Penentuan Indikator Keberlanjutan Lahan Sawah

142 kelembagaan dan sosial 1 variabel: fungsi penyuluhan. Variabel indikator tersebut dinyatakan dalam satuan berbeda-beda. Penilaian indikator menggunakan kriteria keberlanjutan lahan sawah Lampiran 3. Tabel 33. Komponen, indikator, dan variabel untuk kajian keberlanjutan lahan sawah Komponen Nomor Indikator Indikator Variabel atribut 1 Modal sumberdaya lahan Ketersediaan air X1, N-total X6, P-total X8, K-total X10, penguasaan lahan X24 2 Modal sumberdaya manusia Pendidikan petani X28, usia petani X27 Agroekosistem 3 Modal keuangan Modal usaha tani X15 4 Modal infrastruktur Kondisi irigasi X11, fasilitas pengolahan pascapanen X16, pemasaran X17 5 Modal sosial-budaya Motivasi bertani X20, persepsi terhadap harga padi X21, persepsi terhadap konversi lahan X19, keanggotaan dalam Poktan X21, budaya lokal X28, 6 Kualitas air Bebas bahaya salinitas X2 7 Stress lahan Potensi konversi lahan X17 Stres agroekosistem 8 Produksi Produktivitas lahan X12, perolehan keuntungan X14 9 Stres tanaman Serangan hama dan penyakit tanaman X4 10 Penurunan kesuburan tanah Kandungan C-organik tanah X5, P-tersedia X7, K-tersedia X9 Kerentanan agroekosistem 12 Lingkungan Bebas bahaya banjir X3, 13 Ekonomi Perolehan keuntungan X12 14 Sosial Fragmentasi lahan X25 Pengelolaan agroekosistem 15 Ilmu dan teknologi Adopsi teknologi X22 16 Kelembagaan dan sosial Fungsi penyuluhan X23, perolehan pupuk X14

5.3.2 Penapisan Indikator Keberlanjutan Lahan Sawah

Penapisan variabel indikator dimaksudkan untuk menyeleksi variabel- variabel indikator, sehingga diperoleh indikator utama yang mempengaruhi keberlanjutan pertanian lahan sawah. Proses penapisan variabel indikator menggunakan metode statistik analisis faktor seperti yang dijelaskan oleh Srivasta dan Carter 1983. Model matematik analisis faktor dapat dinyatakan dengan rumus: X = µ + Λ ƒ + ε 143 X = matrik variabel indikator keberlanjutan p x n µ = matrik nilai tengah indikator keberlanjutan p x n Λ = λ jk matrik faktor loading variabel indikator keberlanjutan p x k ƒ = matrik faktor laten variables k x n ε = matrik galat dengan ukuran k x n p = banyaknya variabel indikator keberlanjutan n = ukuran sampel k = banyaknya faktor yang dipilih. Penetapan banyaknya faktor yang dipilih dalam model ini berdasarkan nilai eigen matrik korelasi 1.0 Srivasta dan Carter, 1983. Untuk memaksimalkan nilai keragaman, dilakukan rotasi faktor dengan menggunakan metoda varimax. Dalam penelitian ini, variabel indikator yang memiliki faktor loading ≥ 0.50 di setiap faktor dipilih sebagai indikator utama se tiap ZAELS. Penghitungan nilai parameter untuk model analisis faktor dimaksud menggunakan program statistik Systat versi 12.0.

5.3.3 Standarisasi Data Atribut

Karena variabel indikator memiliki satuan yang berbeda-beda, maka data atribut indikator perlu distandarkan. Standarisasi data atribut diperlakukan di setiap variabel indikator x ke-j pada hasil pengukuran sampel ke-i hingga ke-n. Rumus yang digunakan untuk menstandarkan nilai atribut dimaksud adalah: X ji = nilai standar pada variabel indikator utama ke-j pada sampel ke-i x ji = nilai asli variabel indikator utama ke-j pada sampel ke-i min x j = nilai minimum variabel indikator utama ke-j maks x j = nilai maksimum variabel indikator utama ke-j Melalui standarisasi seperti ini diperoleh data atribut dalam skala yang sama, sehingga dapat digunakan sebagai input data untuk penilaian IKLS. Nilai atribut standar yang dihasilkan memiliki kisaran 0 – 1. x ji - min x j maks x j - min x j X ji = 144

5.3.4 Penilaian Indeks Keberlanjutan Lahan Sawah

Nilai Indeks Keberlanjutan Lahan Sawah IKLS didasarkan pada nilai respon variabel-variabel indikator utama untuk masing-masing faktor yang diteliti, yaitu faktor lingkungan biofisik, ekonomi, dan sosial-budaya. Penghitungan nilai IKLS di setiap zona agroekologi menggunakan nilai standar dari variabel- variabel indikator utama ketiga faktor tersebut. Nilai IKLS memiliki kisaran angka 0 – 1 jika dikalikan 100 kisarannya menjadi 0 - 100. Kisaran nilai indeks ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai indeks semakin baik tingkat keberlanjutannya. Sebaliknya, semakin rendah nilai indeks semakin buruk tingkat keberlanjutan. Dalam penelitian ini, nilai IKLS diklasifikasikan menjadi 4 kelas status keberlanjutan, yaitu: 0-25 buruk, 25-50 kurang, 50-75 cukup, 75-100 baik.

5.3.5 Pengkategorian Indeks Keberlanjutan Lahan Sawah

Pengkategorian nilai IKLS di setiap zona agroekologi menggunakan analisis diskriminan. Dengan analisis diskriminan, status keberlanjutan lahan sawah di setiap zona agroekologi dapat dikelompokkan apakah termasuk kategori buruk, kurang, cukup, atau baik. Model analisis diskriminan untuk pengkategorian IKLS di setiap zona agroekologi merupakan fungsi linear, yang menurut Supranto 2004 dapat dinyatakan sebagai berikut: D i = nilai skor diskriminan dari kategori IKLS ke-i i = 1, 2, ........ n. D merupakan variabel tak bebas X ij = variabel atribut indikator utama ke-j dari kategori IKLS ke-i b j = koefisien diskriminan dari atribut indikator utama ke-j Penghitungan nilai parameter statistik seperti koefisien diskriminan dan nilai eigen, korelasi kanonik, Wilk’s lamda λ, serta nilai F untuk uji nyata statistik model menggunakan perangkat lunak Systat versi 12.0. Menurut Supranto 2004, nilai eigen mencerminkan tingkat superior fungsi diskriminan. Korelasi kanonik mengukur seberapa kuat asosiasi antara skor diskriminan dan kelompok kategori. Wilk’s lamda nilainya antara 0 dan 1. Kalau nilai besar mendekati 1 D i = b o + b 1 X i1 + b 2 X i2 + b 3 X i3 ......+ b j X ij + .......+ b k X ik