Penghitungan Daya Dukung Lahan Sawah

63 mempengaruhinya seperti konversi lahan, produktivitas, dan kualitas suberdaya lahan sawah dalam kondisi tetap sateris paribus. Dalam hal ini, daya dukung lahan sawah hanya merupakan fungsi dari jumlah penduduk sebagai pemicu utama ancaman kepunahan lahan sawah. Tingkat daya dukung lahan sawah diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu kondisi berlanjut sustainable, bersyarat conditional, dan terlampaui overshoot. Daya dukung lahan sawah dinilai berlanjut apabila nilai daya dukung lebih besar dari 2. Kondisi bersyarat apabila nilai daya dukung antara 1 dan 2. Kondisi terlampaui apabila nilai daya dukung kurang dari 1. Nilai daya dukung lebih dari 2 berarti terdapat cadangan beras untuk pemenuhan kebutuhan beras minimal selama satu tahun. Nilai daya dukung antara 1 dan 2 berarti produksi beras sesuai dengan kebutuhannya atau pas-pasan. Nilai daya dukung kurang dari 1 berarti produksi beras mengalami defisit. Penilaian daya dukung lahan tersebut cukup rasional dan sederhana untuk diimplementasikan dalam rangka mendeteksi status kualitas lingkungan lahan sawah di suatu wilayah.

3.3 Validasi Data

Kegiatan validasi data dilaksanakan di lapangan. Tujuan kegiatan adalah untuk memverifikasi data lingkungan biofisik dan pengambilan sampel data ekonomi dan sosial-budaya yang berkaitan dengan pertanian padi sawah. Obyek sampel yang mencakup data lingkungan biofisik, ekonomi, dan sosial-budaya dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu yang berkaitan dengan kondisi faktual dan kebijakan. Pengambilan obyek sampel faktual dilakukan dengan pengamatan lapangan dan wawancara dengan petani, sedangkan obyek sampel kebijakan dikumpulkan di instansi-instansi terkait baik di tingkat pusat dan daerah dengan melakukan diskusi atau wawancara dengan para birokrat dan ahli Gambar 27. Pengelompokkan obyek sampel data tersebut disesuaikan dengan tujuan penelitian yang menyangkut kepada kepentingan petani dan pengambil keputusan kebijakan. Verifikasi data lingkungan biofisik dilakukan melalui pengambilan sampel tanah dan pengamatan langsung kondisi lingkungan biofisik seperti bentuklahan, jenis tanah, dan kondisi irigasi. Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit pada kedalaman 0-20 cm dengan menggunakan bor 64 tanah. Sampel tanah digunakan untuk mengetahui kandungan bahan organik tanah, unsur hara nitrogen N total, fosfor P tersedia, dan kalium K tersedia. Keempat unsur hara tanah tersebut dianalisis di laboratorium tanah di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Kandungan C-organik tanah dianalisis dengan metode Walkley and Black, unsur hara N-total dengan metode Kjedahl, P-tersedia dan K-tersedia dengan metode Bray I. Kualitas air tanah diukur tingkat salinitasnya di lapangan dengan water checker. Pengambilan sampel data ekonomi dan sosial-budaya yang mencerminkan kondisi faktual dilakukan melalui wawancara langsung dengan petani, sedangkan yang menyangkut dengan aspek kebijakan dilakukan dengan diskusi atau wawancara dengan para birokrat dan pakar dari instansi-instansi terkait dan Lembaga Swasembada Masyarakat LSM. Data ekonomi dan sosial-budaya yang dikumpulkan melalui wawancara dengan petani mencakup berbagai aspek yang berkaitan usahatani padi sawah, seperti keuntungan, perolehan kredit, akses pemasaran, perolehan pupuk, fasiltas pascapanen, motivasi bertani, adopsi teknologi, dan lain-lain. Diskusi atau wawancara dengan para birokrat dan pakar Obyek Sampel Biofisik Ekonomi Sosial-budaya Faktual Kebijakan - Pengamatan Lapangan - Wawancara dengan petani - Wawancara dengan birokrat - Wawancara dengan pakar Gambar 27. Pengumpulan sampel data di lapangan 65 PULAU JAWA ZAE BANTEN ZAE JABAR ZAE JATENG ZAE DIY ZAE JATIM ZAE – KAB. r ZAE – KAB. n ZAE.G. N1..n 1g ZAE.G. N1..n 1g ZAE.G. N1..n 1g ZAE.G. N1..n 1g Gambar 28. Rancangan teknik pengambilan sampel ZAE – KAB. 1 ZAE – KAB. 1 Klaster Klaster ZAE.A. N1..n 1a ZAE.B. N1..n 1b ZAE.A. N1..n 1a Kabupaten 2 ZAE.B. N1..n 1b ZAE.A. N1..n 1a Kabupaten 1 ZAE.B. N1..n 1b ZAE.A. N1..n 1a Kabupaten 5 ZAE.B. N1..n 1b Stratifikasi Stratifikasi Kabupaten 1