85 agroekosistem sebagai sistem produksi padi di zona agroekologi lahan sawah
berperan sebagai penghasil padi beras. Produksi beras yang dihasilkan agroekosistem ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan beras yang
diperlukan penduduk. Rasio antara suplai beras dari agroekosistem di zona agroekologi lahan sawah terhadap kebutuhan pangan beras yang diperlukan
penduduk di suatu wilayah mencerminkan status tingkat daya dukung lahan sawah. Informasi tentang status daya dukung lahan sawah ini berperan penting
untuk mengetahui tingkat tekanan penduduk terhadap sumberdaya lahan agroekosistem lahan sawah. Semakin tinggi tingkat tekanan penduduk semakin
besar tekanan yang diterima oleh agroekosistem lahan sawah. Tertekannya agroekosistem ini mencerminkan terancamnya keberlanjutan lahan sawah karena
pertambahan jumlah penduduk.
4.3 Bahan dan Metode
4.3.1 Interpretasi Citra Satelit Inderaja Data Inderaja satelit optik utama yang digunakan dalam penelitian ini
adalah citra ALOS PRISM dan AVNIR-2 komposit band 4,3,2, Juni 2007, serta Landsat ETM komposit band 7,4,2 yang difusi dengan band 8 Mei 2005
sebagai data pembanding. Semua data citra satelit tersebut telah terektifikasi terhadap peta Rupabumi skala 1: 25.000. Data pendukung yang digunakan
meliputi peta Rupabumi skala 1: 25.000 dan peta penutup lahan skala 1: 250.000 tahun 2000 yang ada di BAKOSURTANAL. Spesifikasi data citra satelit
Inderaja optik untuk penelitian disajikan pada Tabel 10. Interpretasi obyek diutamakan pada lahan sawah dan daerah permukiman
yang bertopografi datar, agar pengaruh topografi terhadap distorsi luasan lahan sawah yang diukur dari data citra dapat diabaikan. Interpretasi obyek dilakukan
secara visual dengan dukungan data sekunder dan survei lapangan. Delineasi obyek hasil interpretasi secara visual didijitasi secara langsung pada layar
komputer yang diiterasi pada berbagai skala. Interpretasi obyek tersebut didasarkan pada bentuk, ukuran, pola, tekstur, lokasi, dan tone Lillesand dan
Kiefer, 1979.
86 Tabel 10. Data citra satelit Inderaja optik untuk penelitian
No. Jenis Citra
PathRow atau
Pathcenter Akuisisi
Resolusi Spasial
m Band yang
digunakan 1.
ALOS PRISM 1103730
1342007 2,5
Panchromatik 2.
ALOS AVNIR-2 1033750
983770 1342007
5 62007 10
4,3,2 3.
Landsat 7 11866
11965 12264
10 52005 1752005
1552005 30, 15
7,4,2, dan 8 4.
SPOT-4 285363
285364 1211 2003
20 1,2,3
Keterangan
:
Citra Alos AVNIR-2: band 1 0,42-0,5 µm, band 2 0,52-0,60 µm, band 3 0,61-0,69 µm band 4 0,76-0,89 µm
Citra Landsat 7 : band 1 0,45-0,52 µm, band 2 0,52-0,60 µm, band 3 0,63-0,69 µm band 4 0,76-0,90 µm, band 5 1,55-1,75 µm, band 7 2,08-2,35 µm
band 8 : 0.52-0.90 µm Panchromatic Citra SPOT-4 : band 1 : 0,50 – 0,59 µm, band 2: 0,61 – 0,68 µm, band 3 : 0,79 – 0,89 µm
Penggunaan metode interpretasi secara visual tersebut mempertimbangkan kondisi sebagai berikut, yaitu 1 pola tanam padi sawah di Jawa bersifat tidak
seragam, 2 Basis data luasan lahan sawah yang dibangun berbasis format vektor, 3 Konversi data dari format raster menjadi vektor mengakibatkan sebagian besar
struktur topologi terfragmentasi yang editingnya time consuming atau sulit ditangani oleh sistem perangkat lunak SIG yang ada saat ini.
