89
Tabel 11. Daftar fitur dan struktur atribut basisdata sumberdaya lahan No.
FiturAtribut Karakteristik
atribut Bentuk
Fitur Keterangan
1.
Sistem Lahan
Poligon SIMBOL
C 3 Kode sistem lahan kunci
primer NAM_LSYM
C 25 Nama sistem lahan
LAN_TYPE C 25
Nama bentuklahan SOIL_DOM
C 15 Jenis batuan dominan
TC C 15
Suhu rata-rata tahunan W1
C 15 Lama bulan kering
W2 RC1
RC2 RC3
C 15 C 15
C 15 C 15
Jenis tanah dominan Curah hujan rata-rata tahunan
Kelas drainase tanah Tekstur tanah
NR1 C 15
. KTK me100g tanah
subsoil NR2
FREQ_BAN EROSI
C 15 C 15
C 15 .
. .
pH surface soil Frekwensi banjir
Tingkat erosi tanah PRODUK
dll C 10
Produktivitas padi tonha 2.
Penutup Lahan Poligon
LCOVER C 5
Kode penutup lahan kunci primer
NAM_LCOVER C 25
Nama tipe penutup lahan 3.
Batas Wilayah SOSEK
Poligon Wil_PROV
C 10 Wilayah provinsi kunci
prmer Wil_KAB
C 15 Wilayah kabupaten
JUM_PDD I 15
Jumlah penduduk jiwa KEP_PDD
N,2 10 Kepadatan penduduk
jiwakm
2
TH_PDD C 8
Tahun jumlah penduduk JUM_PTN
I 15 Jumlah petani
JUM_GUR I 15
Jumlah petani gurem 4.
Kawasan Hutan KWH
C 15 Nama status kawasan hutan
5. AGROKLIMAT
Oldeman C 5
Tipe agroklimat menurut Oldeman
6. Irigasi
Poligon Klas_irigasi
C 10 Klasifikasi kondisi irigasi
Debit N,2 5
Debit air irigasi ldetkm
2
Keterangan: I = integer, C=karakter,N=numerik
90 dilengkapi dengan atribut kemudian difinalkan kembali, yaitu dengan melakukan
validasi unsur-unsur data baik dari aspek topologi maupun nilai-nilai atributnya, sehingga diperoleh basisdata geospasial seperti yang diinginkan. Gambar 36
menyajikan ilustrasi penggabungan data spasial fitur geospasial dengan atribut menggunakan model DBMS relasional.
4.3.3 Zonasi Agroekologi Lahan Sawah
Zonasi agroekologi lahan sawah menggunakan basismodel SIG Gambar 37. Model SIG ini merupakan basisdata sintesis yang dibangun melalui proses
overlay menu union dalam perangkat lunak ArcGIS versi 9.3 dari layer sistem lahan, penutup lahan, kawasan hutan, kondisi irigasi, dan batas wilayah
administrasi. Setiap layer dalam basismodel SIG ini memiliki skala 1: 250.000 dan georeferensi standar nasional, yaitu DGN95, yang mengadopsi ellipsoid
WGS’84. Gambar 36. Ilustrasi penggabungan data spasial dengan atribut menggunakan
DBMS relasional.
Nama coverage Info
ARC AAT
Tic BND
PAT
SI STEM LAHAN
SIMBOL
kunci primer
SI MBOL
KAWASAN HUTAN
KWH kunci primer
KWH PENUTUP
LAHAN LCOVER
kunci primer
LCOVER DATA SPASIAL
DATA ATRIBUT
91 Kriteria penilaian zona agroekologi lahan sawah disajikan pada Tabel 12.
Delineasi ZAE lahan sawah diawali dengan penilaian kesesuaian lahan dengan menggunakan basisdata sistem lahan sebagai satuan unit lahan land unit yang
digabungkan dengan data atribut tentang persyaratan tumbuh tanaman padi sawah menggunakan menu join pada perangkat lunak SIG ArcGIS.
