Satu lagi anak Medan yang cukup baik permainan gitak akustiknya adalah Firman Marpaung pada waktu itu tinggal di seputar Kampung Durian.
Pengetahuan gitarnya otodidak, karena kepiawaiannya memainkan gitar dia diajak bergabung dengan vokal group Solu Bolon di Medan bersama Nahum Situmorang
dan Walter Sirait, waktu itu usianya masih sangat muda. Pada masa itu cukup sulit mencari pemain gitar yang bagus. Akhirnya Firman Marpaung pindah ke Jakarta
untuk mengadu nasib, ia bergabung dengan Tarombo Combo salah satu vokal
group terkenal yang banyak berkecimpung di dunia hiburan. Selain handal memainkan gitar, Firman juga sangat berbakat menciptakan lagu, banyak lagu-
lagunya dinyanyikan dan direkam ke dalam pita kaset oleh penyanyi yang tenar di Jakarta pada era 1970-an, salah satunya adalah penyanyi tenor Eddy Silitonga.
4.4.5 Tentang gerak panggung
Gerak dibutuhkan di dalam satu pertunjukan musik atau lagu di atas panggung, meskipun gerakan itu sangat sederhana. Dari beberapa pertunjukan
Nahum Situmorang di atas panggung mereka tidak vakum, tetap menunjukkan satu gerakan meskipun gerakan itu terbatas tidak seperti pada perkembangan
Salah satu gerakan yang digunakan adalah gerakan tarian tortor. Gerakan ini disesuaikan pada lagu yang dinyanyikan, misalnya lagu Anakkkohi Do
Hasangapon Di Au yang dapat disesuaikan dengan gerakan-gerakan tarian tortor.
Universitas Sumatera Utara
4.4.6 Masalah siapa penciptanya
Dalam pengamatan penulis dalam beberapa lagu, misalnya lagu Na Sonang Do Hita Na
Dua penciptanya antara Nahum Situmorang dan Sidik
Sitompul yang sering disebut-sebut oleh masyarakat sampai dengan saat ini.
Penulis sendiri dalam hal ini bersikap hati-hati, dengan maksud tidak juga mengambil keputusan siapa penciptannya untuk menjaga hal-hal yang lebih
menimbulkan polemik lagi di kemudian hari. Menurut Dakka Hutagalung dan
Josef Tatarang banyak sekali klaim-klaim seperti ini oleh para hali waris.
Lagu Aek Sibundong sebetulnya Dakka Hutagalung mengetahui persis
siapa penciptanya, Seorang bermarga Hutauruk yang bekerja sebagai supir panjang bus Medan Jaya. Waktu diciptakan supir tesebut datang kepada Dakka
Hutagalung di Glugur Medan sekitar tahun 1960-an untuk memperdengarkan lagu ciptaannya itu. Menurut Dakka lagu itu memang bagus, walaupun waktu itu
biramanya tidak benar, tetapi banyak juga yang menyanyikannya dalam versi itu. Hal-hal seperti ini banyak terjadi pada era itu, lagu yang diciptakan oleh seseorang
kemudian diakui oleh orang lain bahwa itu hasil karyanya.
Demikian juga antara lagu Marhappy-Happy Tung So Boi karya cipta
Nahum Situmorang dengan lagu Par Djakarta karya cipta Ismail Hutajulu, kedua lagu ini menurut penulis menggunakan melodi yang sama, kalaupun ada
perbedaan hanya sedikit pada awal frase-frase melodinya, yang berbeda adalah judul dan teksnya
225
______________ .
225
Dapat dilihat dalam buku Nahum Song’s: “Kumpulan Lagu Tapanuli Modern”oleh Yayasan Pewaris Nahum, 2002 no 38 tanpan halaman. Bandingkan dengan buku “Lagu-Lagu
Batak” jilid I, OLEH KCLB Karya Cipta Lagu-Lagu Batak, 2006, halaman 38. Ironisnya, Lagu Nahum yang ada pada Nahum Song’s itu juga ada dalam buku ini.
Universitas Sumatera Utara
4.5 Konteks Sosial Budaya Tahun 1970-1980 4.5.1 Kaset