Kesimpulan KESIMPULAN, SARAN, DAN KEBARUAN

246 kgkapitatahun menjadi 110 kgkapitatahun dengan diikuti langkah konsisten untuk melakukan program diversifikasi pangan dan mengedepankan produk pangan dalam negeri. 4. Pengelolaan lahan sawah sebaiknya dilakukan oleh lembaga khusus, yaitu Badan Persawahan Nasional agar permasalahan pengaturan kelembagaan dalam penataan ruang dapat diatasi. 5. Pengembangan peta zona agroekologi lahan sawah melalui IDSN memerlukan dukungan kelengkapan peta dasar RBI dan peta-peta tematik pendukungnya, kesiapan sumberdaya manusia, dan ketersediaan jaringan komputer terintegrasi. Keberhasilan pengembangan peta zona agroekologi tersebut memerlukan dukungan kebijakan akses data yang berbasis free of charge gratis, terutama peta digital dengan tingkat skala regional ≤ 1: 250,000, agar sharing data melaui IDSN dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

8.3 Kebaruan

Berdasarkan pada hasil penelitian ini, kebaruan penelitian indeks keberlanjutan lahan sawah yang diperoleh meliputi: 1. Pengklasifikasian lahan sawah berbasiskan zona agroekologi yang dapat mencerminkan kesamaan potensi produksi padi, intensitas pertanaman, dan status kawasan budidaya. 2. Penetapan indikator utama keberlanjutan lahan sawah berdasarkan pada data geospasial zona agroekologi. 3. Penentuan prioritas kebijakan pengelolaan lahan sawah berdasarkan indikator utama pada zona agroekologi untuk mendukung pengendalian pelaksanaan penataan ruang. 247 DAFTAR PUSTAKA Abidin SZ. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta: Penerbit Yayasan Pancur Siwah. Adams B, Brockington D, Dison J, Vira B. 2002. Analytical Framework for Dialogue on Common Pool Resource Management. England: Department of Geography, University of Cambridge. Adimihardja A. 2003. Degradasi Tanah Pertanian Indonesia Tanggung Jawab Siapa?. Tabloid Sinar Tani. 11 Juni 2003. Adimihardja A. 2006. Strategi mempertahankan multifungsi pertanian di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 25 3: 99- 105. Adiningsih JS. 1984. Pengaruh beberapa faktor terhadap penyediaan Kalium tanah sawah daerah Sukabumi [disertasi]. Bogor: Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Adiningsih JS. 1992. Pengaruh efisiensi penggunaan pupuk untuk melestarikan swasembada pangan. Orasi pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Puslitanak, Badan Litbang Pertanian, Dept. Pertanian, Bogor, April 1992. Adiningsih JS, Sofyan A, Nursyamsi D. 2004. Lahan sawah dan pengelolaannya. Di dalam : Adimihardja A, Amien LI, Agus F, Djaenudin D, penyunting. Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Alexander, M. 1976. Introduction to Soil Microbiology. 2nd edition. New York: John Wiley Sons. Altieri MA. 1989. Agroecology: a new research and development paradigm for world agriculture. Agriculture, Ecosystems and Environment. 25 1989: 37-46. Altieri MA. 2002. Agroecology: principles and strategies for designing sustainable farming system. The News Letter of CCOF California Certified Organic Farmers. 19 3: 2-5. Andrianto L, Matsuda Y, Sakuma Y. 2005. Assessing local sustainability of fisheries system: multi criteria participatory approach with the case of Yokon island. Kongoshima Prefecure, Japan. Marine Policy. 29 2005: 9 – 23. Anonim. 2008. Sustainable Agriculrural Defined. http:allianceforsustainability . net , 18 Juli 2008. Anwar E. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan: Tinjauan Kritis. Bogor: P4W Press.