Penentuan Kebijakan Prioritas Bahan dan Metode .1 Perumusan Pilihan Kebijakan
207
Tabel 43 Lanjutan Zona
Agroekologi Permasalahan
Berdasarkan Indikator Utama Kebijakan Pengelolaan
Lahan Sawah Peraturan
Pendukung UUPR
Faktor Sosial-budaya
A S1IP300 IKLS:0.37
Penguasaan lahan, fragmentasi lahan, pendidikan petani,
Q. Pengendalian junlah pendududuk
R. Usahatani bersama S. Pemberdayaan petani
Poktan dan reforma agraria - Pasal 48: ayat 1
butir a B S1IP200
IKLS:0.40 Persepsi terhadap harga padi HPP, penguasaan
lahan, pendidikan petani, usia petani, budaya lokal C S1IP100
IKLS:0.26 Penguasaan lahan, fragmentasi lahan, pendidikan
petani, usia petani D S2IP300
IKLS:0.30 Persepsi terhadap harga padi HPP, penguasaan
lahan, fragmentasi lahan, pendidikan petani, usia petani, budaya lokal
E S2IP200 IKLS:0.25
Persepsi terhadap harga padi HPP, penguasaan lahan, pendidikan petani, usia petani
F S2IP100 IKLS:0.32
Persepsi terhadap harga padi HPP, Keanggotaaan dalam Poktan, peranan penyuluhan, penguaasaan
lahan, pendidikan petani, usia petani G S3IP300
IKLS:0.36 Persepsi terhadap harga padi HPP, penguasaan
lahan, fragmentasi lahan, usia petani, budaya lokal H S3IP200
IKLS:0.33 Persepsi terhadap harga padi HPP, penguasaan
lahan, fragmentasi lahan, usia petani I S3IP100
IKLS:0.28 Persepsi terhadap harga padi HPP, penolakan
konversi lahan, enguasaan lahan, fragmentasi lahan, pendidikan petani, usia petani
Keterangan: IKLS: nilai Indeks Keberlanjutan Lahan Sawah
Penilaian justifikasi terhadap kriteria, sub-kriteria, dan alternatif di setiap zona agroekologi didasarkan pada 50 tanggapan birokrat, pakar, Lembaga
Swadaya Masyarakat, dan pedagang beras melalui wawancara atau diskusi. Para birokrat dan pakar berasal dari instansi-instansi terkait, yaitu Kementerian
Pertanian Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Dinas Pertanian, Pusat Data dan Informasi Pertanian, Kementerian
Pekerjaan Umum Direktoral Jenderal Sumberdaya Air, Balai Besar Pengelolaan Wilayah Sungai, Badan Pertanahan Nasional BPN, Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika BMKG, Kementerian Lingkungan Hidup KLH, dan Perguruan Tinggi Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB,
Bogor dan Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Materi diskusi atau wawancara diarahkan kepada penilaian tentang
kepentingan relatif kriteria, sub-kriteria, dan alternatif untuk penanganan permasalahan keberlanjutan pertanian lahan sawah di Jawa. Penilaian kepentingan
208 menggunakan skala kepentingan Saaty seperti pada Tabel 44. Nilai-nilai
kepentingan
relatif Saaty dari hasil diskusi atau wawancara tersebut digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometrik X
G
. Hasil penilaian gabungan ini kemudian disajikan dalam format matrik perbandingan pasangan parwise comparison. Nilai-nilai
perbandingan relatif selanjutnya diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif, dengan menggunakan persamaan manipulasi matrik.
Gambar 76. Proses penentuan hirarkhi kebijakan keberlanjutan lahan sawah dengan AHP
Tujuan: Mewujudkan Pertanian Lahan Sawah Berkelanjutan
Berdasarkan Zona Agroekologi
Biofisik Ekonomi
Sosial-Budaya
A B
C D
E F
G H
I K
L M
ZAE ZAE
ZAE ZAE
ZAE ZAE
ZAE ZAE
ZAE A
B C
D E
F G
H I
A B
C D
E F
G H
I A
B C
D E
F G
H I
N O
P A
B C
D E
F G
H I
A B
C D
E F
G H
I A
B C
D E
F G
H I
Q R
S A
B C
D E
F G
H I
A B
C D
E F
G H
I
Keterangan:
K :
Pembangunan dan perbaikan irigasi L
: Penambahan unsur hara berimbang dan ketersediaan air minimum untuk pertumbuhan padi
M :
Pengendalian hama dan penyakit tanaman terpadu N
: Peningkatan posisi tawar petani dalam pemasaran
O :
Pemberian subsidikredit usahatani P
: Revisi RTRW dan pemberian insentif dan disinsentif
Q :
Pengendalian jumlah penduduk R
: Usahatani bersama
S :
Pemberdayaan petani Poktan dan reforma agraria
Kriteria
Sub Kriteria
Alternatif
√
π
n X
i
n
i = 1
X
G
=
209
X
G
= rata-rata geometrik n
= jumlah responden X
i
= penilaian oleh responden ke-i
Tabel 44. Skala kepentingan dalam pendekatan AHP
Tingkat Kepentingan Definisi
1 Sama pentingnya dibanding lainnya
3 Moderat pentingnya dibanding yang lain
5 Kuat pentingnya dibanding lainnya
7 Sangat kuat pentingnya dibanding lainnya
9 Ekstrim pentingnya dibanding lainnya
2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Sumber: Saaty 1993, dalam Marimin, 2004
Pengujian konsisten logis dimaksudkan untuk menguji konsistensi tidaknya suatu penilaian atau pembobotan perbandingan berpasangan. Pengujian
ini diperlukan untuk mengetahui konsistensi respon jawaban yang akan berpengaruh terhadap kesahihan hasil. Konsistensi logis ditunjukkan dengan nilai
Indeks Konsistensi CI. Nilai CI dirumuskan dengan persamaan: CI =
λ
max
– n : n-1 ; n= banyaknya alternatif Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu
diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR ≤0,1, dimana CR = CIRI;
RI = nilai random indek Marimin, 2004; Ishizaka dan Labib, 2009. Dalam penelitian ini, analisis kebijakan dengan pendekatan AHP menggunakan
perangkat lunak Expert Choice 2000.
6.4 Hasil dan Pembahasan 6.4.1 Kebijakan Pengelolaan Lahan Sawah
Hasil analisis dengan AHP Gambar 77 menunjukkan bahwa faktor ekonomi memiliki nilai bobot terbesar 0.455 apabila dibandingkan dengan nilai
bobot faktor sosial-budaya 0.298 dan faktor biofisik 0.246 . Data tersebut bermakna bahwa faktor ekonomi berpengaruh paling besar terhadap keberlanjutan
210 lahan sawah, sedangkan pengaruh faktor sosial-budaya lebih besar daripada
faktor biofisik. Masing-masing kebijakan di setiap faktor untuk penerapannya di setiap zona agroekologi ZAE memiliki nilai bobot yang bebeda-beda. Hasil
analisis AHP ini menyarankan bahwa penerapan kebijakan untuk mengatasi permasalahan keberlanjutan lahan sawah yang disebabkan oleh faktor biofisik,
ekonomi, dan sosial-budaya di setiap zona agroekologi memiliki prioritas yang berbeda-beda.