olah vokal Konteks Keartistikan PenciptaPenyanyi Periode 1970-1980 .1 daya cipta

dan dia mengetahui kira-kira melodinya cocok atau tidak, melodinya nabrak atau tidak. Menurut beliau talenta yang dijadikan hobby akan jadi, tetapi hobby tanpa talenta tidak akan jadi. Talenta tanpa menjadikannya hobby juga tidak jadi. Akhirnya timbul suatu kontiunitas untuk produktifitas di dalam diri sendiri dan kecermatan akhirnya dibutuhkan. Kecermatan untuk tidak menabrak teks orang lain. Makna dan intisari dari lagu itu jangan sampai meniru, dan akhirnya ada satu karakter yang terbentuk sendiri dalam ciptaannya. Dalam konteks lagu populer Batak, beliau mengatakan: …lagu-lagunya mudah diingat, mudah ditiru dan enteng…sifatnya menghibur ….jadi kalau orang merasa terhibur kan mau dong…...syairnya dan melodinya mudah diingat…..sehingga mudah dihafalkan…… cara menyanyikannya? jelas Golden Heart adalah pop,....jadi cara menyanyinya mudah ditiru, coba kalau kami menyanyi dengan gaya jazz..sulit orang meniru….yang ada hanya kagum doang….

4.6.2 olah vokal

Kebanyakan penyanyi-penyanyi Batak di Medan mengandalkan bakat atau talenta. Tetapi mereka juga tetap melati vokal pada lagu-lagu tertentu, misalnya vokal group Las Riados latihan vokal dua kali dalam satu minggu. Mereka langsung melatih vokal terhadap lagu yang dipelajari. Mereka juga bereksperimen misalnya, masing-masing penyanyi tidak monoton melatih pada suara yang sama, tetapi berpindah ke suara yang lain pada lagu yang berbeda. Misalnya dalam membawakan sebuah lagu si A yang biasa tenor 1 di tukar ke tenor 2 atau si B dari tenor 2 ditukar ke bas 1. Hal ini disebabkan misalnya si A tidak harus selalu Universitas Sumatera Utara di tenor 1, karena pada lagu yang lain bisa saja si A tidak cocok pada tenor 1, ia harus pindah ke tenor 2 agar terjadi harmonisasi yang baik dan kekuatan suara yang berimbang satu dengan yang lainya. Hal inilah yang menjadi bakat paling kuat dari kemampuan vokal mereka 253 Disamping itu kalau dari satu group keluar mengundurkan diri, mereka harus mencari pengganti yang minimal sama materi vokalnya dan harus bisa berpindah-pindah suara, diusahakan pengganti tersebut tidak terlalu banyak lagi diajari, serta penguasaan atau perbendaharaan lagu yang banyak. Setiap personil diwajibkan bisa bernyanyi meskipun dia memainkan instrument gitar. Tetapi melatih vokal secara khusus misalnya memanggil guru vokal tidak pernah dilakukan mereka karena pada dasarnya bakat bernyanyi mereka sangat besar. Hal yang sama juga berlaku pada vokal group yang lain di Medan pada masa itu. Improvisasi juga dijalankan misalnya pada saat refrain, diberikan kesempatan kepada salah satu personil untuk menyanyikannya secara bebas tetapi terbatas . 254 Olah vokal yang lain yang menarik adalah Trio Lasidos mereka memadukan suara dengan pembagian suara bas 1, tenor 2 dan tenor 1, dengan umumnya berjalan secara paralel seperti yang sudah dipraktekkan trio The King dan trio Golden Hert. Bas 1 disuarakan oleh Bunthora Situmorang, tenor 2 disuarakan oleh Hilman Padang dan tenor 1 disuarakan oleh Jack Marpaung, tetapi yang khas dari trio Lasidos adalah suara falsetto dari Jack Marpaung itu. . Contoh lagunya yang dapat didengarkan adalah Tarunduk Au ciptaan n.n dengan nada dasar B mayor. Suara satu melodi pokok atau tenor dua disuarakan ________________________ 253 Wawancara dengan Boosman Tampubolon, Medan 16 Desember 2013. 254 Ibid, 2013 Universitas Sumatera Utara oleh Hilman Padang, tenor satu dengan memproduksi suara falsetto, berjalan sejajar di atas suara tenor 2 disuarakan oleh Jack Marpaung. Sedangkan bas satu yang berjalan sejajar juga di bawah tenor 2 disuarakan oleh Bunthora Situmorang. Setelah intro, bagian A lagu vokal awalnya masuk unisono, kemudian pecah menjadi tiga suara secara paralel. Dalam awal bagian B refrain, suara pokok tenor dua oleh Hilmam Padang berjalan unisono, kemudian disambut kembali dengan tiga suara secara bersama-sama, unison lagi, kemudian tiga suara lagi. Yang khas dari trio ini adalah suara falsetto dari Jack Marpaung yang menyanyikan suara-suara tinggi di atas tenor dua itu, pada masa sebelumnya masih jarang, secara konsisten belum ada yang mempraktekkannya secara permanen. Demikian juga dengan keseragaman vibra mereka satu dengan yang lainnya cukup kompak. Vibra tersebut dilatih untuk suatu keseragaman dan sekaligus mencirikan karakter bernyanyi mereka. Akhirnya karakter seperti ini banyak ditiru oleh trio-trio Batak yang muncul setelah mereka. Dalam lagu-lagu yang lain, posisi Jack Marpaung kadang-kadang berada pada suara pokok melodi utama, kemudian dia pindah pada kembali suara tenor 1falsetto itu. Demikian juga dengan Bunthora Situmorang, kadang-kadang berada pada posisi suara pokok, kemudian kembali lagi ke suara bas 1. Hal ini tergantung dari nada dasar lagunya dan tinggi rendah dari melodi-melodi lagunya, Misalnya dalam lagu Sai Tu Dia Ho Marpira ciptaan Nahum Situmorang, dalam bagian B refrainnya Bhuntora Situmorang menyuarakan melodi pokoknya. Pada dasarnya suara mereka bertiga mempunyai power yang baik, meskipun suara Universitas Sumatera Utara mereka memiliki karakter masing-masing, tetapi mereka berhasil memadukannya menjadi satu kesatuan karakter dengan vibra yang dilatih denga seragam. Khusus untuk Jack Marpaung, selain suara falsettonya dengan power yang baik, karakter vokal rock juga merupakan satu ciri khas dari suaranya. Ada suatu anggapan yang salah oleh para awam yang mengatakan karakter seperti ini disebut dengan pembagian suara 1, 3, 5, yang mereka maksud istilah 5 hal itu adalah suara falsetto Jack Marpaung. Dalam pengalaman-pengalaman penulis di lapangan, istilah 5 itu menjadi satu istilah yang menjadi baku di kalangan awam. Misalnya di suatu acara ‘nyanyi-nyanyi’ di beberapa tempat di kota Medan, sewaktu akan memulai sebuah lagu terdengar percakapan…ise do annon na manarik 5 nai? siapa nanti yang menarik menyanyikan 5 nya itu. Setelah diputuskan si anu yang menariksuara 5 maka lagupun dimulai. Dalam situasi tertentu ada kesalahan dalam menyanyikan suara 5 tersebut, maka setelah lagu selesai dinyanyikan dengan spontan pasti ada komentar tentang kesalahan tersebut, demikian dikatakan…ah dang pas nangkin 5 nai bah dang dibahen ho attong songon 5 ni si Jack Marpaung…. ha tidak pas tadi 5 nya itu gak kau buat pula seperti 5 nya si Jack Marpaung….. Tetapi apabila suara 5 itu bagus mereka akan berkomentar juga,….mantap bah 5 nai… pas hira si Jack Marpaung ate … Yang dimaksud penulis dari percakapan di atas adalah sedemikian fenomenal atau sangat terpengaruhnya orang-orang Batak dengan karakter bernyanyi trio Lasidos tersebut. Universitas Sumatera Utara

