Faktor Ekonomi Indeks Keberlanjutan Lahan Sawah untuk Penataan Ruang

189 karena RTRW ini sebenarnya tidak boleh terjadi karena hal ini melanggar undang-undang penataan ruang itu sendiri. Menurut Rustiadi et al. 2008, di dalam hukum ekonomi pasar, alih fungsi lahan berlangsung dari aktivitas dengan land rent yang lebih rendah ke aktivitas- aktivitas yang land rent lebih tinggi. Alih fungsi lahan merupakan bentuk dan konsekuensi logis dari perkembangan potensial land rent di suatu lokasi. Karena lahan sawah memiliki sifat multifungsi, maka konversi lahan sawah menjadi non sawah karena pergeseran nilai land rent tidak selalu dapat membawa keuntungan bagi petani karena ada nilai fungsi lahan sawah yang tidak ditransaksikan di pasar, seperti fungsi sosial-budaya dan kelestarian sumberdaya tanah. Adanya kegagalan pasar ini harus dikendalikan oleh institusi non-pasar. Oleh karena itu, pengelolaan lahan sawah melalui pemberian insentif dan disinsentif kepada petani dinilai penting agar petani tidak begitu mudah menjual lahan sawahnya karena hanya sekedar untuk memenuhi tuntutan kebutuhan ekonomi semata. Upaya pengelolaan lahan sawah melalui pemberian insentif dan disinsentif ini sesuai dengan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang dalam UUPR, yaitu bab 3 Pasal 35 dan Pasal 38.

