soban
bulung inang na lambok ma lilung artinya semua yang mencari ranting kayu bakar
untuk memasak adalah tutur kata yang manis ramah, lembut, kemudian dilanjutkan muba au mar soban tolong inang, na lambok ma lilung aku memakai
kayu bakar gelagah adalah juga tutur kata yang manis. Kemudian tarsingot sidangolon inang na lambok ma lilung
artinya teringat akan penderitaan adalah juga tutur kata yang manis, tu au ma sukkun da inang o among e, artinya
kepadakulah bertanya o inang amonge. Akhirnya dikatakan in da datar tangishon, tumagonan ma tinottor hon o amonge
artinya semua tentang penderitaan itu tidak tertangisi lagi, lebih baiklah kita menari manottor. Intinya adalah keseluruhan
kehidupan manusia pasti ada penderitaan, tetapi penderitaan itu harus diatasi, jangan terus bersusah, mari kita bergembiraan, mari kita menari manottor.
Di Medan rekaman kaset lagu-lagu Christine Natalia Panjaitan cukup
terkenal antara lain; Amang Doli, Modom Ma Damang Ucok, Tumba Goreng,
Ketabo-Ketabo , Na Sonang Do Hita Na Dua ciptaan Nahum Situmorang,
Sigulempong , O Pio karya cipta Sidik Sitompul. Lagu Christine Panjaitan yang
sering diputar di radio di Medan adalah lagu Modom Ma Damang Ucok tidurlah
Universitas Sumatera Utara
anakku karakter suara yang lembut tersebut menurut penulis dapat menina bobokkan seorang bayi orang Batak yang sedang digendong oleh ibunya, sambil
si ibu mengikuti alunan suara dari Christine. Karena kelembutan suaranya, sepertinya bukan seorang Batak yang sedang bernyanyi.
Artikulasi dari Christine
sangat jelas, sehingga penyampaian teks-teks lagu dapat dengan mudah ditangkap oleh pendengar. Di sinilah ketertarikan produser rekaman terhadap
suaranya. Yang paling fenomenal akhir 1970-an di Medan adalah lagu Di Dia
Rongkappi di mana jodohku ciptaan Dakka Hutagalung yang dinyanyikan oleh
Rita Butar-butar. Di Medan lagu ini sangat sering di putar di radio, teksnya mengisahkan tentang seseorang yang sudah lama menantikan rongkap jodoh.
Seorang ibu menginginkan agar anaknya cepat mendapatkan jodoh, anaknya telah bersusah payah mencari jodohnya, tetapi tak kunjung datang juga. Melodinya
sangat ekspresif, dengan intensitas melodi yang meningkat khususnya pada bagian refrain
lagu disertai dengan urdot ni tortor
237
Menurut Hutagalung; …molo tung sapata ma na soolo,
mambahen bogasi gabe tarpodom , sapata nise on ompung, oh mulajadi na bolon,
paboa ma tu ahu, di dia rongkappi …
…..jiwa musik batak yang bagus?, apa jiwanya? jiwanya sudah jelas adalah urdot, itu esensi Batak, atau nafas Bataknya harus ada…dengan demikian
orang yang mendengarkannya langsung kontak dengan gerak tortor itu
238 .
________________________
237
Urdot , mangurdot adalah gerak irama tari tortor, mengalun sewaktu menari, misalnya
anak-anak yang menari manortor, J. Warneck, “Kamus Batak Toba Indonesia” terjemahan P Joosten, Medan. Bina Media, 2001: hal 378.
238
Wawancara dengan Dakka Hutagalung, Tangerang 27 Mei 2013.
Universitas Sumatera Utara
4.5.3 Perkembangan bentuk kelompokvocal group di Medan tahun 1970-an.