Perkembangan Musik Barat di Tanah Batak

2.2 Perkembangan Musik Barat di Tanah Batak

Catatan awal missionaris menyebutkan bernyanyi himne ende atau nyanyian jemaat, bermain harmonium dan penggunaan musik tiup brass band memberikan informasi yang mendalam kepada misisonaris mengenai kepekaan musikal orang-orang Batak sebelum bertemu dengan budaya Barat. Salah satu sumber tersebut ditemukan dalam surat-surat dan jurnal dari missionaris Needham sebagai berikut, setiap selasa malam Petrus orang Kristen Batak Toba seorang guru laki-laki memberikan pelajaran bernyanyi kepada 40 orang perempuan muda, semua perempuan muda yang lebih besar diajarkan suara alto, dan selebihnya suara sopran, dia Petrus mengajarkan itu semua tanpa bantuan instrumen apapun. Sejauh ini, mereka tahu apa itu menyanyi keras dan lembut, telinga yang benar, tetapi tidak ada perasaan 62 . Needham juga mengatakan selama perjalanan darat ke Pansur Napitu ia berhenti di Pea Raja kantor pusat HKBP sekarang, ia mendengar musik tiup memainkan nyanyian jemaat dan kerumunan orang Kristen pribumi yang berkumpul untuk menerima kami. Needham juga mengungkapkan sesuatu dari sikap missionaris mengenai kemampuan musik orang-orang Batak Toba kapasitas musik orang-orang Batak Toba sangat luar biasa, mengingat mereka tidak pernah menggunakan not sampai bangsa Eropa datang 63 Di tempat lain ia menulis, Bartimeus dan Konrad guru Batak Toba, . _________________________________ 62 Wiiliam Robert Hodges Jr, Replacing Lament, Becoming Hymns: The Changing Voice Of Grief In Pre-Funeral Wakes Of Protentant Toba Batak North Sumatra, Indonesia. A Dissertation submitted in partial satisfaction of the requirements for the degree Doctor of Philosophy in Music, Unniversity of California Santa Barbara, 2009: 149-151. 63 Ibid, 2009 Universitas Sumatera Utara dengan 28 pria, 12 orang diantaranya anak-anak baru, masuk ke dalam ruangan dan menyanyikan 2 lagu jemaat untuk natal, dan itu benar-benar indah mendengar nyanyian kisah kelahiran Yesus dengan hati, dan indah, mengingat tiga bulan lalu mereka tidak pernah mendengan nyanyian itu 64 Usere Batakkirche eine singende Kirche ist , artinya: “kami gereja Batak adalah gereja yang bernyanyi” adalah ekpresi yang sering digunakan para missionaris RMG ketika menggambarkan keberhasilan mereka bekerja di antara . orang-orang Batak Toba dan tradisi gereja yang berkembang. Quentmeier menyatakan missionaris Nommensen dan Johannsen yang pertama memperkenalkan chorales atau nyanyian jemaat protestan kepada orang-orang Batak yang baru masuk Kristen. Awalnya Sembilan nyanyian jemaat yang diterjemahkan ke dalam bahasa Batak Toba untuk dinyanyikan, hal ini terjadi antara 1860-an atau awal 1870-an 65 Nyanyian jemaat berikutnya koleksi 90 nyanyian jemaat tanpa notasi yang datang melalui korespondensi pribadi dengan Apelt, berjudul Ende-ende ni Halak Kristen na di Tanobatak Angka na morhatatoba nyanyian jemaat Kristen di Tanah Batak berbahasa Toba. Nyanyian jemaat berikutnya adalah tahun 1901 berisi teks nyanyian jemaat berjumlah 278 yang diedit oleh Meerwaldt. Tahun . 1923 oleh Meerwaldt juga mengedit kembali dengan tambahan 53 nyanyian jemaat meskipun tanpa notasi 66 Akhirnya, tahun 1935 versi baru nyanyian jemaat dicetak di Laguboti . ___________________________ 64 Ibid, 2009 65 Ibid, 2009 66 Ibid, 2009 Universitas Sumatera Utara RMG telah mendirikan percetakan berjumlah 375 dengan notasi dengan judul buku Boekoe Ende ni Halak Kristen na di Tano Batak Buku Lagu Orang Kristen di Tanah Batak. Awalnya buku nyanyian jemaat ini dicetak sebanyak 6.000 eksemplar habis terjual, Quentmeier mengatakan dua tahun kemudian 10.000 eksemplar dicetak dalam rangka untuk memenuhi permintaan 67 Sistem notasi dari buku nyanyian yang sudah disebutkan di atas, saat ini menggunakan sistem not balok dan not angka. Tidak ada catatan yang mana dari ke dua notasi diatas yang lebih duluan digunakan. Orang-orang Kristen Batak lebih akrab dengan sistem notasi angka dibandingkan dengan notasi balok, menunjukan ada kemungkinan bahwa sistem notasi angka telah lebih awal digunakan di kalangan orang-orang Batak Protestan. Sistem not angka adalah yang paling umum digunakan untuk nyanyian jemaat dan belajar koor . 68 Catatan sejarah menunjukkan dengan jelas bahwa missionaris Jerman memperkenalkan juga musik tiup brass band dan organ pompa poti marende tahun 1880an yang ke duanya menggunakan sistem notasi balok. Dalam semua kemungkinan ke dua sistem diperkenalkan di sekitar waktu yang sama tetapi dikembangkan secara mandiri dalam situasi konteks yang spesifik . 