BAB V TRANSKRIPSI DAN ANALISA LAGU POPULER BATAK

5.1 Transkripsi

Sebelum melakukan kerja analisis, langkah pertama yang dikerjakan ialah mengubah bunyi musik ke dalam lambang visual melalui sebuah proses kerja yang disebut transkripsi. Nettl mengatakan bahwa transkripsi adalah proses menotasikan bunyi, mengalihkan bunyi menjadi symbol visual, atau kegiatan memvisualisasikan bunyi musik ke dalam bentuk notasi dengan cara menuliskannya ke atas kertas. Phylis dalam Pasaribu 2000 mengatakan pentingnya suatu pentranskripsian terhadap musik untuk memvisualisasikan apa yang kita dengar, untuk memampukan kita mempelajari musik secara komparatif dan detail, serta membantu kita mengkomunikasikannya kepada pihak lain tentang apa yang kita pikirkan dari apa yang kita dengar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Seeger 1958, dalam melakukan transkripsi terdapat dua jenis notasi musik berdasarkan tujuan dan penggunaannya. Kedua notasi itu ialah notasi preskriptif dan notasi deskriptif. Transkripsi preskriptif ialah pencatatan bunyi musikal ke dalam lambang notasi dengan hanya menuliskan nada-nada pokoknya saja. Notasi seperti ini umumnya dipakai hanyalah sebagai petunjuk bagi para pemusik atau sebagai alat pembantu untuk si penyaji supaya ia dapat mengingat apa yang telah dipelajari secara lisan. Sedangkan traskripsi deskriptif ialah menuliskan bunyi musikal ke dalam Universitas Sumatera Utara