Transkripsi TRANSKRIPSI DAN ANALISA LAGU POPULER BATAK

BAB V TRANSKRIPSI DAN ANALISA LAGU POPULER BATAK

5.1 Transkripsi

Sebelum melakukan kerja analisis, langkah pertama yang dikerjakan ialah mengubah bunyi musik ke dalam lambang visual melalui sebuah proses kerja yang disebut transkripsi. Nettl mengatakan bahwa transkripsi adalah proses menotasikan bunyi, mengalihkan bunyi menjadi symbol visual, atau kegiatan memvisualisasikan bunyi musik ke dalam bentuk notasi dengan cara menuliskannya ke atas kertas. Phylis dalam Pasaribu 2000 mengatakan pentingnya suatu pentranskripsian terhadap musik untuk memvisualisasikan apa yang kita dengar, untuk memampukan kita mempelajari musik secara komparatif dan detail, serta membantu kita mengkomunikasikannya kepada pihak lain tentang apa yang kita pikirkan dari apa yang kita dengar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Seeger 1958, dalam melakukan transkripsi terdapat dua jenis notasi musik berdasarkan tujuan dan penggunaannya. Kedua notasi itu ialah notasi preskriptif dan notasi deskriptif. Transkripsi preskriptif ialah pencatatan bunyi musikal ke dalam lambang notasi dengan hanya menuliskan nada-nada pokoknya saja. Notasi seperti ini umumnya dipakai hanyalah sebagai petunjuk bagi para pemusik atau sebagai alat pembantu untuk si penyaji supaya ia dapat mengingat apa yang telah dipelajari secara lisan. Sedangkan traskripsi deskriptif ialah menuliskan bunyi musikal ke dalam Universitas Sumatera Utara lambang notasi konvensional Barat secara detail menurut apa yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran si transkriptor dengan maksud untuk menyampaikan ciri-ciri dan detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca. Penulis menggunakan metode traskripsi deskriptif memakai simbol notasi konvensional Barat notasi balok serta membubuhkan simbol-simbol tambahan untuk memberikan kejelasan akan transkripsi dan analisis dari nyanyian yang ditranskripsikan. Sistem notasi konvensional Barat notasi balok tersebut digunankan dengan pertimbangan bahwa 1 pada budaya tradisi musik Batak tidak ditemukan system penulisan musik, 2 pada dasarnya lagu-lagu musik populer Batak yang akan dianalisa di bawah ini struktur musiknya sangat dipengaruhi oleh musik Barat, oleh karena itu sangatlah relevan sekali dalam menggunakan notasi balok, 3 notasi ini sudah dikenal secara umum terutama dikalangan akademisi, 4 sangat membantu dalam melihat srtuktur musik melalui tinggi-rendahnya nada pada setiap lintasan melodi, atau dalam membedakan durasi sebuah not dengan not lainnya, serta tanda-tanda musik lainya yang secara umum lebih mudah dipahami oleh pembaca, dan tentu saja hal ini akan lebih memudahkan dalam melakukan kerja analisis. Untuk kebutuhan dari tesis ini penulis telah menstrankripsikan sebanyak 5 lagu populer Batak antara lain O Tao Na Tio ciptaan NN yang dinyanyikan oleh vokal group Impola pimpinan Gordon Tobing, kemudian Boasa Ma Gabe Hohom ciptaan Ismail Hutajulu yang dinyanyikan oleh Joy Tobing. Lagu yang ke tiga adalah Sirang Marale-Ale ciptaan Gongga Sitompul yang dinyanyikan oleh trio Universitas Sumatera Utara The King , lagu ke empat Kota Siantar Na Uli ciptaan Nahum Situmorang dengan judul asli Tung Matsai Borat yang dinyanyikan oleh trio Golden Heart. Lagu yang ke lima Mitu ciptaan Firman Marpaung yang dinyanyikan oleh Eddy Silitonga. Lagu yang ke enam Boasa ciptaan Dakka Hutagalung yang dinyanyikan oleh penciptanya, direkam penulis saat mewawancarai beliau. Adapun kegunaan yang lain dari transkripsi dan analisis ini adalah untuk mengetahui gaya yang dipakai masing-masing dari ke lima lagu yang dianalis. Sebagai contoh dalam lagu O Tao Na Tio, penulis ingin membuktikan bahwa gaya solo-chorus yang digunakan, karena Gordon Tobing di dalam menyanyikan lagu- lagu populer Batak pada zamannya sangat menyenangi gaya koorsolo-chorus. Demikian juga dalam lagu Sirang Marale-ale dan Kota Siantar Nauli penulis penulis ingin membuktikan bahwa aransemen 3 suara paralel tertutup sangat diminati pada zamannya trio The King’s dan trio Golden Heart bahkan sampai dengan saat ini gaya trio itu masih diminati oleh trio-trio Batak. Contoh lain, lagu Mitu yang dinyanyikan solo oleh Eddy Silitonga, diiringi oleh group band dengan domonasi instrumen-intrumen elektrik. Ternyata bernyanyi solo semakin diminati pada masa 1970-an. Tempo lagunya cepat dengan irama funky. Penulis ingin membuktikan bahwa irama funky yang belum ada pada zamannya Nahum Situmorang ternyata cukup menarik apabila digabung dengan lagu Batak. Universitas Sumatera Utara

5.2 Analisis Lagu O Tao Na Tio