Dalam melakukan delineasi obyek hasil interpretasi, tampilan citra pada layar komputer awal mulanya diperbesar zoom in atau diperkecil zoom out di
berbagai skala, sehingga dapat diperoleh tampilan citra skala optimal. Apabila sudah diperoleh tampilan citra skala optimal, dijitasi obyek mulai dilakukan pada
tampilan citra terpilih tersebut. Hasil dijitasi obyek disimpan sebagai file SHP dengan menggunakan software ArcGIS versi 9.3, File SHP hasil dijitasi
didefinisikan sebagai fitur penutup lahan. Untuk menghitung luasan obyek, fitur SHP penutup lahan hasil dijitasi selanjutnya diedit, dibangun topologinya, dan
ditransformasikan pada proyeksi UTM dengan georeferensi WGS’84. Untuk mengevalusi peningkatan tingkat akurasi dari berbagai citra satelit Inderaja optik
yang digunakan, data luasan sawah dan permukiman hasil interpretasi citra Landsat 7 ke ALOS PRISM dan AVNIR-2 dihitung perubahannya.
87
4.3.2 Pembuatan Basisdata Geospasial
Data yang digunakan terdiri dari primer dan sekunder. Data primer meliputi data C-organik tanah, N-total, P-tersedia, K-tersedia, kondisi ekonomi
dan sosial-budaya petani; sedangkan data sekunder terdiri dari berbagai data peta skala 1: 250.000 dan 1: 25.000 peta Rupabumi, sistem lahan, penutup lahan, peta
status hara P dan K, status hutan, potensi sumberdaya air dan irigasi, pola pemanfaatan ruang dan data statistik jumlah penduduk dan produksi padi sawah.
Data primer dikumpulkan melalui survei lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait.
Dalam penelitian ini, proses pembuatan basisdata geospasial diperlihatkan pada Gambar 35. Tahapan pembuatan basisdata meliputi 1 penentuan fitur
dataset, 2 pengklasifikasian fitur, 3 pendefinisan atribut dan tipe fitur, 4 digitalisasi fitur, 5, validasi topologi, 6 standarisasi georeferensi, 7
pengintegrasian atribut fitur, dan 8 finalisasi basisdata. Tahap awal pembuatan basisdata geospasial adalah pengelompokan data
menjadi fitur kumpulan data dataset dasar dan tematik. Fitur data dasar berfungsi sebagai referensi penyajian fitur tematik. Fitur dataset data dasar
tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan temanya, yaitu layer perairan, layer komunikasi jaringan jalan, layer ketinggian hipsografi, layer toponimi
nama-nama geografi, dan layer batas wilayah administrasi. Fitur dataset tematik dirinci menjadi layer sistem lahan, layer penutup lahan, layer status
kawasan, layer agroklimat, layer irigasi, layer sosial-budaya. Data yang telah diklasifikasikan tersebut digunakan sebagai input untuk proses selanjutnya.
Dalam inputing data, data-data yang diperoleh dalam bentuk dijital langsung di-loading dan dilakukan pendefinisian atribut, sedangkan data dalam bentuk
analog melalui proses dijitalisasi fitur terlebih dahulu. Tahapan berikutnya, atribut dari setiap fitur geospasial tersebut didefinisikan strukturnya, seperti yang
diperlihatkan pada Tabel 11. Struktur atribut ini digunakan sebagai template data entry nilai-nilai atribut yang diaktualisasikan dalam bentuk angka, simbol, atau
deretan karakter. Dijitalisasi fitur dilakukan langsung melalui layar komputer dengan
menggunakan perangkat lunak ArcGIS versi 9.3. Validasi topologi dimaksudkan