5.4.2.3 Faktor Sosial-Budaya

Berdasarkan nilai rata-rata IKLS dari indikator utama sosial-budaya yang berperan sebagai faktor penghambat keberlanjutan, pengelolaan lahan sawah untuk mendukung penataan ruang meliputi pengendalian jumlah penduduk, usahatani bersama, pemberdayaan petani Poktan dan reforma agraria Tabel 42. Penentuan pilihan pengelolaan lahan sawah tersebut merujuk pada permasalahan keberlanjutan lahan sawah yang dicerminkan oleh indikator utama pada Gambar 67a, 67b, dan 67c yang memiliki nilai IKLS ≤ 0. 50, yaitu persepsi petani terhadap harga padi HPP nilai IKLS: 0,06 – 0,50, penguasaan lahan IKLS: 0.10 – 0.50, fragmentasi lahan IKLS: 0.17 – 0.49, pendidikan petani IKLS: 0.13 – 0.48, usia petani IKLS: 0.47 – 0.50, dan budaya lokal IKLS: 0.07 – 0.46. Hasil penelitian ini bermakna bahwa permasalahan keberlanjutan lahan sawah yang disebabkan oleh faktor sosial-budaya terjadi di hampir semua zona agroekologi. 190 Tabel 42. Pengelolaan lahan sawah untuk mendukung penataan ruang berdasarkan indeks keberlanjutan lahan sawah IKLS dari faktor sosial-budaya ZAELS Nilai IKLS Indikator Utama Sebagai Faktor Penghambat Pengelolaan Lahan Sawah untuk Mendukung Penataan Ruang A S1IP300 IKLS:0,37 Penguasaan lahan, fragmentasi lahan, pendidikan petani, Pengendalian jumlah penduduk, usahatani bersama, pemberdayaan petani Poktan dan reforma agrarria B S1IP200 IKLS:0,40 Persepsi terhadap harga padi HPP, penguasaan lahan, pendidikan petani, usia petani, budaya lokal Pengendalian jumlah penduduk, usahatani bersama, pemberdayaan petani Poktan dan reforma agrarria C S1IP100 IKLS:0,26 Penguasaan lahan, fragmentasi lahan, pendidikan petani, usia petani Pengendalian jumlah penduduk, usahatani bersama, pemberdayaan petani Poktan dan reforma agrarria D S2IP300 IKLS:0,30 Persepsi terhadap harga padi HPP, penguasaan lahan, fragmentasi lahan, pendidikan petani, usia petani, budaya lokal Pengendalian jumlah penduduk, usahatani bersama, pemberdayaan petani Poktan dan reforma agrarria E S2IP200 IKLS:0,25 Persepsi terhadap harga padi HPP, penguasaan lahan, pendidikan petani, usia petani Pengendalian jumlah penduduk, usahatani bersama, pemberdayaan petani Poktan dan reforma agrarria F S2IP100 IKLS:0,32 Persepsi terhadap harga padi HPP, keanggotaaan dalam Poktan, peranan penyuluhan, penguaasaan lahan, pendidikan petani, usia petani Pengendalian jumlah penduduk, usahatani bersama, pemberdayaan petani Poktan dan reforma agrarria G S3IP300 IKLS:0,36 Persepsi terhadap harga padi HPP, penguasaan lahan, fragmentasi lahan, usia petani, budaya lokal Pengendalian jumlah penduduk, usahatani bersama, pemberdayaan petani Poktan dan reforma agrarria H S3IP200 IKLS:0,33 Persepsi terhadap harga padi HPP, penguasaan lahan, fragmentasi lahan, usia petani Pengendalian jumlah penduduk, usahatani bersama, pemberdayaan petani Poktan dan reforma agrarria I S3IP100 IKLS:0,28 Persepsi terhadap harga padi HPP, penolakan konversi lahan, peenguasaan lahan, fragmentasi lahan, pendidikan petani, usia petani Pengendalian jumlah penduduk, usahatani bersama, pemberdayaan petani Poktan dan reforma agrarria Keterangan: nilai IKLS ratar-rata dari indikator yang berperan sebagai faktor penghambat Pengelolaan lahan dengan melalui pengendalian jumlah penduduk, usahatani bersama, pemberdayaan petani Poktan, dan reforma agraria merupakan faktor kunci untuk mengatasi permasalahan keberlanjutan lahan sawah dari faktor sosial-budaya. Pengendalian jumlah penduduk petani dan reforma agraria dapat berperan untuk mengurangi penguasaan lahan yang timpang hampir 75 petani di Jawa merupakan petani penggarap dan fragmentasi lahan yang semakin menyempit lahan garapan petani penggarap 0.3 ha karena penerapan sistem hukum waris. Usahatani bersama adalah untuk mengefisiensikan usahatani secara kolektif dari para petani yang memiliki lahan sempit, agar petani dapat memperoleh keuntungan yang layak. Pemberdayaan petani Poktan dimaksudkan untuk memberdayakan petani yang tergabung dalam Poktan melalui kegiatan penyuluhan adopsi teknologi, budaya tani yang ramah lingkungan dan 191 menanamkan “cinta bertani” kepada generasi muda agar usahatani padi sawah tetap dapat berkelanjutan. Semua upaya pengelolaan lahan sawah dimaksud adalah untuk mewujudkan penataan ruang kawasan perdesaan yang diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat perdesaan UUPR Pasal 48 ayat 1 butir a dan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan UUPR Pasal 48 butir c. 5.5 Kesimpulan dan Saran 5.5.1 Kesimpulan 1. Status keberlanjutan lahan sawah ditentukan oleh indikator faktor biofisik, ekonomi, dan sosial-budaya petani yang ada di setiap zona agroekologi lahan sawah. Jumlah indikator utama dari ketiga faktor tersebut bervariasi, tergantung pada karakteristik zona agroekologi lahan sawah. 2. Indeks keberlanjutan lahan sawah di Jawa sebagian besar termasuk kategori cukup berkelanjutan. Indikator utama yang sebagian besar berperan sebagai faktor penghambat keberlanjutan lahan sawah adalah ketersediaan air, bahaya banjir, kandungan C-organik tanah, N-total, P-tersedia, K-tersedia, perolehan keuntungan, modal usahatani, akses pupuk, potensi konversi lahan, persepsi terhadap harga padi, penguasaan dan fragmentasi lahan, pendidikan petani, dan usia petani. Indikator utama yang berperan sebagai pendukung keberlanjutan di semua zona agroekologi lahan sawah adalah tingkat salinitas, kandungan unsur hara K-total dan P-total, fasilitas pengolahan hasil panen dan pemasaran yang kondusif, serta kondisi sosial-budaya masyarakat petani yang memiliki motivasi bertani tinggi, menolak konversi lahan sawah menjadi non- sawah, dan kearifan lokal pengelolaan lahan sawah yang mendukung kelestarian sumberdaya tanah. 3. Indeks keberlanjutan sawah yang dipetakan berdasarkan zona agroekologi dapat digunakan sebagai basis kajian pengelolaan lahan untuk mendukung pelaksanaan penataan ruang, terutama dalam hal pengendalian ruang yang bertujuan untuk mewujudkan pemanfaatan lahan sawah berkelanjutan.