Penggabungan data spasial sistem lahan dan atribut ini menggunakan prinsip model DBMS relasional. Analisis kesesuaian lahan menggunakan metode yang
dijelaskan oleh FAO 1976 dan CSRFAO Staf 1983. Kualitas lahan untuk penilaian kesesuaian lahan tersebut terdiri dari rejim temperatur t, ketersediaan
air w, kondisi perakaran r, retensi hara f, ketersediaan hara n, toksisitas x, dan kondisi terrain s. Kesesuaian lahan untuk padi sawah
dikelompokkan menjadi 4 empat kelas, yaitu S1 sangat sesuai, S
2
cukup sesuai, S
3
sesuai marginal, dan N tidak sesuai. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah dimaksud disajikan pada Tabel 13.
Gambar 37. Basismodel SIG konseptual untuk zonasi agroekologi lahan sawah
Batas Administrasi SOSBUD
Irigasi ZAE
Lahan Sawah
Intensitas Pertanaman
Kawasan Hutan Penutup Lahan
union
join union
Agroklimat Sistem Lahan
Persyaratan Tumbuh Tanaman
Padi Sawah join
union
Kawasan Budidaya
Kesesuaian Lahan
Input Proses
Output
92
Tabel 12 . Kriteria penilaian zona agroekologi lahan sawah
Zona Agroekologi
Status Kawasan
Kesesuaian Lahan
Kondisi Irigasi
Intensitas Pertanaman
A S
1
IP 300 Budidaya
S
1
Baik 3 3 PS
B S
1
IP 200 Budidaya
S
1
Sedang 2 2 PS + 1 PL
C S
1
IP 100 Budidaya
S
1
Buruk 1 1 PS + 2 PL
D S
2
IP 300 Budidaya
S
2
Baik 3 3 PS
E S
2
IP200 Budidaya
S
2
Sedang 2 2 PS + 1 PL
F S
2
IP 100 Budidaya
S
2
Buruk 1 1 PS + 2 PL
G S
3
IP 300 Budidaya
S
3
Baik 3 3 PS
H S
3
IP 200 Budidaya
S
3
Baik 3 3 PS
I S
3
IP100 Budidaya
S
3
Buruk 1 1 PS + 2 PL
J NIP100 Lindung
N Tadah Hujan
Tidak didefinisikan
Lahan kelas S
1
memiliki faktor pembatas yang tidak berarti atau minor dan tidak akan mereduksi produktivitas lahan secara nyata. Lahan kelas S
2
memiliki faktor pembatas yang berpengaruh terhadap produktivitas, memerlukan tambahan
masukan, biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. Lahan kelas S
3
memiliki faktor pembatas berat, berpengaruh nyata terhadap produktivitas, dan memerlukan
modal tinggi sehingga perlu intervensi pemerintah atau pihak swasta. Lahan kelas N memiliki faktor pembatas yang sangat berat dan atau sulit diatasi Balai
Penelitian Tanah, 2003 Dalam penelitian ini, kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah yang dianalisis adalah kesesuaian lahan potensial, yaitu
kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan.
Hasil penilaian kesesuaian lahan kemudian diverifikasi dengan basisdata kawasan budidaya yang diidentifikasi dengan layer penutup lahan dan status
kawasan hutan. Basisdata kawasan budidaya ini memiliki atribut ketersediaan lahan yang diklasifikasikan menjadi dua kelas, yaitu lahan tersedia dan lahan
tidak tersedia. Lahan tersedia adalah areal dengan penutup lahan sawah SW dan berada di kawasan hutan Produksi HP dan Areal Penggunaan Lain APL.
Keterangan: PS: padi sawah, PL: palawija, IP: Indeks Pertanaman, kondisi irigasi baik: debit air 10 ldetkm
2
sesuai untuk 3 PS Kondisi irigasi sedang: debit air 2,5 – 10 ldetkm
2
sesuai untuk 2 PS + 1 PL , kondisi irigasi buruk: debit air 2,5 ldetkm
2
1 PS + 2 PL Penanaman padi diasumsikan menggunakan varietas umur gernjah 105-124 hari seperti
Ciherang, IR64, dll