69 Nyanyian jemaat tersebut sangat banyak memainkan peranan penting dalam penciptaan dan pemeliharaan rasa identitas agama dan budaya, seperti yang berkembang dan dinyatakan tidak hanya dalam konteks ibadah Kristen tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari nyanyian jemaat digunakan dalam perayaan . ____________________ 67 Ibid, 2009 68 Ibid, 2009 69 Ibid, 2009 Universitas Sumatera Utara seperti hari ulang tahun, perkawinan, migrasi, pindah tempat atau memasuki rumah baru, tahun baru, panen produktif dan dinyanyikan sehari-hari sebagai hiburan terhadap diri sendiri dan lain-lain di dalam maupun di luar gereja 70 Koor atau paduan suara juga menjadi ekspresi nyata dari masyarakat Batak. Di gereja HKBP misalnya koor jemaat diatur sedemikian rupa berdasarkan tata ibadah gereja. Koor dipimpin oleh seorang dirigen koor yang dipilih dan diangkat oleh kumpulan koor tersebut, dan diawasi oleh pendeta beserta guru jemaat guru huria. Pada saat kebaktian minggu di HKBP jemaat setidaknya menyanyikan nyanyian jemaat 7 lagu jemaat, koor-koor dikumandang oleh kelompok koor yaitu: koor ama koor bapak-bapak, koor ina koor ibu-ibu, koor naposobulung koor orang muda yang belum berkeluarga, koor gabungan koor gabungan dari beberapa sektor yang ada pada sebuah gereja tersebut . 71 Musik tiup brass band, selain penjelasan di atas, instrumen musik tiup yang awal hanya terdiri dari sebuah trumpet, yang digunakan untuk mengiringi kebaktian di gereja yang dimainkan oleh Johannsen putra Nommensen di Pea Raja Tarutung. Karena kuatnya minat, kemampuan dan ekspresi orang Batak Toba dalam bermusik, jumlah instrumen tiup itu ditingkatkan jumlahnya menjadi empat buah, setidaknya menjadi sebuah ensambel musik tiup . 72 Dalam hal repertoar buku musik yang awal mengacu kepada buku musik . buku logu yang bernotasi balok untuk organ pompa, yang digunakan dalam mempelajari notasi balok dan mengiringi nyanyian jemaat. Berdasarkan ____________________ 70 Ibid, 2009 71 Ibid, 2009 72 Ibid, 2009 Universitas Sumatera Utara keterangan di atas, ensambel musik tiup ini juga mengiringi nyanyian jemaat setiap kebaktian minggu di gereja Pea Raja pada masa itu 73 Pada era pendudukan Jepang, musik tiup selain digunakan untuk kegiatan gereja juga digunakan mengiringi kegiatan-kegiatan para militer Jepang yang hendak berperang, dengan iringan musik tiup maka semangat para tentara semakin meningkat. Instrumen musik tiup ini bukan berasal dari gereja, tetapi dibawah oleh militer Jepang. Pada saat pasar malam di sekitar Balige, militer Jepang menggelar musik tiup sebagai hiburan, para pemain musik tiup yang terlibat diberi honorarium oleh pihak Jepang, saat itu fungsi ensanbel tiup diperluas menjadi bagian dari hiburan di luar gereja . 74 Ada juga ensambel musik tiup yang didirikan secara komersial tahun 1952 di Balige oleh pengusaha toko emas, dinamakan Surabaya Musik dan menyusul Bethesda Musik dengan mengambil nama kelompok Mannen Koor paduan suara bapak-bapak Bethesda di HKBP Balige . 75 Akhirnya ensambel musik tiup Tambunan yang di Balige merambah ke kota Medan untuk mengiringi acara adat. Di Medan juga sudah ada ensambel musik tiup mengiringi acara kematian, khusus untuk lagu-lagu rohani yang terdiri dari pegawai kepolisian. Ensambel ini disebut dengan Korps Musik Brimob asuhan Detasemen Mobil Kepolisisan Sumatera Utara, sekitar tahun 1978-1986 . 76 _____________________ . 73 Ibid, 2009. 74 Teddy Jaya Simanjuntak. “Respon Masyarakat Batak Toba Atas Masuknya Instrumen Saksofon Dalam Lagu-Lagu Populer Batak Toba. Medan, skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Univ HKBP Nommensen, 2004. 75 Monang Asi Sianturi, “Ensembel Musik Tiup Pada Upacara Adat Batak Toba, Analisis Perubahan Struktur Penyajian dan Repertoar Musik”, Medan. Tesis S2 Prodi Penciptaan dan Pengkajian Seni USU 2012. 76 Ibid, 2012 Universitas Sumatera Utara Sejak berdirinya musik tiup di kota Medan, komposisi instrumen terdiri dari: trumpet sopran, trumpet tenor, trombone, tuba, bassoon dan saxsophone yang menyusul kemudian. Tahun 1990, Immanuel Musik membuat perubahan dengan menyertakan gitar bas sebagai pengganti bassoon atau tuba dengan dengan pemakaian amplifier 77 .

2.3 Latar belakang musik populer