Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian Manfaat Penelitian

7 besar-besaran melalui revolusi hijau mencapai puncaknya pada tahun 1984-1985, sehingga Indonesia berhasil berswasembada beras dan mampu meningkatkan pendapatan petani. Namun demikian, keberhasilan swasembada beras tersebut Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian keberlanjutan lahan sawah untuk mendukung penataan ruang Pemanfaatan Lahan Sawah Berkelanjutan Sumberdaya Lahan Sawah Penduduk Pengurasan Sumber Daya Lahan Sawah Kebutuhan Lahan Sawah Pengurasan Daya Dukung ? ya tidak Degradasi Lahan Sawah Agroekologi Indek Keberlanjutan Penyusutan Lahan Sawah Penurunan Produktivitas Lahan Ancaman Kepunahan Lahan Sawah Ancaman Krisis Air Ancaman Banjir Sistem Lahan Status Kawasan Hutan Agroklimat Kondisi Irigasi Ekonomi Sosial Budaya Indikator Keberlanjutan Analisis Faktor dan Diskriminan Kajian Kebijakan Pengelolaan Lahan Sawah Zona Agroekologi Daya Dakung Lahan Sawah Kebijakan Pengelolaan lahan untuk mendukung penataan ruang Peraturan Perundangan Penutup Lahan 8 tidak berlangsung lama karena berbagai musibah menerpa Indonesia. Pada awal tahun 1990-an, kedaulatan pangan Indonesia mulai terancam karena berkurangnya perhatian pemerintah dalam pemberian subsidi ke sektor pertanian. Perubahan kebijakan pemerintah ini disebabkan oleh berkurangnya pendapatan negara dari sektor minyak serta penerapan kebijakan deregulasi yang menurunkan daya saing produk sektor pertanian Modjo, 2009. Selain itu, musibah kemarau panjang dan bencana banjir karena dampak perubahan iklim serta krisis moneter yang menerpa Indonesia secara bertubi-tubi pada tahun 1997-2000 juga ikut memberikan andil terhadap penurunan produksi beras. Pada masa krisis moneter dan reformasi tersebut, laju konversi lahan sawah mencapai 62,271 ha tahun. Sebagai akibatnya, Indonesia mulai mengimpor beras karena produksi beras mengalami penurunan. Pada masa krisis ekonomi dan reformasi tersebut, Indonesia mengimpor beras sebanyak 9.4 juta ton beras BPS, 1985-2007. Hingga tahun 2010 pascareformasi, peningkatan produksi beras masih belum mampu memenuhi konsumsi beras yang semakin meningkat. Peningkatan konsumsi beras ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, yang hingga tahun 2010 telah mencapai 237.6 juta jiwa. Fenomena ini sesuai dengan konsep Maltus yang menyatakan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk mengikuti deret ukur sedangkan peningkatan produksi beras mengikuti deret hitung. Penurunan produksi beras tersebut diperparah oleh pelandaian produktivitas lahan sawah leveling off di Jawa, sebagai akibat penerapan revolusi hijau dalam jangka Gambar 3. Perkembangan jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1980 – 2005 Sumber data: BPS, 1985-2007 50 100 150 200 250 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 Tahun J u m la h P e n d u d u k ju ta j iw a Indonesia Jawa Luar Jawa